Jika kalian sepasang kekasih yang sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari pasangan kalian, contohnya seperti kalian sering di selingkuhi. Apakah kalian bisa memaafkan perbuatan pasangan kalian itu, atau bahkan kalian tidak bisa memaafkannya sama sekali? Bagaimana tanggapan kalian tentang selingkuh, di selingkuhi, dan menjadi selingkuhan?
*****
Tidak seperti hari sabtu biasanya, selama bekerja selama berbulan-bulan zeira menginginkan cuti sehari untuk menenangkan dirinya, tetapi hal ini malah membuatnya merasa sangat kesepian.
Zeira sedang memikirkan untuk membuat dirinya agar sibuk, lalu dia mulai melirik keadaan seluruh isi rumah, dia merasa rumahnya agak sedikit berbeda dan sangat berantakan sekali.
Zeira pun berinisiatif untuk langsung mengambil setiap sampah yang ada di sisi lantai rumahnya, setelah itu dia mulai membersihkan yang lain satu persatu agar tertata rapi dan bersih, dengan cara seperti itulah yang tidak akan membuat zeira mengingat lagi kejadian menyebalkan baginya yaitu perselingkuhan fazam dengan laura di angkutan umum.
Selain itu, azka untuk pertama kalinya bosan bermain basket di atap rumahnya, karena dia masih mengingat kejadian yang membuat zeira sangat sedih, lalu dia mencari cara agar tidak memikirkan kejadian yang kemarin, dan azka berantusias untuk bertemu dengan zeira untuk menghibur zeira karena mungkin saat ini zeira sedang merasakan kesepian.
Azka akan membuktikan kalau zeira tidak salah dan ayahnya juga tidak salah, ini memang seratus persen kesalahan yang diperbuat oleh fazam dengan mata keranjangnya yang tidak merasa puas dengan satu wanita.
Azka menelpon bara untuk meminta nomor ponsel zeira, tetapi bara mengatakan kalau dia tidak memiliki nomor ponselnya lalu ia bercerita tentang zeira pada azka walaupun dia satu kelas dengan zeira, hanya orang-orang tertentu yang bisa memiliki nomor ponselnya zeira, karena zeira sangat tidak menyukai jika nomor ponselnya diketahui oleh orang yang tidak penting baginya.
Setelah itu, azka memikirkan cara agar mendapatkan nomor ponselnya zeira, setelah lama memikirkannya mengapa azka tidak menanyakan pada azkia? Dia kan salah satu murid lesnya zeira, mengapa tidak terpikirkan sejak tadi? Dia pun langsung menuju lantai dua untuk ke kamar azkia dan meminta nomor ponsel zeira.
tok…tok…tok…
"Masuk…" ucap kia membiarkan abangnya masuk.
setelah itu azka pun masuk, dan menghampiri kia yang sedang melukis.
"Kenapa bang?" ucap kia yang heran melihat abangnya menghampirinya ke kamar.
"Dek, abang minta nomor ponselnya kak zeira dong." jawab azka meminta nomor ponsel zeira.
"Ha, buat apa bang?" kaget kia tiba-tiba abangnya muncul untuk meminta nomor ponsel zeira.
"Ada deh, anak kecil gak perlu tau!! Udah, mana sini bagi ke abang. Cepet! " singkat azka langsung memaksa kia dan tidak memberitahu alasan dia meminta nomor ponsel zeira pada adiknya.
"Aku akan kasih nomor ponselnya kak zeira, tetapi dengan dua syarat." ucap kia mulai meminta syarat dari azka yang meminta nomor ponselnya zeira.
"Aduh dek, pasti syarat yang kamu kasih itu susah kan. Gak ah, abang gak mau!!" keluh azka yang langsung menolak permintaan adiknya.
"Oh oke, kalau gitu gak ada minta nomor ponselnya kak zeira!" ancam kia langsung keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur.
