Chereads / Cinta Yang Telah Usai / Chapter 21 - Surat Terakhir Untuk Fazam.

Chapter 21 - Surat Terakhir Untuk Fazam.

Azka dan teman yang lainnya, menemukan zeira yang sudah duduk tergeletak di pinggir jalan, karena kelelahan mencari laura. Azka juga mengatakan sudah mencari laura ke setiap gedung tetapi tetap saja belum menemukannya, mereka bingung harus mencari laura di mana lagi.

Sedangkan fazam sangat menghawatirkan kondisi laura ia sangat takut jika sesuatu hal yang bodoh menimpa laura, dan yang menyebabkan terjadinya hal bodoh itu adalah dirinya sendiri, karena sebelum fazam menjemput zeira di sekolahnya ia bertengkar hebat dengan laura.

Dia juga mengatakan pada laura lebih memilih zeira yang sudah ia kenal dan pernah memiliki hubungan yang lebih lama, dari pada dengan laura ia mengatakan tidak sengaja memacari laura. Hal itu lah yang membuat adanya cekcok antara fazam dengan laura sebelum fazam menjemput zeira di sekolahnya.

"Kita mau cari laura, ke mana lagi? sudah hampir setiap gedung kita telusuri." ucap azka yang juga sama-sama kelelahan.

Tiba-tiba revan, tak sengaja mengatakan, "Di mana, tempat favorit yang sering kalian berdua kunjungi?" ucap revan, membuat semua melongok ke arah revan, lalu revan menjelaskan dengan detailnya, "Hm, maksud gue itu, lo sama Laura, bukan zeira." sambil menunjuk ke arah fazam.

Fazam mengerti maksud dari revan, dan dia mulai berpikir tempat favoritnya menurut laura. Setelah lama berpikir, fazam mengatakan, "Resto Gaul! iya, dia suka makan di sana, karena seafood nya gak amis, dia juga suka pemandangan di Resto Gaul, dan itu dekat sama sekolah kita." ucapnya mengingat masa-masa di resto gaul. Lalu, "Tapi apa iya dia ada di sana?" Setau gue, di sana itu anginnya gak terlalu kencang." jawabnya.

"Lebih baik kita cek dulu dia ada di sana atau enggak, tapi gue yakin dia pasti ada di sana." ucap revan, lalu mereka semua bergegas pergi menuju resto gaul yang di katakan fazam tadi.

Dalam perjalanan menuju resto gaul yang tak jauh dari sekolah mereka, tiba-tiba fazam mendapati telepon dari seseorang yang tidak di kenal, karena tak ada nama dalam kontaknya.

"Tunggu, kayaknya gue ada telepon." ucapnya, memberhentikan motornya.

"Coba angkat, siapa tahu laura." jawab zeira.

"Oke, bentar ya." ucapnya, lalu mengangkat telepon itu.

***

"Enggak ada namanya, angkat aja deh siapa tahu penting." gumamnya.

"Halo, dengan siapa saya bicara?" tanya fazam.

"Apa benar ini dengan saudara fazam?" ucap seseorang itu, dengan suara laki-laki.

"Oh, iya betul. Saya sendiri." ucapnya membenarkan pertanyaan dari laki-laki itu.

"Saya dektetif Ahmad dari kepolisian Santang Jaya, kami menemukan jenazah dengan ciri-ciri perempuan memakai gelang berwarna putih dan memakai seragam sekolah, dia di temukan bunuh diri di depan resto gaul, apakah anda bisa ke sini, sepertinya dia menjatuhkan dirinya dari atap resto dan kami juga ingin menanyakan sesuatu hal pada anda." jelas laki-laki itu, yang ternyata dari kepolisian.

"T-ttunggu pak, mayat perempuan yang bapak maksud itu siapa?" tanya fazam, mulai gemetar mendengar penjelasan bapak polisi.

