Chereads / Billionaires: Love and Secrets / Chapter 17 - Chapter 17

Chapter 17 - Chapter 17

Darren tengah menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dengan menatap langit-langit ruangan. "Kau sudah salah berurusan denganku, Ms. Flow. Kita lihat saja, sebentar lagi kesombongan mu dan juga keangkuhan mu akan terbayarkan dengan sangat mahal. Bahkan kau pun tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya."

--

Dilantai bawah Karyl terlihat memberengut kesal menunggui model kesayangan yang sudah disayangi layaknya saudara sensiri. Ingin rasanya menyusul ke lantai atas. Sialnya, ia pun tidak diizinkan ke lantai tersebut tanpa membuat janji terlebih dahulu dengan CEO Gilbert.

"Ribet sekali sih perusahaan ini. Masa iya untuk bertemu dengan sang billionaire saja harus membuat janji." Kesalnya.

Bosan dibuat menunggu tanpa melakukan apa pun membuatnya menggerutu. "Huh, lama sekali sih dia ini. Aku sangat yakin pasti si Flow sedang enak-enakkan dengan Mr. Gilbert. Sementara aku ... aku seperti orang hilang di lantai ini sendirian. Tujuanku ikut ke sini kan untuk bisa bertemu dengan lelaki pujaanku, Darren Ewald Gilbert. Nyatanya, keinginanku ini harus terpatahkan oleh keegoisanmu, Flow. Dasar menyebalkan!"

Tanpa sengaja ekor matanya menangkap arah jarum jam di pergelangan tangan. Tak terasa 30 menit berlalu, akan tetapi yang dia tunggu masih belum juga menunjukkan batang hidungnya. "Awas saja kau, Flow. Aku sangat marah padamu." Sambil mencengkeram kedua tangan hingga buku-buku jari memutih. Wajahnya yang cantik mengeras dengan bibir mengetat. Sementara tatapannya lurus ke depan bermanjakan lalu lalang para karyawan Gilbert Company.

"Ayo kita pulang!"

Suara yang sudah tidak asing terdengar tajam menggelitik pendengaran. Dengan segera menolehkan wajahnya sehingga bertatapan secara langsung dengan punggung ringkih yang sudah berjalan menjauhinya.

Karyl tampak menyentak kasar kedua kakinya hingga berdiri tegak. Langkah penuh amarah terlihat mengekori Flower dari belakang. Ia terlihat tergesa-gesa mendekati pemilik tubuh ramping yang berstatus sebagai modelnya tersebut.

Dengan kasar menyentak pundak ramping sehingga terdengar suara rintih kesakitan. "Auch ... "

Kilau hazel menggeliat rasa tak suka. "Sakit tahu." Bentaknya. "Kau ini kasar sekali memperlakukanku. Kalau pundakku ini sampai cidera apa kau mau bertanggung jawab, hah?"

Tanpa rasa takut sedikit pun Karyl mendekat dengan melemparkan tatapan sinis. "Aku bukan supir mu! Tak bisakah kau memperlakukanku dengan baik, hah? Seenaknya saja kau membuatku menungguimu di lantai bawah seperti orang bodoh. Ketahui satu hal bahwa aku ini manager mu, Flow!"

"Kalau kau tidak mau menungguiku dilantai bawah maka, tinggal menyusul ku ke lantai atas, beres kan? Masalah simpel seperti itu tidak perlu di besar-besarkan!" Bentaknya.

"Kau bilang apa, hah? Ulangi sekali lagi, Ms. Flower Carnabel!"

Flower yang sudah sangat geram semakin dibuat geram dengan sikap managernya. "Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan mu!"

"Ya, tentu saja. Karena waktu mu sudah kau habiskan untuk bersenang-senang dengan, Mr. Gilbert, iya kan? Jawab!"

"Kau ini bicara apa sih, Karyl? Dasar ngacau! Mana kunci mobil?!"

Karyl tidak juga memberikannya, kecuali menghujani Flower dengan rasa tak suka. Geram hingga darahnya mendidih, itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana perasaan Flower saat ini.