"Waduh, ini anak kalau gak di turutin kemauannya bisa-bisa gue gak bakal di kasih nomor ponselnya zeira dong. Ah!! Coba aja si bara punya, gak akan gue minta sama bocil pelit ini." gumam azka langsung menghampiri kia ke dapur.
"Dek, tunggu abang!!!" teriak azka mengikuti kia turun ke dapur.
"Abang ngapain ngikutin aku ke dapur sih?!" kesal kia yang di ikuti oleh azka.
"Oke dek, abang akan ikutin syarat dari kamu, tapi abang mohon dua syarat yang kamu buat itu jangan susah-susah ya, please?!" ucap azka yang langsung akan menuruti permintaan kia.
"Enggak susah kok bang, syaratnya gampang banget. Syarat yang pertama, abang harus janji sama kia jangan masuk kamar kia tanpa izin dari kia, dan yang kedua setiap kak zeira ngajar les melukis di rumah kita abang harus bersikap sopan dan setelah saat waktunya kak zeira untuk pulang ke rumahnya abang harus antar kak zeira sampai depan rumahnya dengan selamat. Bagaimana? Abang harus langsung setuju tanpa pengecualian. Kalau abang gak setuju, kia gak akan kasih nomor ponselnya kak zeira, mudah bukan?" jelas kia yang langsung menentukan syarat yang sepertinya sesuai dengan keinginannya azka.
"Kok jadi ada tiga syarat sih, lagian kenapa abang harus anter kak zeira pulang sampai rumahnya? Dia kan udah biasa pulang sendirian, dan dia juga bukan anak kecil yang harus dianter pulang sama abang." tanya azka yang pura-pura tidak mengerti dengan tingkah adiknya saat memberitahu salah satu syarat yang membuat azka tersenyum heran.
"Ih, gak ada komentar-komentaran!! Kalau setuju aku kasih, kalau abang gak setuju gak bakal aku kasih. Sebenarnya tiga syarat ini simple lho bang, gak usah di bikin ribet sendiri." kesal kia yang sudah memberikan kemudahan bagi abangnya, tetapi abangnya seolah-olah tidak mengerti apa yang dimaksud dengan ucapan kia.
"Oke-oke, abang setuju dek. Kamu langsung kirim nomor ponselnya kak zeira ke nomor abang ya, abang ke kamar dulu." ucap azka yang tidak ingin bertele-tele dan langsung pergi mengganti pakaian ke kamarnya.
"Untung aja aku kasih syarat yang abang suka, itung-itung biar abang gak kepo lagi sama hubungan aku dan bang bara." gumam kia yang melakukan syarat untuk keuntungan pribadinya.
Azka melihat notifikasi dari kia yang langsung mengirimkan nomor ponsel zeira, sekarang saatnya untuk mengajak zeira keluar rumah, dan membantu melupakan masalah hubungan zeira dengan fazam juga sekaligus laura. Azka langsung menelpon zeira yang sedang sibuk membereskan jendela luar rumahnya.
"Halo, maaf dengan siapa saya bicara." tanya zeira yang menerima panggilan telepon tanpa nama.
"Ini aku, Azka abangnya azkia." jawab azka yang memberitahu kalau dirinya adalah abangnya azkia.
"Oh azka, eh kamu dapet nomor ponsel aku dari siapa? Aku kan gak pernah ngasih nomor ponselku ke temen kelas." tanya lagi zeira kebingungan.
"Ini aku dapet dari azkia, dia kan murid kamu makanya aku minta ke dia." jelas azka memberitahu kalau dia mendapatkan nomor ponsel zeira dari adiknya.
"Oh gitu, yaudah gak apa-apa. oh iya, ada apa kamu nelpon aku?" ucap zeira langsung pada intinya.
"Hm… ini aku… anu hm, sebenarnya aku pengen ngajak kamu keluar jalan-jalan." gugup azka ingin mengajak zeira keluar rumah, tetapi ia juga sangat takut ditolak ajakannya untuk yang kedua kalinya.
