"Kenapa pakai gak enak segala, Rayaaaaa?! Percaya sama gue sih. Gue gak apa-apa. Gue gak masalah lo mau nikah sama Dylan, lo mau salto atau gimana. Gue gak masalah." Arasha berbaring di ranjang, gantian Arland yang memijatnya sekarang.
"Sa tapi… dia mantan terbaik lo." Lirih Raya, mengungkapkan rasa tidak enaknya.
Arasha menghela nafas berat. Dia menatap Arland yang sibuk memijatnya, sesekali bermain dengan perutnya yang dipenuhi oleh tendangan putranya dari dalam sana.
Arland baik. Sangat amat baik. Pria itu bagai seorang pangeran.
Dylan juga baik. Keduanya sama-sama baik. Bedanya, Dylan adalah pria yang sangat manis. Sedangkan Arland pria pemberani. Pria yang sedikit menantang, membuat Arasha tidak se membosankan itu. Apalagi mereka mengenal dari kecil. Jadi, Arland tau apa yang Arasha suka dan tidak.