"Daf, makan siang dari siapa nih, lucu gitu kotak makan nya warna pink! Hahahaha" celetuk Farhan rekan kerja Daffa.
"Dari pacar lah! Gapapa warna pink yang penting ga jomblo!!"
"Halaaah banyak gaya lo palingan bentar lagi juga putus.."
Walaupun baru 2 minggu Daffa bekerja di tempat ini, ia tidak sedang training seperti karyawan baru lainnya, melainkan ia langsung jadi karyawan tetap karena pemilik perusahaan tersebut adalah teman dari sang papa. Ia juga sudah sangat akrab dengan karyawan lainnya.
Drrrttt drrrt
"Kak Daffa, yakin ga bakal apa apa kalau aku bilang kaya tadi ke ke Kak Fera? Aku seperti merasa bersalah padanya kak...."
"Tenang aja, aku sudah atur rencana ini sebaik mungkin, dia pantas menerima ini. Kamu lagi santai kan? Sebentar lagi aku telepon ya!"
Pesan singkat bernada ketakutan datang dari Siska ke ponsel Daffa. Siska mondar mandir di kamar kost nya sambil memegangi ponsel nya dan menunggu telepon dari Daffa. Ia sungguh gelisah karena merasa berbohong pada Fera. Sebelum Fera pulang dari kost nya, mereka sempat bertukar nomor hp atas permintaan Fera. Lalu beberapa saat kemudian setelah Fera pergi, ia mengirim pesan teks pada Fera.
"Kak, sekali lagi tolong jangan beritahu Kak Daffa tentang pertemuan kita."
"Iya, ada satu hal lagi yang lupa kutanyakan, apakah ia tahu kalau Feli sudah tiada?"balas Fera.
"Belum kak, aku bahkan sudah tidak pernah komunikasi atau bertemu dengan nya, karena aku sudah tinggal bapak kandungku."
"Baiklah, aku minta satu permintaan, sebagai sesama perempuan, tolong jangan bilang padanya kalau Feli sudah meninggal. Ada urusan yang harus aku selesaikan."
"Baik Kak Fera."
Bukan tanpa alasan Siska berbohong, karena bagaimanapun juga, Daffa masih kakak nya. Dan ia percaya kalau Daffa orang yang baik dan memilikki tujuan yang mulia dibalik ini semua.
Kriiing kriiiing
"Halo Siska. Gimana? Aman kan si Fera??"ucap Daffa saat menelepon Siska
"Ha-halo.. Iya Kak Daffa. Aku sudah bilang sesuai yang kakak perintahkan."
"Bagus, akh hanya penasaran aja, sejauh mana dia akan bohonh terus padaku soal Feli. Dia memang tega! Aku ingat sekali saat pertama sampai ke kota ini dan mendengar kabar tentang Feli, aku sangat terpukul dan lemas. Tapi tiba tiba ada balasan sms dari nomor Feli, yang aku tahu percis kalau itu tulisan Fera."jawab Daffa menjelaskan.
"Ta-tapi ini tidak akan berlangsung lama kan kak?"
"Tidak, aku hanya akan seperti ini padanya sampai ia benar benar jujur atau tertangkap basah kalau dia sedang berbohong. Dia pikir aku bodoh! Berpura pura menjadi Feli adalah ide terburuk yang pernah ia lakukan! Setelah selama ini dia selalu mengganggu hubunganku dengan Feli."
"Yasudah, nanti beritahu saja padaku perkembanganya kak."
Ternyata selama ini Daffa mengetahui soal Feli,ia bahkan sempat berkaca kaca saat pertama kali melihat Fera yang begitu mirip dengan kekasihnya tersebut, tapi ia menahan rasa sedihnya dan bertingkah seperti tidak terjadi apa apa.
Rasa kecewa nya pada Fera kini sudah memuncak sampai ia berani berpura pura tidak tahu atas kejadian ini untuk memberi pelajaran pada Fera. Selama menjalani hubungan dengan Feli,sebenarnya Fera tidak pernah mengganggu secara langsung,namun saat Daffa ingin menghabiskan waktu berdua, Fera selalu saja ada alasan agar Feli tidak jadi atau tidak bisa pergi dengannya.
Sesampainya dirumah, Fera terdiam dan sedikit lega mendengar kabar dari Siska soal Daffa tidak tahu soal Feli.
Beberapa saat kemudian ia menerima pesan dari Daffa.
"Sayang, jam 7 malam ini aku jemput ya. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat."
Sontak Fera kegirangan melihat pesan tersebut, ia senyum seyum sambil membalas pesan Daffa.