"Maaf azka, bukannya aku gak mau. Tapi aku hari ini sibuk banget sama pekerjaan rumah aku, dan aku harus selesaikan hari ini juga, kalau aku keluar rumah, nanti yang ada malah gak selesai-selesai." ucap zeira yang masih fokus dengan kesibukannya.
"Oh gitu, yaudah deh. Eh tapi aku boleh minta sesuatu ke kamu gak?" pasrah azka yang sudah tau ajakannya akan ditolak lagi oleh zeira, lalu azka ingin meminta sesuatu pada zeira.
"Minta apa?" jawab zeira sangat penasaran, hingga berhenti sejenak untuk mendengarkan permintaan azka.
"Minta kirimin alamat rumah kamu dong, soalnya aku cuma pengen ketemu sama kamu aja, aku juga lagi bosen banget di rumah karena di rumah cuma ada kia, sedangkan mamah sama ayah keluar kota. Aku juga bosen latihan basket sendirian, tadinya kalau kamu gak sibuk aku mau ajakin kamu main basket." jelas azka dengan suara memohon nya.
"Oh gitu, yaudah nanti aku kirimin alamat aku. Udah dulu ya, aku mau bersihin kamar mandi dulu." jawab zeira yang sudah mengetahui keinginan azka dan langsung ingin menutup telponnya.
"Oke-oke, thanks ya zei udah ngertiin aku." ucap azka berterima kasih karena permintaannya tidak ditolak oleh zeira.
"Iya sama-sama azka, udah dulu ya, bye azka" jawab zeira langsung menutup telponnya setelah azka mengucapkan salam penutup.
"Bye, zeira." balas azka langsung menutup telfonnya.
Setelah selesai berguling-guling di kasur karena permintaannya tidak di tolak oleh zeira, azka langsung mendapatkan notifikasi dari zeira yang sudah mengirimkan alamat rumahnya, azka pun langsung terbangun dari atas kasurnya dan bergegas pergi mengambil kunci motor dan berpamitan pada kia.
"Dek, liat kunci motor abang gak?" tanya azka sembari mencari kunci motornya di selah-selah sofa.
"Tuh, ada di atas kulkas, semalam sebelum mamah berangkat dia yang pindahin ke sana, habisnya abang kalau naro kunci dimana-mana, giliran nyariin sampai bingung nanya ke semua penghuni rumah." teriak kia dari kamarnya.
"Oke makasih dek, abang izin pergi sebentar ya." ucap azka lalu berpamitan pada kia.
"Eh abang mau kemana, udah izin ke mamah belum? jangan pergi sebelum izin ke mamah!!" teriak kia langsung pergi ke balkon kamarnya melihat abangnya pergi.
"Santai dek, abang udah izin ke mamah kok. Udah ya abang pergi dulu," teriak azka dari bawah garasi.
"Oke, hati-hati di jalan bang, oh iya jangan kebut-kebutan juga nanti kalau kecelakaan aku yang di marahin sama mamah karena gagal jagain abang." teriak lagi kia dari kamar atasnya.
"Iya ratu, saya tidak akan kebut-kebutan di jalan, ratu yang tenang saja di rumah, bye ratu." teriak azka sedang membuka gerbangnya.
"Serasa dia adeknya dan gue kakaknya, ngapain juga gue bawel, lagian dia udah gede." gumam kia melanjutkan kegiatan melukisnya di kamar.
*****
Saat azka dalam perjalanan pergi ke rumah zeira, tidak sengaja di perempatan jalan yang sepi tiba-tiba azka di berhentikan jalannya oleh kedua temannya fazam tersebut.
"Stop, lo mau kemana azka?" ucap tara memegangi motor azka.
"Apa urusannya sama lo? Minggir!! Jangan halangi jalan gue." teriak azka, yang hampir terpancing emosi.