"Kalau tidak salah namanya Laura, karena saya melihat nametag di baju sekolahnya." jawab detektif ahmad

Sepertinya benar dengan ciri-ciri, dan nama yang di maksud oleh dektetif ahmad tadi, jenazah itu adalah laura. Fazam sangat shook, dia langsung menjatuhkan dirinya bersama ponselnya ke tanah. Zeira panik, melihat fazam yang tiba-tiba menjatuhkan diri ke tanah, dia segera mengambil alih telepon itu, dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai fazam menjatuhkan dirinya bersama ponselnya.

"Fazam!" teriak zeira, lalu azka berlarian membantu fazam.

"Halo, ini siapa ya?" tanya zeira, mengambil alih ponsel fazam.

"Saya dektetif Ahmad, Kami dari kepolisian, menemukan mayat yang bernama laura, di depan resto gaul. Penyebab kematian karena bunuh diri, dan kami ingin menemui fazam sebagai kekasihnya, karena almarhumah meninggalkan surat yang bertuliskan ada nama saudara fazam di dalam isi surat tersebut." jawab dektetif ahmad mengulangi penjelasannya.

Sontak zeira sangat terkejut, lalu "Astaga, bisa pak, kita akan ke TKP sekarang." jawab zeira.

"Baiklah, kalau begitu akan kami tunggu." ucap polisi itu, lalu mematikan teleponnya.

***

"Ada apa, zei? siapa yang menelepon, apa itu dari kepolisian?" tanya azka yang penasaran dengan seseorang itu, hingga membuat fazam shook berat.

Zeira langsung mendekati azka, dan mengatakan bahwa yang menelepon fazam adalah polisi, "Ini polisi, dia bilang menemukan mayat perempuan, dan di duganya itu ternyata adalah mayat Laura." ucap zeira.

Sontak yang lain pun ikut terkejut mendengarnya, mereka langsung bergegas menuju ke resto gaul itu yang menjadi TKP bunuh dirinya laura, dan zeira juga mengatakan jika laura menulis surat untuk fazam, maka dari itu polisi bisa mengetahui identitas fazam yang tertulis pada surat laura.

Sesampainya di dekat resto gaul, fazam langsung memberhentikan motornya, lalu berlari menuju perkumpulan orang-orang di sekitar TKP untuk memeriksa identitas jenazah perempuan itu.

"Fazam!" teriak zeira, yang terkejut dengan pergerakan fazam.

"Biarkan zei, kita juga lihat, apakah itu laura atau bukan?" ucap azka menenangkan zeira.

Fazam terhalang oleh para polisi, yang tidak membiarkan siapa pun melewati TKP tersebut.

Dengan mata yang sudah sedari tadi berkaca-kaca, "Lepaskan saya!" teriak fazam, dan mulai menangis saat mencoba memasuki TKP.

"Maaf, tidak boleh sembarang orang melintasi TKP ini." ucap salah satu polisi itu, dan menahan dengan keras badan fazam.

"Saya bukan mau mengacak-acak tempat ini, tapi saya mau melihat apakah yang bunuh diri itu adalah mantan pacar saya atau bukan!" bentak fazam, masih berusaha memasuki TKP tersebut.

Salah satu polisi yang lain pergi menuju pada dektetif di sana, yang sedang memeriksa kematian karena bunuh diri itu, "Lapor komandan, ada salah satu remaja laki-laki, yang mengatakan bahwa ia adalah mantan pacar dari almarhumah, dan dia terus memaksa untuk melihat jasad almarhumah tersebut." ucap polisi itu.

"Mungkin dia fazam, biarkan dia masuk." jawab dektetif ahmad, yang menelepon fazam tadi.

"Siap!" tegas, polisi itu, lalu kembali dan membiarkan fazam memeriksa jasad laura.

"Silahkan masuk, tetapi di mohon untuk tertib! jangan memberontak!" ucap polisi itu, membukakan jalan untuk fazam dan zeira.

