"Puteri Anda sangat cantik, mulus dan berkelas. Kalau kayak gini, saya bisa beli dia dengan harga tinggi."
"Beneran!?" tanya Pak Wira sambil menatap wajah Frans penuh semangat.
Frans mengangguk-anggukkan kepala sambil memperhatikan tubuh Yuri dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. "Pak Wira minta uang berapa?"
"Enam puluh juta," jawab Pak Wira.
"Enam ratus juga," jawab Yuri bersamaan.
Frans tertawa kecil sambil menatap wajah Yuri. "Kamu berani menghargai diri kamu sendiri dengan harga yang setinggi ini?"
"Yuri, kamu jangan minta uang terlalu banyak! Bisa-bisa, kita nggak dapet uang sama sekali. Bapak hanya perlu enam puluh juta buat bayar hutang Bapak," bisik Pak Wira.
"Bapak cuma mikirkan hutang judinya Bapak aja? Bapak nggak bener-bener mikirin biaya pengobatan Ibu? Bapak sudah janji kalau akan obati Ibu 'kan? Biaya transplantasi hati buat ibu itu enam ratus juta. Kalau mereka nggak bisa bayar, aku nggak akan pergi!" sahut Yuri.
"Kamu harus tetep pergi sama dia dan menghasilkan uang yang banyak buat Bapak! Kamu bisa mengumpulkan uangnya pelan-pelan. Nggak perlu pasang tarif terlalu mahal. Yang penting, hutang Bapak bisa lunas dulu," pinta Pak Wira.
"Pak, Ibu itu lagi sakit! Bapak bukannya mikirin biaya berobat ibu dulu, malah mikirin judinya Bapak. Bapak nggak akan punya hutang sebanyak ini kalau nggak punya hobby judi. Ibu sudah sakit parah, kenapa dia bisa punya suami yang sangat biadab kayak gini," sahut Yuri sambil menatap wajah ayahnya.
PLAK ...!
Pak Wira langsung menampar pipi Yuri. "Anak nggak tahu diuntung! Sudah dibesarkan sampai seperti ini. Bukannya balas budi, malah ngatain bapak sendiri, hah!?"
"Pak Wira, tolong jangan main kekerasan! Wajah cantik ini aset berharga untuk kami!" pinta Frans.
"Maaf! Aku terlalu emosi," tutur Pak Wira sambil menatap Frans.
"Aku akan bayar uang muka enam puluh juta. Sisanya, baru akan bayar sesuai dengan ... berapa banyak dia bisa menghasilkan uang untukku," tutur Frans.
Pak Wira mengangguk-anggukkan kepala. "Baiklah. Baiklah. Mulai hari ini, dia menjadi milik kalian."
Frans mengangguk-anggukkan kepala. "Bawa dia!" perintahnya pada semua anak buahnya.
Lima orang anak buah yang bersama Frans langsung membawa Yuri keluar dari rumah tersebut dan membawanya ke markas besar tempat mereka biasa melakukan transaksi.
"Bersikap baiklah di sini dan jangan coba-coba untuk kabur! Aku sudah terbiasa membayar kekecewaanku dengan nyawa. Kalau mau hidup dengan baik, ikuti semua perintahku!" tutur Frans saat ia sudah memasukkan Yurika ke dalam sebuah kamar yang telah ia sediakan sebelumnya.
"Hiks ... hiks ... hiks ...!" Yuri hanya bisa meneteskan air mata dan tidak sanggup melakukan apa pun. Ia tidak punya kekuatan untuk melawan anak buah Frans yang begitu banyak. Malam ini ... hidupnya akan benar-benar berakhir.
"Usap air mata kamu ini!" pinta Frans sambil menekan kedua pipi Yuri dengan satu tangannya. "Kalau kamu keluar dengan wajah jelek, bisa menurunkan harga kamu. Kamu mau dapet uang banyak 'kan?"
Yuri mengangguk pelan. Ia segera menghapus air matanya. Yang ada di pikirannya, hanyalah menyelamatkan ibunya yang butuh banyak biaya untuk operasi.
"Anak manis!" Frans tersenyum puas sambil menepuk-nepuk pipi Yuri dan meninggalkannya seorang diri di dalam kamar tersebut.
"Aargh ...! Aku harus gimana? Ya Tuhan ... kirimkan malaikatmu buat nolongin aku!" seru Yuri sambil mondar-mandir di dalam kamar. Ia benar-benar tidak bisa menghadapi pria yang punya begitu anak buah seperti Frans.
...
Tepat jam dua belas malam ... acara pelelangan di gedung lantai tiga pusat perjudian terbesar kota Semarang dimulai. Tidak hanya Yuri, di sana ... Frans melelang beberapa wanita yang baru saja ia dapatkan untuk diambil oleh pria-pria berdompet tebal yang sudah duduk rapi di kursi tamu yang mereka sediakan.