"Gue gak akan halangi jalan lo, tetapi dengan syarat lo harus minta maaf atas perbuatan lo kemaren yang mukul fazam dengan cara keroyokan." ucap tara dengan santainya langsung mengambil kunci motor azka.
"Enggak usah ikut campur deh, nanti gue hajar nangis, balikin kunci motor gue!" jawab azka meminta kunci motornya untuk di kembalikan.
"Kan gue bilang, gue gak akan halangi jalan lo kalau lo minta maaf sama fazam, lo mau tau kenapa kedua temen lo gak gue incer, karena dua temen lo si bara sama reno itu udah minta maaf setelah membuka ikatan fazam, sedangkan lo apa? Lo malah pengen hajar fazam habis-habisan, terus karena lo udah kelewat batas reno bawa lo pergi, kenapa gak lo yang buka sendiri aja ikatannya biar fazam bonyok habis-habisan sesuai keinginan lo?" pancing tara.
"Jangan mancing emosi gue deh, gue lagi males buat berantem, lagian gak ada hubungannya sama lo." Kesal azka sembari membisikkannya dengan menarik kerah baju tara.
"Gue cuma minta baik-baik ya, kalau lo kasar sedikit sama gue jangan tanya kalau lo bakal babak belur di tangan gue dan temen-temen gue." ancam tara.
"Lo kira gue takut, dengan cara lo yang ngancam kayak gitu? Cih, siapa pun lo gue gak akan takut, inget itu!!" bisik azka yang masih memegangi kerah baju tara.
"Oh oke, lo bakal tau akibatnya." ucap tara dengan santainya.
Tara memanggil pasukannya dengan isyarat kepala, dan pasukan tara pun langsung datang menghampiri tara dan mulai memukul azka dengan cara yang sangat kasar, lebih-lebih kasar dari dia memukul fazam kemarin. Dari kejauhan ada seseorang yang melihat kejadian pengeroyokan azka, tetapi orang itu tidak berani memberhentikan pengeroyokan sampai orang itu harus menunggu selesai pengeroyokan setelah itu menolong azka.
Azka pun pingsan karena banyak yang memukuli badannya dan setelah azka pingsan, orang yang melihatnya saat di keroyok oleh geng tara datang untuk menolong azka dan membawanya ke rumah sakit, seseorang yang menolong azka, mengambil ponsel azka untuk menelpon keluarga nya. Tetapi, orang itu malah menemukan nomor zeira di panggilan terakhirnya dan langsung menelponnya.
"Halo azka, kamu udah ada dimana?" tanya zeira.
"Hm, maaf mba," jawab lelaki itu
"Eh, ini ponselnya azka kan? Ini siapa kok nelpon pakai ponsel teman saya, teman saya ada dimana?" panik zeira yang sangat takut jika terjadi sesuatu pada azka.
"Tenang mba, saya bukan orang jahat. Saya cuma mau mengabarkan kalau teman mba sedang ada di rumah sakit, atas pengeroyokan yang terjadi padanya. Maka dari itu saya menelepon mba untuk mengabarkan tentang kejadian ini." jawab lelaki itu, membuktikan kalau dia bukan orang jahat malah dia memberitahu tentang keadaan azka yang hampir sekarat.
"Tunggu, azka di keroyok? Sama siapa mas?Apa mas tau siapa pelaku yang di balik atas pengeroyokan teman saya?" ucap zeira semakin panik.
"Saya cuma kenal salah satu dari mereka, dan kalau tidak salah nama anak itu adalah Adi Nugroho anaknya Pak Nugroho, tetangga di sebrang rumah saya." jawab lelaki itu dengan mengatakan ia mengenal salah satu pelaku pengeroyokan azka.
"Oh gitu mas, tunggu saya ya mas. Saya akan segera ke rumah sakit." ucap zeira yang segera membersihkan dirinya dan langsung ke rumah sakit menemani azka.
"Iya mba, saya akan menunggu mba." jawab lelaki itu akan menunggu zeira.