Fazam berlari hingga meneteskan air mata, pikirannya sangat kacau sekali, dia hanya berharap jasad itu bukanlah jasad laura, bukan dia tidak ingin kehilangan laura, tetapi fazam akan menyesali perbuatannya, karena dia bertengkar hebat dengan laura. Dan jika penyebab kematian laura karena pertengkaran itu, dia sungguh akan merasa sangat terbebani hidupnya.

Dan saat detektif ahmad membukakan resleting kantung itu, tepat pada ucapan dektetif ahmad, jika jasad itu adalah jasad dari laura. Fazam menangis sejadi-jadinya, tak menyangka laura harus meninggalkan fazam dengan cara yang salah seperti ini, ini sangat menyakitkan bagi fazam. Saat ini hatinya sangat hancur berkeping-keping, dia tak bisa mengucapkan apa pun lagi, selain meneriakkan nama laura sekeras mungkin.

Zeira tak bisa berbuat apa-apa, dia juga hanya membiarkan fazam menangis sejadi-jadinya, mungkin zeira juga merasa bersalah dalam dirinya, karena zeira juga memiliki pikiran yang sama seperti fazam, bahwa penyebab bunuh dirinya laura itu karena dirinya dan fazam sendiri.

Azka, reno, revan, dan vito, hanya bisa melihat dari jauh, mereka juga berpikir jika penyebab bunuh dirinya laura itu karena fazam dan zeira. Azka bingung bagaimana harus mengabari tentang kematian temannya itu, pada mamanya yang masih berada di luar kota. Azka juga masih tak menyangka, jika laura bisa melakukan hal bodoh nan gila seperti itu, hanya untuk mendapatkan cintanya kembali.

"Kami akan membawa jenazah ini ke rumah sakit CMC, dan di mohon kerja samanya untuk segera mengabarkan keluarga almarhumah, agar jasadnya cepat di kebumikan." ucap detektif ahmad, lalu menutup resleting kantungnya, dan yang lain memasukkan jenazah laura tepat setelah sampainya ambulan.

"Baik pak, saya akan segera mengabari orang tua korban." jawab zeira, masih berusaha menenangkan tangisan fazam atas kepergian laura.

Tiba-tiba, Azka datang dan mengatakan, "Biar saya saja yang menelepon orang tua korban, karena orang tua kami sangat dekat." ucapnya, membantu zeira.

"Oke, baiklah kalau begitu, kabari saja saya jika orang tua korban sudah di kabarkan." jawab detektif ahmad, lalu memberikan kartu nama detektif dan nomor telepon agar bisa berkomunikasi.

Azka mengambil kartu nama itu, "Baik, pak. nanti saya kabari lagi, karena orang tua korban tidak tinggal di sini melainkan di negara lain." ucap azka, memberitahu keberadaan orang tua laura.

"Oh begitu, ya sudah kabari lagi jika mereka kembali ke sini." jawab detektif itu, lalu pergi dengan ambulan yang membawa jenazah laura.

Sedangkan fazam, nampaknya benar-benar sangat terpuruk, dia tidak siap di tinggal oleh laura, bahkan dia menyalahi dirinya sendiri karena laura sempat bertengkar dengannya.

Saat ambulan pergi membawa jenazah laura, "Bodoh bodoh bodoh bodoh!!! Lauraaaa.... kenapa kamu ngelakuin hal bodoh kayak gitu sih?! kamu gak kasihan sama aku? kenapa kamu melakukan itu kenapa!! kenapa gak bunuh aku! aku salah laura aku minta maaf, aku gak bermaksud menyakiti hati kamu, tapi aku juga gak bisa untuk melepaskan zeira, aku sangat mencintai zeira. Maafin aku Laura, maafin aku." teriak fazam, menyesali perbuatannya.

Dan lagi-lagi zeira menenangkan fazam, "Udah zam, ini bukan kesalahan kamu, udah takdir tuhan jika laura harus meninggal dengan keadaan tragis seperti ini, kamu gak salah. udah-udah jangan nangis. Kamu gak salah!" ucap zeira, sambil mengelus punggung fazam.