Yurika menarik napas beberapa kali sambil berdoa agar ia bisa mendapatkan pria yang baik dan juga uang yang banyak untuk biaya pengobatan ibunya.
"Berdoa saja semoga kita ditawar dengan harga tinggi dan bisa hidup dengan mereka yang berduit. Meski cuma jadi simpanan, no problem. Yang penting ... bisa hidup enak. Udah capek hidup susah terus," tutur salah seorang wanita bergaun merah yang berdiri di sebelah Yuri.
Yuri hanya tersenyum kecut. Hatinya tidak akan rela jika ia harus menjadi wanita simpanan. Meski tidak punya banyak uang, ia ingin berada di posisi yang layak sebagai wanita yang dicintai dan diakui secara resmi.
"Eh, kenapa kamu pakai gaun putih kayak gini?" tanya wanita lain sambil menatap Yuri.
"Supaya kelihatan polos. Lihat aja! Make-up dia polos banget. Kalau kayak gini, nggak bakal dapet uang besar," sahut wanita yang lainnya lagi.
Yuri terdiam. Ia memilih untuk tidak banyak bicara. Di sekeliling ruangan itu, penuh dengan anak buah Frans. Jika ia ingin melarikan diri, pastilah kaki dan tangannya akan dipatahkan lebih dulu.
"Oke, Deal! Wanita pertama kita mendapat harga tertinggi sebesar lima belas juta rupiah. Selamat kepada tuan yang telah memenangkan gadis-gadis terbaik di tempat kami ini," seru pembawa acara yang ada di dalam sana.
Wanita kedua, terjual dengan harga dua puluh lima juta rupiah.
Yuri mendapat giliran yang ketiga. Ia langsung melangkahkan kakinya perlahan memasuki panggung begitu namanya dipanggil. Ia mengedarkan pandangannya ke arah semua tamu yang ada di hadapannya. Semua pria di sana mengenakan topeng, mereka tidak saling mengenali satu sama lain. Ia juga tidak bisa melihat wajah pria-pria itu.
Di sekeliling ruangan itu, anak buah Frans berjaga-jaga. Sungguh, ia tak punya celah untuk melarikan diri dari tempat itu. Ia hanya berharap kalau di depan sana, ada pria baik yang dikirim Tuhan untuknya.
Suara MC terdengar menggema di seluruh ruangan saat membacakan profil Yurika. Semua pria di sana mengangguk-anggukkan kepala sambil menatap wajah Yurika.
"Oke. Kita akan buka harga untuk wanita ketiga kita dengan harga dua puluh juta rupiah. Ada yang berani?"
"Tiga Puluh Juta ...!" seorang pria tua bertubuh gempal langsung mengangkat papan yang telah disediakan.
"Empat puluh juga!" sahut pria yang lainnya lagi.
"Enam puluh juta!"
"Seratus juta!" seru pria muda berjas putih yang ada di sana.
"Seratus juta? Wow ...! Harga yang fantastastis! Masih ada yang berani menawar lagi?" tanya pembawa acara yang ada di sana.
"Dua ratus juta!" seru pria lain.
"Dua ratus lima puluh juta!" seru pria muda yang awalnya sudah menawar dengan harga tinggi.
Kini, tinggal dua orang yang masih bersaing sengit untuk mendapatkan Yurika dengan harga tinggi, salah satunya adalah Grandika yang tidak ingin kehilangan wanita cantik yang pernah ia temui sebelumnya itu.
"Tiga ratus lima puluh juta!"
"Empat ratus juta!"
"Empat ratus lima puluh juta!"
"Enam ratus juta!" seru pria muda berjas putih itu.
"Bang, kamu beneran nawar sebesar ini? Duit dari mana?" bisik pria yang ada di sebelahnya.
"Diam!" balas pria berjas putih itu berbisik.
Semua orang yang ada di sana terdiam. Tidak ada yang berani bersaing dengan harga yang lebih tinggi lagi.
"Enam ratus juta? Wow ...! Masih ada yang berani menawar lagi?" tanya pembawa acara.
Hening.
"Oke. Karena tidak ada yang berani menawar lagi. Kami tutup dengan harga enam ratus juta! Selamat kepada tuan berjas putih yang telah memenangkan gadis cantik ini!" seru pembawa acara.
"Tuan ... silakan naik ke atas panggung untuk mengambil wanita Anda!" pinta pembawa acara.
Pria berjas putih itu mengangguk. Ia langsung naik ke atas panggung didampingi oleh empat orang anak buah Frans dan melakukan transaksi untuk mendapatkan wanita yang dia inginkan.