Zeira sangat kaget mendapat kabar buruk tentang azka yang ingin bertemu dengannya, tetapi di halangi beberapa orang yang salah satu namanya sangat tidak asing yaitu Adi Nugroho seperti nama salah satu tim basketnya fazam, zeira sangat memikirkan hal ini disepanjang jalan ke rumah sakit.
setibanya di rumah sakit, dia langsung mencari kamar yang sudah di beritahu oleh mas-mas yang meneleponnya tadi.
"Apa iya fazam yang ngelakuin hal itu? Setau aku dia gak pernah dan gak bisa kasar sama orang, kok sekarang dia jadi kasar sih?" gumam zeira menuju lorong rumah sakit.
Orang yang berdiri di depan kamar azka pun memanggil zeira yang sedang berjalan melamun.
"Mba!! Mba temennya atas nama mas Azka Bilal Abqori bukan?" tanya lelaki itu yang menolong azka.
"Eh, hm, iya saya temannya azka. Mas yang menolong teman saya ya? Bagaimana keadaan teman saya sekarang mas?" jawab zeira langsung menanyakan keadaan azka.
"Iya mba, Alhamdulilah kata dokter dia udah agak mendingan, luka yang di badan sama di wajahnya juga udah di obatin, tapi tangan kirinya patah tulang, karena kata dokter dia lebih banyak menahan pukulan dari orang-orang yang menghajarnya pakai tangan kirinya." jelas lelaki itu.
"Ya ampun, tapi azka udah siuman?" tanya zeira.
"Belum mba, dia masih dalam pengaruh obat dokter, dia akan bangun kalau tidak salah 30 menit setelah pemberian obat tadi. Sekarang udah tinggal 10 menit lagi, di tunggu aja mba." jawab lelaki itu.
"Oh yaudah kalau begitu terima kasih ya mas, udah mau nolongin teman saya." ucap zeira tidak lupa mengucapkan terima kasih pada lelaki itu.
"Iya mba sama-sama, oh iya, maaf. Mba kan sudah ada di sini saya izin pamit ya, soalnya saya ninggalin anak saya sendirian di rumah." jawab lelaki itu sembari ingin pamit pulang karena meninggalkan anaknya sendirian di rumah.
"Ya ampun iya mas iya, mas langsung pulang aja biar saya yang nunggu temen saya, makasih banget ya mas, kalau mas gak nemuin teman saya di jalan mungkin sekarang teman saya sudah meninggal." ucap lagi zeira yang sangat berterima kasih.
"Ey, sudah mba gak apa-apa yang penting sekarang mas azka sudah di tangani sama dokter." jawab lelaki itu menenangkan zeira.
"Iya mas," ucap zeira.
"Ya sudah, kalau begitu saya pamit pulang ya mba." jawab lelaki itu langsung berpamitan dengan zeira.
"Iya mas, silahkan." ucap zeira tetapi masih penasaran dengan yang lelaki itu ucapkan sebelumnya.
"Eh mas-mas, tunggu sebentar." teriak zeira memanggil lelaki itu lagi dan menghampirinya.
"Ada apa mba?" jawab lelaki itu membalikkan badannya.
"Ini, mas liat salah satu pelaku yang menghajar teman saya tadi kan?" tanya zeira sekali lagi untuk memastikan kebenarannya.
"Iya mba, saya hanya kenal satu pelaku saja dan itu kalau tidak salah si Adi anaknya pak nugroho itu." jawab lelaki itu membenarkan penglihatannya.
"Kalau boleh tau adi nugroho itu sekolahnya di mana ya mas?" tanya zeira tentang sekolahnya adi salah satu pelaku pengeroyokan azka, agar mengetahui kebenarannya.
"Kalau tidak salah dia bersekolah di SMK Negeri 1 itu mba," jelas lelaki itu.
