Chereads / Billionaires: Love and Secrets / Chapter 23 - Chapter 23

Chapter 23 - Chapter 23

"Kelancanganmu ini akan kau bayar dengan sangat mahal, Kenzie." Bentak Austin dengan membanting keras pintu di belakangnya sehingga menimbulkan suara dentuman.

--

Saat ini Darren telah di pindahkan ke El-Flihco Hospital Berlin, Jerman. Setelah di rawat selama beberapa hari di Rumah Sakit tersebut. Kondisi terbaru menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan.

Mengingat Darren yatim piatu jadi, lelaki tersebut hanya di temani oleh beberapa bodyguard. Kenzie masih berada di London untuk mengurus perusahaan yang ada di sana. Sementara Austin, lelaki tersebut juga masih berada di Negara yang sama dan baru sore ini mengatur keberangkatan ke Jerman. Meskipun begitu hal sekecil apa pun tak pernah lepas dari pantauannya. Lelaki tersebut dapat memantau secara langsung melalui CCTV.

Saat ini pun Austin sedang menatap layar ponsel yang tersambung dengan ruang perawatan Darren. Terlihat dengan sangat jelas bahwa sang dokter tengah memeriksa kondisinya.

"Bagaimana keadaan, Mr. Gilbert?" Tanyanya melalui sambungan telepon.

"Mr. Gilbert, menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan, Mr. Austin."

Austin tak henti-hentinya menyungging senyum bahagia. "Good."

Dia semakin tidak sabar untuk segera bertemu dengan rekan bisnis sekaligus sahabatnya tersebut. Satu perintah mutlak terlontar supaya keberangkatan ke Jerman di atur sekarang juga. Sayangnya, Austin harus berbesar hati mengurungkan keinginannya tersebut.

Sang sekretaris memberitahu bahwa Nona Karyl sudah sampai di kantor dan ingin bertemu sekarang juga.

Austin langsung mengerutkan kening. "Ms. Karyl, siapa? Dari mana? Hari ini saya tidak membuat janji temu dengan siapa pun."

"Ms. Karyl, dari BM Magazine, Sir."

Austin tampak memutar bola matanya. Seketika itu juga teringat dengan obrolannya bersama dengan Obsen Brossom selaku CEO BM Magazine.

Pasti ini supermodel yang telah Mr. Obsen janjikan. Fikirnya.

"Antarkan Ms. Karyl ke ruangan saya!"

Austin langsung beranjak berdiri menyambut kedatangan Karyl. Dengan penuh kelembutan dibawanya jemari lentik menuju ke bibirnya. Namun, sebelum bersentuhan dengan bibir kokoh langsung dihempas lembut. "I'am sorry, Sir."

"Why?" Tanyanya dengan raut kecewa.

"Sepertinya ada kesalahpahaman di sini. Perkenalkan saya Karyl, manager Ms. Flower Carnabel." Berpadukan dengan uluran tangan yang di sambut hangat.

Jika manager nya saja secantik ini. Lalu, bagaimana dengan Nona Flower itu sendiri. Pasti lebih cantik dan pastinya memiliki body yang sangat menggiurkan. Batin Austin dengan mengulas senyum penuh arti.

Lelaki itu pun terlihat menyandarkan bokongnya pada pelipis meja dengan bersedekap dada. "Lalu, di mana Ms. Flower?" Tanyanya dengan tatapan tak pernah lepas dari wajah cantik. Yang di tatap merasa tidak nyaman sehingga memilih menundukkan wajah.

Sikap menggemaskan Karyl telah membuatnya mengukir senyum geli beriringan dengan pergerakan jemari kekar menekan dagu sehingga membawa kembali wajah cantik beradu tatap dengannya. "Saya di sini, Ms. Karyl. Jadi, tatap saya ketika kita sedang berbicara. Sekarang katakan, di mana Ms. Flower Carnabel?" Karena seharusnya dial ah yang datang sendiri ke sini. Lanjutnya dalam hati.

"Ms. Flower Carnabel, sedang tidak sehat. Untuk itulah saya yang mewakili datang ke mari untuk membicarakan mengenai kontrak kerja sama."

Bibir kokoh menyungging senyum smirk. "Hal itu hanya akan saya bicarakan dengan, Ms. Flower."

Karyl menyipitkan matanya. "Bukankah acara tersebut tinggal 2 hari lagi. Kalau Anda mengulur waktu lalu, bagaimana dengan persiapannya?"

Bantahan Karyl membuatnya muak. Austin paling tidak suka di bantah apalagi oleh seorang perempuan. Sorot matanya menajam pada wajah cantik. "Saya tidak suka mengulang kalimat yang sama." Kemudian mendekatkan wajahnya beriringan dengan senyum licik. "Pertemukan saya dengan, Ms. Flower Carnabel atau ... "

"Atau apa?"

