Kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran telah membuat Flower tersentak hingga bola matanya membeliak sempurna. "Karyl … "
--
"Karyl, kau cari mati." Geram Flower dengan wajah mengetat.
"Apakah Anda akan tetap membiarkan tamu Anda berdiri di depan pintu seperti ini, Ms. Flower."
Flower langsung mengulas senyum yang terkesan di paksakan, kemudian memberi ruang bagi Austin untuk memasuki apartement nya.
Tanpa Flower tahu Jason baru saja keluar dari pintu lift. Lelaki yang bertatus sebagai mantan tunangannya itu pun tampak mengepalkan kedua tangan di suguhkan pada pemandangan yang tak biasa.
"Menjijikkan! Tak ku sangka kau bertindak rendahan, Flow. Dengan mudahnya masukkan lelaki asing ke dalam apartement mu. Sementara aku saja yang jelas-jelas mengenalmu dengan sangat baik tak pernah kau ijinkan masuk."
Langkah tegas mendekati pintu. Ingin rasanya mendobraknya kemudian menyeret lelaki tidak tahu diri tersebut keluar dari sana. Sayangnya, keinginan hanya tinggal keinginan ketika dia pun di kejutkan dengan kedatangan Karyl.
"Jason, apa yang kau lakukan di sini?"
Yang di tanya tidak menjawab kecuali melempari Karyl dengan kilatan penuh amarah.
"Hai, aku bertanya apa yang kau lakukan di depan apartement, Flow? Apakah kau ingin bertemu dengan-"
"Bukan urusanmu." Beriringan dengan langkah lebar menuju lift.
"Dasar aneh. Eits, kelihatannya dia sangat marah. Tapi, marah kenapa ya?" Karyl tampak mengetuk-ngetukkan jemari ke dagunya sendiri. "Pasti Flow sudah mengusirnya. Bagus deh. Lagi pula dia itu tidak tahu diri. Sudah bertunangan dengan Rose, masih juga mengejar-ngejar, Flow. Dasar laki-laki tidak bermartabat."
Sementara itu, Flower sedang terlibat ke dalam perbincangan penting mengenai hal apa saja yang harus dilakukannya dalam acar peluncuran product baru tersebut.
"Saya mau segala sesuatunya berjalan dengan sempurna."
Flower menyungging senyum tipis. "Anda tidak perlu merasa risau dengan hal-hal seperti itu, Mr. Austin."
"Sebagai Brand Ambassador, saya mau Anda-"
"Segala sesuatunya akan berjalan sesuai dengan keinginan Anda." Potong Flower cepat.
Meskipun perbincangan terlihat serius, akan tetapi ekor mata Austin tak henti-hentinya mencuri-curi pandang pada wajah cantik.
Berulang kali dia pun di buat menelan kasar saliva ketika bermanjakan bibir pink merona. Uh, ingin rasanya aku mencicipi rasa manismu itu, baby. Menyentuh kulit lembutmu, menenggelamkan kepalaku di antara rambutmu yang harum, mendesahkan namamu dan menenggalamkan milikku di antara kehangatanmu.
Austin mulai tenggelam ke dalam sensasinya sendiri hingga sesuatu di bawah sana terasa sesak seolah memaksa untuk segera di bebaskan. Perlahan tapi pasti jemari kekar meluncur ke bawah kemudian mengusapnya perlahan. Refleks, dia pun mengerang tertahan.
Beruntung, Flower tidak mendengarnya. Wanita itu pun terlihat fokus mempelajari kontrak kerja sama mengenai hal apa saja yang boleh dan tidak boleh di lakukan selama kontrak berlangsung. Sementara Austin yang sudah tidak dapat menahan gairah tampak menggeser duduknya menjadi lebih dekat.
Uh, baby … dari jarak yang lebih dekat keharumanmu membuatku mabuk kepayang. Belum menyentuhmu saja sudah membuatku tergila-gila. Apalagi kalau jemariku ini menyentuh kulit lembutmu. Uh, akan ku umumkan kepada seluruh Dunia bahwa service Flower Carnabel sangat liar dan tentunya memuaskan. Uh, baby ingin rasanya aku merasakan milikmu sekarang juga. Gumamnya dalam hati sembari mengulurkan sebelah tangan hendak merengkuh pinggang ramping. Sialnya, di saat bersamaan terdengar suara bel. Dengan segera menarik kembali tangannya, begitu juga dengan posisi duduknya.
"Saya tinggal sebentar, Mr. Austin."