"Oh iya saya tau sekolah itu, sekali lagi saya ucapkan terima kasih ya mas." jawab zeira dengan yakin kalau fazam dalang pengeroyokan azka.
"Iya mba, mba tidak ada pertanyaan lagi kan? kalau tidak ada saya langsung pulang ya mba." ucap lelaki itu.
"Oh iya mas, silahkan." jawab zeira mempersilahkan lelaki itu pergi.
*****
Zeira benar-benar sangat terkejut setelah mengetahui dalang di balik pengeroyokan azka, 10 menit pun berlalu, zeira langsung menghampiri azka yang sudah mulai tersadar dan mempertanyakan yang sebenarnya agar zeira bisa menegur fazam dan teman-teman basketnya yang telah mengeroyok habis azka.
"Zeira, kamu kok di sini si kia kemana?" lirih azka yang terkejut dengan adanya zeira di depannya sedang melamun.
"Akhirnya kamu sadar juga, hm itu aku belum ngabarin azkia tentang ini, aku mau tanya sama kamu dan kamu harus jawab jujur ya sama aku." jawab zeira, lalu menanyakan siapa yang memukuli azka sampai azka mengalami cedera.
"Tentang apa itu?" tanya azka, yang takut kalau zeira mengetahui kebenarannya.
"Kamu di keroyok sama teman-temannya fazam kan? Jujur aja jangan berbohong, aku gak suka di bohongi...!!" jelas zeira memaksa azka untuk jujur padanya.
"Kamu tau dari siapa?" ucap azka yang kaget jika zeira mengetahui siapa yang mengeroyoknya.
"Orang yang nolongin kamu saat kamu terkapar di jalan setelah pengeroyokan, dia mengenal salah satu pelaku yang mengeroyok kamu dan dia menyebutkan nama Adi Nugroho karena adi adalah tetangganya. Dan aku kenal adi, karena dia tim basket fazam yang pernah fazam kenalkan sama aku." jelas zeira memberitahu penjelasan dari lelaki yang menolong azka.
"Iya, mereka yang menghajar aku, tapi kamu jangan salahin fazam, karena dia gak salah apa-apa, dan dia juga gak ada di tempat kejadian, pokoknya dia gak ada dalam masalah ini jadi jangan di sangkut pautkan sama pengeroyokan ini, cuma aku yang memang lagi ada masalah sama salah satu temannya fazam, yaitu tara." elak azka seolah-olah ia memiliki masalah dengan tara dan menenangkan zeira kalau fazam tidak ada sangkut pautnya dalam pengeroyokan dirinya.
"Kalau fazam gak ada keterterlibatan dalam pengeroyokan ini, memangnya kamu ada masalah apa sama si tara itu, sampai-sampai harus di keroyok kayak gini?" tanya zeira masih penasaran dengan kejadian yang sebenarnya.
"Ada sesuatu hal yang gak harus aku ceritakan ke kamu dan kamu juga gak perlu tahu permasalahan aku!!! Aku mau pulang aja, mau istirahat di rumah." jawab azka yang langsung berubah sikap lalu sembari bangun dari tempat tidurnya.
"Eh nanti dulu azka, badan kamu kan masih belum sembuh banget, lebih baik istirahat di sini aja dulu." ucap zeira memegang tangan kanan azka yang lebih menginginkan pulang ke rumah.
"Enggak! aku mau pulang sekarang juga. Aku khawatir banget sama azkia, karena aku pergi udah hampir tiga jam ninggalin dia sendirian di rumah." jawab azka melepaskan tangan zeira dari tangannya dengan secara kasar.
"Ya udah kalau gitu, aku anterin kamu pulang ke rumah, kita pulang naik taksi aja ya," kaget zeira yang di banting tangannya tiba-tiba dan ia mau mengantar azka pulang ke rumah.
"Enggak usah repot-repot zei, aku masih kuat buat bawa motor aku." ucap azka yang semakin berubah sikap pada zeira.
