"Maksud kamu apa sih, Raf?" tanyaku dengan menggaruk keningku yang tidak gatal sama sekali. Jika disuruh menjawab apa yang tidak aku mengerti di dunia ini maka aku akan menjawab pola pikir seorang Rafli Putra Sanjaya.
"Udah, nggak usah dipikirkan nggak penting juga," ujarnya seolah tanpa beban sedikit pun yang mengganjal di dirinya setelah membuat pikiranku kacau karena memikirkan apa maksud tujuannya.
Tidak, aku tidak akan melepaskan Rafli dengan semudah itu. Bagi dia mungkin ini adalah hal yang sangat sepele, tapi tidak bagiku yang tidak bisa menganggap ini sebagai hal yang mudah.
"Nggak, Raf. Kamu utang penjelasan ama aku." Aku tidak mau melepaskan Rafli dengan semudah itu. Semua pertanyaanku harus dipuaskan lewat jawaban yang sejelas-jelasnya padaku.
"Antara kamu dan Briana aku tidak sengaja mencuri dengar percakapan kalian." Aku menghembuskan napasku secara perlahan apa yang aku minta apa juga yang aku dapatkan.