Dengan diam, Jodi menguping pembicaraan Putri dan ibunya dari balik tembok. Sungguh, ia sangat ingin menangis mendengar perkataan ibunya. Kerap kali, ia bertanya dalam hati,
'Apakah yang kulakukan ini benar? Dengan menerima tawaran Putri bukankah itu membuatku semakin menderita dan sulit untuk melupakan dirinya?'
Namun, ia melupakan sesuatu. Ia lupa bersyukur. Kalau tak ada Putri, entah bagaimana nasib ia dan ibunya saat ini. Kontrakan yang ia tempati terakhir kali biayanya tergolong murah, namun karena gaji Jodi habis untuk berobat ibunya, akhirnya ia menunggak selama hampir empat bulan. Tak hanya itu, mereka juga berhutang do warung sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal itu membuat beberapa pemilik warung dan kontrakan sering menlontarkan ucapan-ucapan tak pantas pada sang ibu.
"Punya anak laki-laki itu suruh kerja yang bener atuh, Bu Siti!
"Yang merasa punya hutang, tolong segera dibayar karena ini warung, bukan panti sosial."