Rafli Putra Sanjaya, memiliki hidup yang lumayan berkecukupan. Papaku adalah seorang pebisnis yang sudah memiliki cang restoran di mana-mana. Seharusnya itu sudah lebih dari cukup untuk membuat aku hidup hanya dengan ongkang-ongkang kaki saja.
Semua keyakinanku memang bisa papa wujudkan hanya dalam satu jentikan jari saja, tapi aku sangat tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Aku sadar aku ini masih sekolah, aku seharusnya tidak sebelagu itu saat hidupku saja masih dibiayai oleh papa.
Marga Sanjaya yang sudah melekat di belakang namaku seharusnya membuatku jadi dipandang tinggi di mata masyarakat. Tapi aku lebih memilih untuk tidak terlalu memakai marga tersebut. Hanya segelintir orang yang tahu tentang margaku tersebut.
Selalu ada alasan di balik semua yang telah terjadi. Aku pun sama, aku juga memiliki alasan kenapa aku tidak ingin memakai apa yang diberikan papa untukku termasuk marga Sanjaya sekalipun.