"Silahkan, Ms. Flower." Tatapan Austin tak pernah lepas dari pantat Flower. Meskipun tidak berisi, akan tetapi membuatnya berdebar tak karuan.
Uh, ingin rasanya menarik pinggul ramping tersebut ke atas pangkuan, kemudian menghujaninya dengan cinta dan kasih sayang. Eits, cinta? No! Bukan cinta dan kasih sayang melainkan hasrat dan gairah.
"Bersabarlah, Austin. Sebentar ini tubuh ramping ini akan segera berada di bawah tindihanmu." Lirihnya penuh rasa percaya diri.
Bibir kokoh tak henti-hentinya menyungging penuh kemenangan. Baginya, sebentar lagi naluri kelelakiannya akan segera terpuaskan. Sayangnya, senyuman itu pun lenyap meninggalkan pemiliknya bergantikan dengan rasa kecewa.
"Shittt, untuk apa wanita ini datang ke sini?" Geramnya dengan sangat lirih sehingga tidak ada yang mendengar.
Karyl tersenyum. "Semoga kedatangan saya ke sini tidak mengganggu perbincangan Anda dengan, Ms. Flower." Kemudian menolehkan wajahnya ke arah Flower berpadukan dengan kerlingan.
Austin langsung mengulas senyum yang terkesan di paksakan. "Tentu saja tidak."
Kini, perbincangan terasa sangat membosankan. Kehadiran Karyl benar-benar merusak semua rencana yang sudah tersusun rapi. "Baiklah, perbincangan ini akan kita lanjutkan lain waktu. Saya permisi."
"Kenapa terburu-buru, Mr. Austin. Apakah kedatangan saya mengganggu-"
Menyentuh lembut pundak Karyl sesekali sedikit memberinya remasan. "Tentu saja tidak, Ms. Karyl." Setelahnya, mengalihkan tatapannya pada Flower. "Saya permisi, Ms. Flower. Terima kasih atas waktunya."
"You are welcome, Mr. Austin."
Tanpa mengurangi rasa hormat langsung mengantarkan lelaki tersebut sampai ke pintu. Sebelum meninggalkan apartement Flower, lelaki tersebut melemparinya dengan kerlingan genit. "Sampai berjumpa kembali di Austin Company." Yang di balas dengan seulas senyum hangat.
Setelah kepergian Asutin. Flower langsung melempari Karyl dengan sorot mata menajam. Sementara yang di tatap memilih menundukkan wajah berirama 1 kata. "Sorry … "
"Sorry … kau bilang, sorry. Apa kau fikir dengan kata sorry masalah selesai, hah?" Bentaknya.
"Gara-gara kau. Apartement ku telah di nodai oleh lelaki menyedihkan itu."
Karyl langsung mengangkat wajahnya. "Jaga bicaramu, Flow! Dia itu seorang CEO."
"Apa perduliku. Sekalipun dia seorang President, aku sama sekali tak perduli."
"Kau!" Geram Karyl. "Awas saja kalau kau sampai menciptakan masalah."
Flower langsung membanting tubuhnya ke atas sofa panjang. "Lalu, apa gunanya kau. Aku membayarmu dengan sangat mahal untuk menyelesaikan masalah yang ku ciptakan."
Karyl langsung membanting tas ke atas sofa. "Sekali saja bersikaplah serius, Flow. Kau selalu saja membuatku dalam kesulitan."
Manik hazel menggeliat penuh ketajaman. "Di sini yang seharusnya marah itu aku, dan bukannya kau. Dasar manager menyebalkan!"
"Dan manager yang kau bilang menyebalkan inilah yang melambungkan karirmu hingga menjadi supermodel. CATAT ITU!"
"Hai, kau. Gelar supermodel tidak semata-mata melambung karena negosiasimu. Tapi semua itu karena kepiawianku berjalan di atas catwalk. CAMKAN ITU BAIK-BAIK, Ms. Karyl!" Bentak Flower tak kalah tinggi.
"Huh, kau ini selalu saja tak mau kalah, Flow. Dasar menyebalkan!" Kalau aku tidak terlanjur menyayangimu layaknya kasih sayangku pada Adik-ku sendiri. Maka, sudah sejak lama kau ku tinggalkan. Lanjutnya dalam hati dengan dada naik turun menahan amarah.
"Hai, kau. Mau sampai kapan berdiri di situ, huh? Sofa ini masih berbaik hati menerima mu jadi, duduklah sebelum kaki mu kesemutan."
"Lebih baik kaki ku ini kesemutan dari pada-"
"Terserah." Potong Flower cepat.
🍁🍁🍁
Next chapter ...