Azka mendatangkan zeira kembali, dan memberikan surat terakhir yang di tulis oleh laura, untuk fazam. Dan azka membisikkan pada zeira untuk tidak memberitahukan saat ini, karena melihat kondisi fazam yang sangat terpukul dengan kejadian itu.

"Zei, aku habis di kasih surat sama detektif ahmad, tapi dia bilang surat ini khusus untuk fazam, dan surat ini juga surat yang ditulis sebelum laura meninggal. ini aku kasih ke kamu, tapi kamu jangan baca ataupun kasih ke fazam saat ini, kasihnya nanti aja kalau fazam benar-benar sudah mengikhlaskan kepergian laura." bisik azka.

Zeira hanya menganggukkan kepalanya, lalu memasukkan surat itu ke dalam saku celananya, dia juga akan memberikan surat itu ketika fazam sudah benar-benar mengikhlaskan kepergian laura.

"Yaudah, aku kabarin orang tua aku dulu, tentang ini, biar mama bisa mengabarkan orang tua laura yang berada di California." ucapnya, lalu pergi.

***

Azka menjauhi kerumunan di TKP, dan mulai menelepon mamanya yang masih berada di luar kota.

"Halo mah, hm... abang mau mengabarkan sesuatu, tapi mamah janji jangan shock!" ucap azka yang lebih hati-hati dalam pengucapannya.

"Iya, mamah gak akan kaget, memangnya ada apa?" tanya mamah azka sangat penasaran dengan ucapan anaknya itu.

"Laura mah, dia..." memberhentikan ucapannya.

"Laura? Laura kenapa, bang? Laura gak apa-apa kan bang, dia baik-baik aja kan?" tanya mama azka mulai menghawatirkan laura.

"Hm, enggak mah, dia gak baik-baik saja." jawabnya, membuat mama nya sendiri kebingungan.

"Huh, maksud kamu apa, bang? coba bicara yang jelas!" kesal mama azka dengan pengucapan azka yang lambat.

"Dia meninggal dunia mah, karena bunuh diri." ucapnya membuat mama yang mendengar kabar dari azka shock.

"Apa? yang benar aja, bang! gak lama tadi tuh mamah teleponan sama laura, masa tiba-tiba dia meninggal. Kamu jangan bercanda, bang!" ucapnya masih tak percaya dengan ucapan anaknya.

"Aku serius, mamah! dia meninggal! dia bunuh diri! dan aku juga gak tahu penyebab dia bunuh diri karena apa." jawabnya menjelaskan ulang.

"Apa jangan-jangan, pas dia bilang minta maaf ke mamah karena gak bisa jagain azkia lebih lama lagi?" gumamnya, terdengar oleh azka.

Azka terkejut, sejak kapan laura mengawasi keluarga mereka, "Apa mah? mamah nyuruh laura buat jagain azkia?" kagetnya

"Iya, karena kan azkia asmanya suka kambuh, mamah takut kalau kamu mengabaikan tugas dari mamah, makanya mamah minta laura buat jagain azkia dari jauh." jelas mamah azka, yang khawatir tentang kesehatan azkia.

"Aduh mamah, ngapain sih kasih amanah ke laura, dia aja gak bisa jaga dirinya sendiri, kenapa harus suruh dia jagain azkia sih." kesal azka.

"Kalau benar laura meninggal, mamah akan telepon rachel." ucapnya

"Yaudah, mah aku cuma mau kabarin itu aja, selanjutnya mamah kabarin Tante Rachel." jawabnya lalu mematikan teleponnya.

"Iya, bang." jawabnya lalu menutup teleponnya.

***

"Gimana azka, lo udah bilang ke ibunya laura, tentang kematian anaknya?" tanya revan.

"Belum, tapi gue udah bilang ke mamah gue, buat sampaikan pesan gue ke ibunya laura." jawab azka.

