"Mami kenapa repot repot datang ke sini" Lea mencium pipi Bu Rena yang datang dengan beberapa bungkus makanan.
" gak apa-apa mami mau lihat Bimo, mami masak bubur buat Bimo biar cepat sembuh" Bu Rena tersenyum ke arah Bi yang duduk di kursi roda karena sudah tidak kuat berdiri.
"Makasih mi pasti masakan mami enak" Bi tersenyum manis ke arah Bu Rena.
"Enak dong jadi kamu harus banyak makan biar sembuh" wanita itu mengelus lengan Bi dengan lembut.
"Ia mi pasti Bi sembuh"
"Aku suapin ya sayang" Lea membuka bungkusan bubur yang di bawa maminya itu dan menuangkannya ke dalam mangkok.
"Ia aku juga udah lapar" Bi tertawa kecil.
Bi tampak lebih semangat di rumah lebih banyak tersenyum di bandingkan waktu di rumah sakit Bi harus menahan sakitnya pengobatan.
Bu rena juga memutuskan untuk menginap di rumah pengantin baru itu untuk beberapa hari.
Bissstt bistttt...
"Hallo Criss"
"Hallo Lea, boleh aku datang menjenguk Bimo hari ini?"
"Datanglah, tapi kami sudah di rumah Criss jadi ke rumah saja"
"Tapi pengobatan Bimo?"
" dia lebih bahagia di rumah, sekarang dia tampak lebih hidup, aku gak kuat mendengar bujukannya untuk pulang" Lea menjelaskan hal itu pada Criss.
"Ahkk kenapa Bimo tidak bisa sabar sedikit pengobatan itu sangat penting" Criss tampak tak setuju dengan keputusan Lea.
"Aku juga putus asa Criss tapi bujukannya tak bisa ku dengar lagi"
"Baiklah aku akan ke sana malam ini"
"Sampai jumpa Criss"
Panggilan telepon itu berakhir.
Beberapa saat setelah panggilan itu berakhir Lea masuk ke kamar memastikam Bi sudah tidur. Bu rena pun sudah tak terlihat sepertinya sedang istirahat karna lelah memasak untuk di bawa ke rumah Lea.
Lea yang duduk di sebelah Bi memegang tangan Bi seraya berkata dalam hatinya.
Tuhan cobaan apa yang sedang kau berikan ini, kenapa saat aku sudah memilikinya dia harus merasakan sakit ini.
Tangisnya tak dapat di bendung saat melihat kepala Bi yang di tutupi topi karna pengobatan membuat rontok rambut Bi.
Mata Bi yang tampak hitam dan wajah yang pucat.
Laki laki yang dulu tampak sangat menawan itu kini tertidur dan tak berdaya.
"Sayang kamu gak istirahat?" Bi terbangun dan melihat Lea.
"Ahhh kamu istirahat aja aku jagain kamu sayang" Lea segera menghapus air matanya.
" sayang kamu gak boleh sedih, kita harus kuat kan"' Bi tersenyum pada Lea.
"Ia sayang kita pasti bisa" Lea mencium pipi Bi.
Beberapa saat setelah kata-kata itu, Bi tiba tiba batuk darah dan muntah muntah, Lea yang panik berteriak membuat Bu rena berlari ketakutan akan hal buruk terjadi.
Malam itu seperti mimpi buruk, Lea harus melihat Bi muntah dan menahan sakit di dada nya.
Sakit yang di rasa Lea membuatnya tak bisa menahan air matanya berjatuhan, sambil membantu Bi mengelus pungungnya Lea terus berteriak di hati, apa ini? Apakah akan ada hal yang lebih sakit dari ini?? Pertanyaan pertanyaan yang menyakitkan itu selalu berputar di kepala Lea membuatnya tak henti mengeluarkan air mata.
"Cepat-cepat kita bawa ke rumah sakit" Criss yang baru saja membuka pintu di temani Fio di sampingnya harus berlari ketika melihat kegaduhan rumah itu.
"Criss tolong.." Lea menangis meminta tolong agar membawa Bi kerumah sakit.
"Ia ia..ayok" Fio dan Criss memapah Bi ke kursi roda dan membawanya ke dalam mobil.
Perjalanan itu seakan lama, rasa gusar Lea membuatnya tak henti menangis dengan Bi yang tampak masih lemah di sebelahnya.
"Sayang kamu harus kuat" Lea memeluk tubuh Bi yang sudah sangat lemah.
**
Fio melihat betapa besar rasa sayang Lea kepada Bi, nyeri di dadanya seakan makin perih dengan kenyataan bahwa mereka sudah menikah,
"Haaa...kenapa rasa ini sungguh pedih melihat orang yang kamu sayangi menangisi orang lain. Harusnya dia bahagia bukan memangis.
Kegusaran Lea semakin besar saat Bi memasuki ruangan pasien lagi, Bi sudah tidak berbicara dia hanya diam dan sesekali muntah. Mungkin sakit luar biasa itu menguras semua tenaganya hingga tak bisa bicara.
"Lea kamu harus kuat" Criss memeluk Lea yang tak menentu.
"Criss aku takut hal buruk terjadi pada Bi"
"Lea jangan berpikir yang tidak-tidak" Criss mengelus punggung Lea mencoba menenangkan Lea sebisanya.
Lea yang berjalan bolak balik menahan rasa ingin tahunya apakan Bi baik baik saja atau ...
Untunglah, setelah dokter dan beberapa perawat keluar dari ruangan mereka berkata bahwa Bi hanya mengalami gejala seperti muntah dan batuk biasa. Dan sekarang Bi sudah beristirahat.
"Mami bisa pulang mi, Lea yang jaga Bi di sini"
"Apa mami gak di sini aja sayang siapa teman mu di sini"
"Fio bakalan temani lea tante" Fio berkata datar ke arah Bu Rena yang sedari tadi bercerita entah apa dengan Fio di kursi yang berbeda.
"Gak usah kalian bisa pulang, besok kan kerja" Lea berkata dengan suara paraunya.
"Besok Fio libur kok" Criss membatu menjelaskan pada Lea.
"Yaudah Fio tolong tante ya, kalau ada apa apa kamu telepon tante" Bu Rena berharap Fio bisa menjaga Lea.
"Ia tante Fio bakalan jaga mereka"
"Aku pulang dulu Lea, soal kerjaan kamu jangan kwatir semua akan ku urus dengan Sea" Criss menepuk bahu Lea dan beranjak dari tempat itu.
"Mami pulang ya sayang, kamu istirahat aja dulu"
"Ia mi..hati-hati ya" Lea memeluk dan mencium mami nya lalu melangkah pergi.
Lea lebih memilih diam sambil duduk di sebelah tempat tidur Bi, sedangkan Fio duduk di sofa sambil melihat Lea yang tampak sangat lelah.
Begitulah malam itu berlalu, rasa sedih dan kawatir selalu ada di ruangan itu.