He Xi Huan baru selesai membersihkan diri dan berulang kali mendengar ketukan di pintu, tetapi tidak ada orang yang bersuara sehingga ia tidak tahu siapa itu. Berpikir jika sosok yang berada di luar kamarnya adalah Jamie, dengan tidak sabar membuka pintu tanpa memakai pakaian. Dia tidak tahu jika Han Yiyue yang mengganggu dan tidak memikirkan laki-laki itu karena tidak sesuai karakternya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya dengan perubahan suara yang kontras. Berbalik memasuki kamar dan membiarkan pihak lain mengikuti.
Han Yiyue yang terkejut melihat penampilan He Xi Huan masih bergeming layaknya orang bodoh. Merah di pipi segera menyebar hingga pucuk telinga, samar dan tersembunyi, tetapi terasa panas. Jika saja ini terjadi sebelum ia menyadari keinginan kecil hatinya, tentu reaksi yang terjadi tidak akan seperti ini, paling-paling hanya menimbulkan rasa iri.
Tubuh He Xi Huan sangat bagus dan tidak memburuk bahkan setelah bertahun-tahun, sebaliknya itu tampak lebih menawan dengan kedewasaan yang ditanam setiap tahunnya. Sangat menggoda ditambah sisa tetesan air dari rambut basahnya, menetes ke leher, dan berakhir di tulang selangka.
Membuang pikiran kotornya, Han Yiyue mengikuti langkah He Xi Huan dan menutup pintu. Duduk tenang di sofa, manik mata tidak lepas dari setiap gerakan yang dilakukan laki-laki lain di ruangan itu, berbanding terbalik dengan jantungnya yang berdegup kencang.
Ekspresi wajahnya tidak memiliki perubahan selain pipi yang sedikit merah, tetapi mata memperlihatkan segalanya. Perasaan rumit yang ditekan juga keinginan besar, ada keraguan serta ketakutan. Takut jika pihak lain akan berbalik membencinya. Han Yiyue terlalu banyak berpikir dan tidak menyadari jika sosok itu mulai berjalan ke arahnya.
Duduk di samping Han Yiyue, He Xi Huan meraih kotak rokok di atas meja dan mengeluarkan sebatang. Pemantik api berada di dekat Han Yiyue, mau tidak mau ia meminta laki-laki itu mengambilkannya.
He Xi Huan tidak mengerti banyak mengenai sifat manusia karena kecenderungannya yang masa bodo dan tidak peduli apa-apa, tetapi bukan hal sulit untuk melihat sekilas perubahan mereka. Belum lagi bagi sosok seperti Han Yiyue, sangat mudah ditebak ketika ia tidak mengikuti kebiasaannya.
"Ada apa denganmu? Kamu mengalami masalah dengan Carla atau Karl?"
Setelah tinggal lama bersama Han Yiyue, tentu saja beberapa hal dapat ditebak. Han Yiyue biasanya akan bersikap aneh ketika dia memiliki konflik ringan dengan Carla atau Karl, pengajar menembaknya, dia akan mendatangi He Xi Huan dengan beragam keluhan berharap dapat pembelaan.
Asap abu-abu keluar dari mulut He Xi Huan, tetapi tidak ada jawaban dari pertanyaannya. Han Yiyue sedikit menundukkan kepala seakan enggan bertatapan muka dengannya, itu membuat siapa pun akan berpikir sesuatu yang buruk terjadi. Namun, tidak ada jawaban tepat yang bisa dipikirkan He Xi Huan. Ia mengerutkan kening dengan tidak senang, bibir kembali bergerak dan melayangkan pertanyaan lain.
"Masalah apa yang kamu hadapi sekarang, ah? Jika tidak ada sebaiknya pergi." Suasana hatinya hanya sedikit lebih baik setelah mandi, tetapi dapat kembali memburuk jika kebisuan Han Yiyue bertahan lama. Agak menyebalkan mengurus bocah itu.
Han Yiyue mengangkat kepalanya, menatap ke arah He Xi Huan, tanpa ekspresi berkata, "Carla bilang aku tidak perlu menemuinya dalam beberapa hari ke depan."
"Hm, lalu?"
Keheningan kembali memenuhi ruang di antara mereka, membuat He Xi Huan menghela napas panjang. Mengurut kening dan menghindari tatapan ambigu pihak lain. Entah apa yang ingin disampaikan Han Yiyu padanya, seberat apa permasalahan itu sampai ia begitu ragu.