"Ok sayang." .
Ia segera pergi mandi dan menyiapkan pakaian favorit nya yang baru saja ia beli di online shop. Sebuah dress berwarna hitam dengan panjang selutut terlihat sangat elegan untuknya.
"Aku udah didepan nih Yang."
Fera bergegas ke luar rumah menemui 'pacarnya', untuk sesaat Daffa terpesona melihat penampilan Fera yang sangat menawan, gaun hitam polos sangat cocok dan mengeluarkan aura kecantikan Fera lebih dari biasanya, ditambah dengan riasan make up natural dan lipstik berwarna nude.
"Astaga, ingat ini Fera bukan Feli!!"gumam Daffa didalam mobil lalu ia segera keluar dan membukakan pintu mempersilahkan Fera masuk kedalam mobilnya.
"Parfum baru nih?? Wangi banget."celetuk Daffa
"Ah, iya aku baru beli kemarin.."Fera teringat menggunakan parfum miliknya, bukan parfum yang biasa dipakai milik Feli.
"Ngomonh ngomong.. Kita mau ke mana Yang?"
"Nanti juga kamu bakal tahu."jawab Daffa sambil mengelus kepala Fera.
Akhirnya mereka sampai di sebuah hotel bintang lima, Daffa langsung menggandeng nya ke arah restaurant, terlihat ada satu meja yang sudah di reservasi dan mereka pun duduk di meja tersebut.
"Wah, bagus banget Yang. Kamu sengaja ngajak dinner disini? Kok tumben sih.."
"Iya aku sengaja Yang, karena aku mau kasih kamu sesuatu, tapi nanti, akh sudah reservasi 1 kamar dan disitulah kejutanya.."jawab Daffa sembari memegang tangan Fera
"Ka-kamar?"tanya Fera ragu.
"Eitss jangan dulu mikir yang aneh aneh, aku ga akan ngapa ngapain kok! Kita juga gaakan menginap disini. Aku hanya siapkan kejutan nya dikamar itu."
"Oh oke baiklah."
Satu jam kemudian mereka sudah menyelesaikan makan malam nya. Fera cukup terbawa perasaan dengan apa yang dilakukan Daffa hari ini. Bagaimana tidak.. Ia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya oleh lelaki. Sekilas ia merasa kalau Daffa adalah kekasih yang sesungguhnya milik ia seorang.
Mereka pun menju kamar 105 di lantai 2, di dalam lift Daffa terdiam tanpa kata dan masih menggandeng tangan Fera namun dengan wajah yang datar.
Sesampainya di depan pintu kamar.. Fera menarik lengan Daffa karena ragu untuk melangkah dan masuk ke kamar itu
"Tunggu, kamu janji gaakan melakukan 'itu' padaku kan?"
"Astaga Sayang! Pikiranmu terlalu jauh, ayo masuk dulu."
Fera dan Daffa masuk ke dalam kamar, kondisi ruangan itu gelap gulita, lalu Daffa menyalakan lampu dan betapa terkejutnya ia Fera.
Mama dan Papanya ada di kamar itu sedang duduk di sofa bagian depan kamar dengan tatapan sedikit sendu di wajah mereka.
"Hah, ma-mama, pa-pa-papa, sedang apa kalian disini?!"
"Iya ini kami anakku, Ferania."jawab mama
Fera menoleh pada Daffa dan ia diam terpaku dengan ekspresi kaget.
"Daf…."
"Aku sudah tau semuanya Fer."
Fera masih tediam dan membisu.. Lama lama badanya lemas, kaki dan tanganya terasa dingin dan tiba tiba ia pingsan. Daffa pun segera menggendong dan memindahkannya ke kasur. Mama dan papa terkejut dan khawatir atas kondisi Fera.
"Pa, apa Fera akan baik baik saja?! Mama takut pa, mama kan sudah bilang, lebih baik kita bicarakan saja baik baik dirumah."
"Fera hanya kaget, tenang Ma.. Papa yakin ini yang terbaik."jawab papa.
"Iya tante, kalau perlu Daffa keluar dulu juga ga papa.. Biar om dan tante ngobrol dulu saja dengan Fera "
Setelah menyetujui ide Daffa dan sambil menunggu Fera sadarkan diri, Daffa menunggu di kamar sebelah nomor 103 karena ada kehadiran Siska dan mama Daffa yang juga sengaja dilibatkan dalam kejutan ini.
"Pa,Ma… maafin Fera…."ucap Fera dengan nada lirih sambil perlahan tersadar lalu menangis dengan penuh sesal dihadapan orang tuanya.