"Kontrak kerja sama ini batal."

Bagaimana ini? Aku belum membicarakan hal ini dengan, Flow. Dia itu kan paling anti kalau untuk urusan seperti ini. Tapi, kalau aku menolak. Pasti kontrak ini akan langsung di lemparkan pada Alexa Canberra, dan aku tidak mau hal itu terjadi. Gumam Karyl dalam hati.

"Baiklah, secepatnya Anda akan segera bertemu dengan, Ms. Flower. Waktu dan tempatnya akan saya infokan secepatnya."

Austin kembali mendekatkan wajahnya berselimut sorot mata menajam. "Bukan secepatnya, Ms. Karyl. Tapi … " dia sengaja menjeda kalimat dengan mengangkat sudut bibirnya. "Hari ini."

"Sudah saya katakan bahwa Ms. Flower sedang tidak sehat. Saya mohon Anda mengerti dengan kea-"

Menjentikkan jemari ke depan wajah. "Okay, kalau begitu kontrak ini batal."

Austin kembali mendudukkan bokongnya pada kursi kebesarannya. Muak, itulah perasaan yang dia rasakan saat ini. Dia paling tidak suka membuang-buang waktu untuk hal-hal yang sama sekali tidak penting.

"Pembicaraan selesai. Silahkan tinggalkan ruangan!"

Sikap arogansi Austin benar-benar membuat Karyl dalam posisi yang serba salah. Akhirnya keputusan penting pun di ambil tanpa persetujan Flower. "Baiklah, sore ini Ms. Flower akan datang menemui Anda."

"Itu tidak perlu." Menyerahkan selembar kertas kosong dan bolpoint. "Silahkan Anda tuliskan alamat, Ms. Flower. Saya yang akan datang sendiri menemuinya. Cukup mudah bukan?" Menyungging senyum smirk.

Tidak ada pilihan lain, akhirnya Karyl mengikuti semua permainan Austin. Satu hal yang tertanam dengan sangat jelas di dalam benaknya bahwa laki-laki di depannya ini penuh kelicikan dengan sejuta pesonanya.

Austin tampak mengukir senyum puas dengan kertas di tangan. "Hm, ternyata dia tinggal di kawasan elit. Sepertinya wanita ini akan sedikit sulit di taklukkan."

Karyl tak henti-hentinya merutuki kebodohan diri sendiri. Satu hal yang pasti akan diterimanya bahwa Flower akan segera menggantungnya hidup-hidup. Wanita itu tidak suka jika apartement nya di nodai oleh lelaki asing.

"Dasar bodoh, bodoh, bodoh. Oh, Karyl … apa yang sudah kau lakukan." Gerutunya pada diri sendiri.

Saat ini pun Austin sudah berdiri di depan apartement Flower. Satu menit, dua menit, tiga menit berlalu. Akan tetapi, pintu tidak juga terbuka. "Shittt, buang-buang waktu saja." Geramnya dengan melenggang dari sana. Tak berselang lama setelahnya, pintu terbuka. "Siapa?"

Suara merdu yang menggelitik pendengaran membuatnya menghentikan langkah. Dengan segera memutar tubuh sehingga beradu tatap dengan wajah cantik. "Oh My God, cantik sekali." Pujinya tanpa sadar.

Sudut mata Flower memicing dengan lelaki tampan yang berjalan mendekat. Tanpa di sangka dan tanpa di duga langsung mengulurkan tangan. "Anda pasti, Ms. Flower. Perkenalkan saya Austin Matthew Bholthon, dan Anda cukup memanggil saya, Austin."

Flower tidak menjawab, bahkan menyambut uluran tangan pun sama sekali tidak. Wanita itu pun tampak bersedekap dada, melemparinya dengan tatapan tajam mematikan.

Atas sikap Flower itulah yang telah mencipta rasa geram. Cantik tapi, sombong! Makinya dalam hati.

"Seperti inikah cara Anda menyambut seorang tamu, Ms. Flower."

Bibir ranum menyungging senyum sinis. "Saya tidak mengenal Anda. Lebih baik Anda pergi dari sini sebelum para petugas keamanan menyeret tubuh Anda, kemudian melemparnya dari lantai paling atas."

Flower bergegas menutup pintu, akan tetapi gerakannya tertangguhkan oleh ujung sepatu Austin. "Jangan melampaui batasan Anda! Saya tidak mengenal Anda dengan baik, keluar!"

"Jadi, Ms. Karyl belum menceritakan siapa saya?" Dengan tatapan memicing.

Kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran telah membuat Flower tersentak hingga bola matanya membeliak sempurna. "Karyl … "

🍁🍁🍁

Next chapter ...