"Gak sangka gue sama laura, bisa-bisanya dia bunuh diri karena fazam." ceplos revan, membicarakan kematian laura, lalu vito dan reno memukul secara bersamaan.

*PAKKK* sekencang itu pukulan reno dan vito untuk revan yang sembrono.

"Mulutnya di jaga van, lihat fazam dia lagi berduka, lo jangan bicara sembarangan kayak gitu!" kesal reno

"Maaf-maaf, gue kan gak sengaja," ucapnya lalu, "lagian, dia memang benar kan bunuh diri karena fazam." bisik nya berbicara ke arah lain.

"Sudah-sudah, lebih baik sekarang kita pulang ke rumah masing-masing, nanti juga orang tua laura datangnya besok." ucap azka.

"Iya udah, gue, reno, sama vito cabut duluan." ucap revan, mematuhi perintah azka.

"Enggak, gue sama vito mau bantuin lo." ucap reno tidak mematuhi azka.

"Iya, kita satu paket." sambung vito, tetap ingin membantu fazam.

"Lah, kok gitu reno, vito, nyebelin banget sih, gak kompak!" kesal revan yang tiba-tiba, kedua temannya berubah pikiran.

Azka dengan senyumnya, "Yaudah berarti, revan, lo juga harus ikut bantuin gue." ucap azka sambil menepuk pundak revan.

"Yah, yaudah deh, gue bantuin kalian semua." pasrah revan, mengikuti reno dan vito yang ingin membantu azka dan fazam.

"Yaudah, sekarang kita berangkat ke rumah sakit, buat tungguin jasad laura." ucap azka.

Mereka semua berangkat untuk ke rumah sakit, karena tidak ada satupun keluarga laura yang datang, karena keluarga nya selalu berpencar orang tuanya Laura berada di luar negeri dan kakaknya berada di luar kota. Azka juga sudah mengabarkan kakak dari laura, tetapi dia akan bisa datang besok, karena pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan mengharuskan kakaknya menyelesaikan pekerjaannya lalu baru bisa meminta izin dari kantor.

Saat di rumah sakit, fazam bertanya tentang keberadaan surat yang di tulis oleh laura pada zeira. Tetapi zeira tidak ingin memberikan pada fazam, melihat fazam yang masih belum ikhlas. Zeira hanya takut, jika fazam membaca surat itu, fazam akan jatuh sakit karena surat itu.

"Mana Je, aku mau baca surat itu, biarin aku baca je." ucap fazam, yang tetap memaksa zeira untuk memberikan surat itu.

Zeira dengan keras kepalanya, "Enggak! aku gak akan kasih ini, sampai kamu bisa tenangin diri kamu, aku cuma takut kamu jatuh sakit gara-gara surat ini, aku mohon turutin apa yang aku bilang. Dia juga pastinya, gak akan mau kalau kamu, berlarut-larut dalam kesedihan." ucap zeira menolak permintaan fazam.

"Aku mohon, kasih ke aku. Aku juga yakin dia akan di kebumikan di Amerika tempat tinggal ayahnya. Aku mohon, aku hanya ingin tahu apa isi dari surat itu, aku mohon, zei." ucap fazam masih memohon pada zeira.

Azka entah datang dari mana, lalu "Udah kasih aja deh, mungkin dengan cara itu fazam bisa menenangkan dirinya." ucap azka, yang dengan mudahnya meluluhkan keras kepala zeira.

Zeira pun, langsung mengeluarkan surat itu dari saku belakang celananya, dan "Ini, tapi aku mohon kamu jangan down ya. aku gak mau kamu jatuh sakit, setelah membaca surat itu." ucap zeira memperingati fazam.

Fazam dengan senyumnya, "Iya, aku janji, aku cuma mau baca aja." ucapnya membuat zeira tenang.

"Yaudah, di baca." jawab zeira.

