Rintik hujan terdengar sayup-sayup. Cahaya matahari pagi tertutup awan mendung. Udara dingin melesak melewati celah dinding, menghantarkan rasanya kedalam tulang. Untung saja ada guling yang mampu menghangatkan tubuh Arland. Tanganya semakin mengeratkan pelukannya pada guling tersebut. Guling ini terasa lebih hangat dari yang dipikirkannya. Semakin dipeluk, entah bagaimana membuat tubuhnya semakin nyaman.
Beberapa saat setelah dia puas memeluk gulingnya ini, Arland menggeliat perlahan, hendak menarik guling dalam dekapannya ke sisi ranjang yang berbeda. Namun, guling tersebut lebih berat dari biasanya. Hal itu membuat Arland perlahan membuka mata. Hal pertama yang dia lihat di pagi secantik ini adalah wajah seorang gadis yang akhir-akhir ini memenuhi kehidupannya.
Wajah cantik dari gadis berambut pirang yang selalu saja rempong dan sulit menurut. Jika ditanya siapa perempuan yang paling menyulitkan, jawabannya adalah Arasha.