Seketika itu juga wajah cantik mengeras, bibir mengetat, tatapan berubah nyalang. "Ku ulangi sekali lagi, di mana kunci mobil?!" Desisnya tepat di telinga Karyl membuat sang pemilik beringsut mundur.

Flower yang sudah dibuat naik darah oleh Darren. Kini, darahnya semakin mendidih dihadapkan pada sikap Karyl yang telah menguras habis kesabarannya.

Dengan kasar merebut tas manajernya tersebut kemudian melemparkannya kembali tepat mengenai dada Karyl.

"Emosiku sedang tidak stabil jadi, jangan menambah amarahku, Karyl. Kecuali kau siap ku jadikan tempat pelampiasan." Nada suaranya terdengar tajam menggelitik pendengaran sehingga membuat bulu roma Karyl berdiri seketika itu juga.

"Kalau kau mau pulang denganku, masuk!"

"Aku bisa pulang sendiri." Jawab Karyl ketus.

Bibir ranum terangkat ke atas sebelum melajukan mobil dengan kecepatan tinggi meninggalkan kawasan Gilbert Company. Meninggalkan Karyl yang menghujaninya dengan tatapan meremang. "Tak pernah aku lihat dia semarah ini. Aku sangat yakin bahwa Mr. Darren telah melukai egonya. Sejauh yang aku tahu Flow akan sangat murka apabila egonya terluka."

Entah Sudah berapa lama tenggelam ke dalam pikiran sendiri dengan tubuh mematung. Yang jelas tepukan lembut pada pundak sebelah kiri telah membawa kesadarannya kembali.

"Sorry, sudah mengagetkan Anda, Nona ... " Kenzie menjeda kalimat dengan tatapan menelisik pada wajah cantik. "Apakah Anda karyawan baru di kantor ini? Wajah Anda sangat asing." Lirihnya pada kata terakhir.

Karyl tidak menjawab kecuali melempari Kenzie dengan senyum smirk. "Dasar lelaki aneh." Umpatnya beriringan dengan langkah kaki menuju deretan taxi yang tampak berjejer rapi.

Sementara itu, kenzie menguncikan tatapannya pada pemilik tubuh ramping yang sombong dan juga angkuh. Seketika itu juga ingatannya berpusat pada pemilik manik hazel yang menjadi salah satu penghuni Gilbert At London Apartment.

"Kesombongan mu sudah menyerupai Ms. Flower Carnabel, Nona. Akan tetapi, kau jauh lebih jinak. Ms. Flower sudah seperti Singa betina. Buas, Liar, mengerikan, dan pastinya sadis. Ah, sayang sekali dia itu sangat cantik. Bahkan kecantikannya sama sekali tak tertandingi. Aku belum pernah menjumpai wanita cantik secantik dirinya."

Oh My God, apa yang aku lakukan di sini. Aku kan harus segera menjalankan perintah, Mr. Gilbert. Kalau sore ini berkas tersebut belum ada di meja kerjanya maka nyawaku lah yang menjadi taruhannya. Aku tidak mau menjadi sasaran empuk dari kemurkaan manusia setengah Iblis itu. Batin Kenzie.

Dengan segera memberi perintah kepada detektif kepercayaan untuk menjalankan tugasnya tersebut.

Detektif yang disewanya ini memang luar biasa professional. Dalam waktu singkat seluruh informasi mengenai Flower Carnabel telah terangkum secara terperinci.

"Semua informasi sudah tertulis secara jelas di dalam dokumen ini, Sir." Ucap sang detektif dengan menyerahkan map bertali berwarna merah tersebut.

"Terima kasih. Kinerja Anda tidak pernah mengecewakan." Berpadukan dengan uluran tangan yang disambut hangat.

"Kalau begitu saya permisi, Mr. Kenzie."

"Mari saya antarkan sampai ke depan."

Setelah kepergian sang detektif. Ditatapnya sekilas dokumen yang tampak menarik minatnya tersebut. Ingin rasanya membuka isinya untuk mengetahui seputar informasi mengenai Flower Carnabel. Akan tetapi, seketika itu juga ada keraguan menyergap.

🍁🍁🍁

Next chapter ...