Fazam mulai membaca surat yang zeira berikan, dia menahan dirinya, saat membaca ternyata benar kematian laura itu karena dirinya, semakin besar rasa bersalah fazam, dia benar-benar menyesal, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena orang yang fazam cintai hanyalah zeira seorang, sedangkan laura berperan sebagai pengganti zeira di saat zeira sibuk dengan dunianya sendiri.

Tetapi bagi dirinya, dia juga salah besar, tidak seharusnya mendapatkan cinta dari laura, seharusnya juga saat bertanding basket dia tidak menerima minuman dari laura dan semangat dari laura. Dia sungguh-sungguh sangat menyesali pertemuan itu, dia pun mulai menangis lagi kali ini menangis sekeras mungkin, menyesali perbuatannya.

Zeira yang kaget juga menjadi penasaran dengan isi surat yang di tulis laura, seperti apa penyesalan seorang fazam, karena yang dia tahu fazam hanya akan meminum-minuman beralkohol jika dia menyesali perbuatannya. Sama seperti waktu itu, dia menyesal meminta putus dari zeira, dan fazam meminum-minuman beralkohol agar bisa meluluhkan hati zeira kembali.

Zeira langsung mengambil kertas yang sedikit ternodai darah dari laura, dan dia mulai membacanya.

*****

Surat Terakhir ku untuk Fazam.

Hai, fazam.

Semoga aja kamu menemukan surat ini, aku hanya ingin mengatakan maafkan aku dan seluruh kesalahan yang aku perbuat selama ini. Ini bukan kesalahan mu, aku melakukan ini atas kemauan diri ku sendiri, aku merasa tidak ada gunanya lagi untuk hidup, jika cinta ku lebih memilih orang lain. Ya walaupun aku tahu, bagaimana hubungan mu dengan zeira yang sudah selama itu, tetapi bagi ku, jika aku sudah menemukan cinta ku, aku tidak akan pernah melepaskan cinta ku sampai kapanpun. Karena jujur saja, aku juga sangat sulit untuk mencintai seseorang, dan hanya kamu lah lelaki kedua yang bisa membuat ku mencintaimu setelah almarhum ayah ku, maafkan segala keegoisan ku, yang sangat menginginkan dirimu untuk selalu bersama-sama dengan ku.

Dan jika zeira melihat surat ini juga, saya sungguh-sungguh meminta maaf karena pernah merusak hubungan kalian, di saat saya tahu kalian memang sudah memiliki hubungan lebih lama, kami malah pernah berpacaran tanpa sepengetahuan mu, dan sampai ketahuan sendiri oleh mu. Saya sungguh meminta maaf dan semoga adanya surat terakhir yang saya buat ini, bisa membuat kalian saling mencintai tanpa kecuali. Tolong! saya memiliki permintaan untuk mu zeira, saya hanya ingin fazam bahagia dengan cinta yang dia miliki saat ini, siapa pun tolong jangan membiarkan fazam merasakan penyesalan yang mendalam atau sedih yang berlarut-larut. Dan sebenarnya fazam itu memiliki penyakit ginjal yang cukup kronis, larang dia jika ingin meminum alkohol setelah kematian ku ini, suruh dia untuk makan dengan teratur, dan katakan padanya jika dia harus berbaikan dengan kak rizal. Karena kak rizal sangat baik sekali dalam menjaga fazam, dia tidak pernah membenci fazam sedikit pun. Aku mengatakan itu, karena kak rizal sendiri yang menceritakannya padaku, dia tidak pernah membenci fazam walau pun fazam adalah adik tirinya, kak rizal sangat berharap agar fazam membuang prasangka buruk pada dirinya.

Date: 31 Agustus 2021 // Time: 17:45 WIB

Kematian ku bukan lah kesalahan siapa pun!

Sampaikan maaf ku pada semua orang, dan kebumikan jenazah ku di sebelah pekuburan ayahku di San Francisco, California.

I Love You, Thanks, and Good Bye.

*****