Isak tangis Lea pecah saat melihat Bi menahan sakit luar biasa, obat yang di masukkan ke tubuh Bi membuatnya kesakitan, Lea yang melihat di luar ruangan tak bisa menahan diri saat melihat hal itu.
Sudah satu minggu Lea terus di rumah sakit, melihat perubahan yang di alami Bi tapi tidak sesuai yang di harapkan Lea. Keadaan Bi semakin lemah tubuh Bi semakin kurus dan rambut Bi mulai mengalami rontok efek obat yang di terimanya.
"Sayang aku udah gak kuat lagi, obat obat itu membuat ku lemah"
Lea yang mendengar hal itu hanya bisa menangis dan memeluk Bi yang tanpak sangat kesakitan.
"Sayang kita pulang aja, biar aku bisa istirahat di rumah aku gak suka rumah sakit ini" ucap Bi memohon pada Lea.
"Bi pengobatan ini penting buat kamu, kamu harus sembuh"
"Aku gak kuat lagi sama semua pengobatan ini, lihat aku semakin hancur "
"Bi memang tanpak seperti itu, tapi banyak sel kanker di dalam tubuh kamu yang mati"
"Sayang aku tau, walaupun sel kanker itu mati hari ini tidak menutup kemungkinan sel itu tidak bisa bertumbuh karna seluruh tubuh ku sudah di gerogoti" Bi mencoba menjelaskan maksud nya.
"Bi tolonglah, kamu harus lebih kuat pengobatan ini harus selesai" Lea memohon sambil meneteskan air matanya.
Lea yang tak kuat melihat Bi memohon beranjak ke kamar mandi, meluapkan rasa sakit di dadanya.Orang yang sangat di sayanginya harus terlihat begitu putus asah dan kesakitan.
Bissstt bistttt
"Hallo Criss"
"Lea kamu baik baik aja?" Criss bertanya di seberang suara.
"Ahh...aku hancur Criss" Lea terdengar sangat lemah.
"Lea kamu sakitt atau kamu ada masalah sama Bimo?" Criss semakin penasaran.
"Aku gak sakit Criss tapi Bimo"
"Sakit apa biar kami bisa jenguk dia, sore ini kami bisa ke sana" Criss sepertinya ingin memberi semangat pada Lea.
"Gak usah Criss, aku gak mau kalian melihat keadaan dia"
"Kenapa Lea? Bimo sakit apa? Kenapa kamu gak pernah cerita bukankah kita teman?" Criss seolah marah pada Lea.
"Bi sakit parah Criss aku ga tau apa yang harus aku lakuin sekarang, aku takut harus kehilangan dia" suara Lea mulai bergetar tak sanggup menahan sakit di hati nya.
"Lea pliss.. kamu cerita, mungkin kita bisa dapat solusi atau rumah sakit yang baik buat Bimo" Criss berusaha memberi semangat pada bos yang sudah di anggap nya teman itu.
"Criss apa Bimo akan pergi lagi, bagaimana aku bisa hidup kalau dia tidak ada"
"Lea pliss kamu ngomong apa sih, pasti Bimo sehat kamu harus semangat dong dimana Lea yang kuat selama ini"
"Criss Bi kena kanker stadium akhir, sudah seminggu kami di rumah sakit menjalani kemoterapi dan banyak pengobatan lain nya. Tapi Bi makin drop dan dia terus minta pulang" Lea seperti putus asa dengan usaha yang di lakukannya.
"Ya Tuhan, Lea aku ga tau harus gimana aku ga tau bakalan separah itu"
"Aku juga sempat berpikir Bi cuma demam biasa, ternya seperti ini rasa sakit Criss harus melihat Bi menahan sakitnya. Andai aku bisa meminta sebagian rasa sakitnya itu"
"Lea kasih tau alamat rumah sakit, aku pasti datang untuk mendengar semua sakit di hati mu" Criss memohon agar di beri ijin berkunjung.
"Criss jangan kasih tau siapapun soal sakit Bi ini, aku ga mau semua orang kantor tau" ujar Lea pada Criss di seberang.
"Ia ia, aku janji akan diam" Criss sepertinya sungguh sungguh.
"Criss aku mau masuk melihat Bi lagi, tolong bantu Sea jika ada hal sulit yang tidak bisa di kerjakan nya." Pesan Lea.
"Baiklah akan ku bantu semampu ku"
Langkah Lea buru-buru menuju kamar Bi, dia ingin cepat cepat melihat keadaan orang yang di sayanginya itu.
Lea mengusap dahi Bi yang berkeringat di ruangan yang dingin itu, pertanda ada sakit yang sedang di tahan Bi di dalam tubuhnya.
Lea meremas kancing baju nya mencoba kuat melihat penderitaan Bi.
" permisi buk, kami akan membawa bapak Bimo ke ruang pengobatan" seorang perawat berkata kepada Lea.
"Oh baiklah" Lea memberi ijin pada perawat itu.
"Suster, apa pengobatan ini akan berhasil" Bi tiba- tiba terbangun dari tidur dan bertanya.
"Kita sedang berusaha pak" perawat itu tersenyum ke arah Bimo.
"Sayang kita pulang aja yok, aku udah ga kuat sama pengobatan ini
Rasanya nyeri di seluruh badan" Bi memohon lagi pada Lea.
"Kamu harus sembuh Bi, suster silahkan" Lea mencoba tegar di depan Bi memberi semangat dan tersenyum seolah tidak sakit di hatinya.
Lea kembali menatap Bi yang meronta dan muntah dalam ruangan kemoterapi, melihat banyak obat yang di masukkan ke tubuh suaminya itu. Tangis nya tak bisa di bendung rasa nya hancur setiap detik melihat bi harus seperti itu.
"Sayang kuat lah aku tau kita bisa melalui ini, aku tau kamu kuat, aku ga mau kehilangan kamu" Lea berkata di dalam hatinya sambil terus melihat Bi yang ke sakitan dari luar ruangan.
Bi kembali lagi ke ruangan nya setelah menerima pengobatan dan berjuang menahan sakit.
Lea yang melihat Bi mencoba membersihkan badan Bi dengan handuk basah, sesekali bercerita tentang masa kecil mereka agar Bi bisa lupa rasa sakitnya.
Memeluk Bi sampai tertidur.
Saat yang paling sakit adalah ketika kamu melihat orang yang paling kamu sayangi menahan sakit luar biasa sedangkan kamu berusaha menahan sakit di hati mu karna tidak bisa berbuat apa apa untuk membantunya.
Malam itu Lea melihat wajah Bi dan terus berdoa di hatinya.