"Xi Huan." Suara rendah terkesan malu-malu. Sangat jarang Han Yiyue menggunakan nada itu untuk memanggil seseorang. Han Yiyue sedikit menunduk, menghindari tatapan langsung dengan He Xi Huan. "Carla memintaku untuk mulai menemukan target laki-laki dan membawa ke kamar tidur."
Sesaat He Xi Huan terpana oleh sikap malu-malunya dan kehilangan kemampuan berbicara. Hanya menatap pihak lain yang sedikit demi sedikit menonjolkan kemerahan di pipi, jauh lebih kuat dari sebelumnya. Tiba-tiba dia memiliki keinginan untuk menggertak laki-laki itu, mengacaukannya dengan sangat buruk, dan membuatnya memohon pengampunan. Namun, pemikiran itu tidak beralasan sehingga segera ditepis.
He Xi Huan batuk ringan sekali, mengalihkan perhatian ke arah lain. Dengan suara serak ia bertanya, "Apa lagi yang dia katakan?"
"Dia bilang aku bisa mencobanya dengan seseorang yang kukenal lebih dulu untuk mempermudah." Ia berbicara dengan suara yang sangat kecil sampai-sampai sulit didengar, membuat pihak pendengar harus mencerna lebih serius.
Wajah He Xi Huan jelas menunjukkan kebingungan yang samar, hanya beberapa kata saja yang berhasil ditangkap. Kerutan kembali mengisi kening dan melirik Han Yiyue seakan bertanya lagi.
Tepat ketika Han Yiyue mendongak dan dia melihat wajah kebingungan He Xi Huan. Ada sedikit rasa kesal di hatinya, tetapi lebih banyak rasa malu. Bagaimanapun, sulit untuk mengatakan pembicaraan seperti ini kepada seseorang yang kita pikirkan sebagai rekan bermain.
Han Yiyue menekan bibirnya, mempersiapkan hati untuk mengungkapkan niat, kata demi kata telah disusun dalam otak. Namun, wajah He Xi Huan benar-benar mengundang kekesalan dan rasa malu yang lebih besar lagi. sukses mengacaukan pikiran yang diusahakan untuk tetap tenang.
Pada akhirnya, Han Yiyue dengan impulsif berseru, "He Xi Huan, tidurlah denganku!"
"Apa …."
Kata-kata He Xi Huan menggantung sampai di situ, Han Yiyue kembali menyuarakan isi hatinya lagi.
"Ini akan menjadi yang pertama. Jadi aku …." Wajahnya semakin merah dan terlihat jelas menyimpan rasa malu. "Aku tidak ingin tidur dengan laki-laki yang tidak aku kenal. Setidaknya untuk pertama kali."
He Xi Huan tidak memberi jawaban apa pun, tetapi ia tidak melepaskan pandangan dari sosok di hadapannya. Pikiran dipenuhi oleh beragam hal entah itu mengenai kewarasannya sendiri ataupun keinginan kecil yang dirasakan. He Xi Huan tidak pernah menganggap Han Yiyue sama seperti Feng Ruo ataupun Xiao Bao, terlepas dari kesamaan mereka yang tumbuh di bawah perhatiannya. Namun, sejak menyadari perbedaan Han Yiyue dibanding orang lain, ia berusaha keras mengabaikan dan memperlakukannya sama seperti anggota lain.
Mendengar Han Yiyue yang mengatakan hal seperti itu, meskipun dengan alasan masuk akal, He Xi Huan tahu jika perasaan mereka satu sama lain tidak akan pernah sama.
"Kamu yakin?" ia bertanya dengan suara enggan. Terlihat acuh tak acuh karena mengembuskan asap rokok seperti biasa, seolah tidak pernah mendengar sesuatu yang mengejutkan. Sikapnya bertolak belakang dengan Han Yiyue yang dipenuhi perasaan rumit, tetapi tetap menganggukkan kepala tanpa pikir panjang.
Meski telah mendapat jawaban, He Xi Huan masih belum diyakinkan. Ia kembali bertanya, "Sebera besar itu?"
Kali ini, Han Yiyue tidak hanya tetap diam dan mengangguk patuh. Ia mengangkat wajah untuk melihat garis pandang pihak lain, bibirnya mengerut ringan, manik mata menyembunyikan ketidakpuasan yang merujuk pada rasa kecewa.
"Jika kamu tidak mau, aku akan pergi menemui Jamie. Dia pasti mau membantuku."