"Ih, tapi tangan kiri kamu patah azka!!! kamu ini udah sakit masih aja nyebelin banget." kesal zeira yang sudah tidak tahan dengan perubahan sikap azka secara tiba-tiba.
"Aku masih bisa pakai satu tangan, dan maaf kalau aku bikin kamu kesel, sebaiknya juga kamu pulang sendiri, aku gak mau nambah beban kamu lagi, maaf udah bikin kamu susah kesini." ucap azka langsung meninggalkan zeira sendirian di rumah sakit.
Zeira tidak bisa berkata apa-apa, setelah azka meninggalkannya lebih dulu dari rumah sakit, zeira langsung pulang ke rumah seperti permintaan azka tadi, dengan menggunakan taksi.
Tetapi, sepertinya zeira masih curiga dengan perkataan yang azka ucapkan tadi, dia berbicara kalau fazam tidak ada sangkut pautnya dalam aksi pengeroyokan dirinya.
"Aku yakin dalang di balik pengeroyokan azka ini adalah ulahnya fazam!" gumam zeira di dalam taksi.
*****
Sesampainya azka di rumah,
"Dek abang pulang," ucap azka memanggil adiknya dari bawah garasi,
Azkia langsung menghampiri azka, yang sedang menaruh motor di garasi. Setelah turun beberapa tangga garasi, azkia sangat terkejut dan panik meneriaki abangnya karena ia melihat abangnya yang babak belur dan tangannya yang terlihat patah tulang.
"ASTAGA ABANG!!! Tangan abang kenapa bisa gini? wajah abang juga banyak lukanya, kok bisa kayak gini sih bang ihh!!" panik kia melihat tangan abangnya patah tulang.
"Hehe, maaf ya udah bikin kamu khawatir. Maafin abang juga, sebenarnya tadi di jalan itu abang kebut-kebutan." jawab azka membohongi adiknya agar tidak terlalu khawatir padanya.
"Enggak apa-apa bang, yang penting abang masih selamat, emangnya gimana sih kejadiannya, kok bisa sampai separah ini?" tanya kia yang masih panik dan menanyakan kejadian sebenarnya.
"Pas di perempatan jalan yang di depan itu lho dek, abang mau lurus dan dari arah kiri abang gak sempet liat kalau ada truk jadinya abang terpental ke jalan deh. Masih untung abang selamat, coba kalau abang meninggal pasti kamu bakal nangisin abang tujuh hari tujuh malam. Hahaha…" jelas azka mengubah kejadian yang sebenarnya.
"Ihh!!! Aku lagi mode serius dengar cerita abang, eh abang malah bercanda kayak gitu, gak lucu tau!!" kesal kia.
"Iya-iya maaf," jawab azka meminta maaf.
"Yaudah, mending sekarang abang ke kamar abang gih. Istirahat, nanti aku kabarin mamah sama ayah biar mereka tahu kondisi abang kayak gini." ucap azkia menyuruh azka untuk segera beristirahat.
"Aduh dek, jangan deh. Udah biarin aja, abang udah gede dek, gak usah harus ganggu mamah sama ayah." jawab azka yang tidak mengizinkan azkia untuk menelepon kedua orangtuanya.
"Kalau aku gak bicarain tentang kecelakaan abang ini, yang ada nanti ayah marah sama aku, karena gagal jagain abang." ledek kia.
"Kamu ini, abang itu udah besar, lagian harusnya abang yang jagain kamu, bukan kamu yang jagain abang!" jawab azka mengelus pelan rambut azkia adiknya.
"Tapi, yang sering dapat masalah diluar kan abang. Bukan aku, hayo??" ucap kia masih tetap memaksa untuk memberitahu pada kedua orangtuanya.
"Eh, kalau kamu nelpon mamah sama ayah, awas aja abang gak mau bicara sama kamu selama satu tahun!!" ancam azka yang juga masih tidak ingin orang tuanya mengetahui keadaannya.
"Ih yaudah iya deh, suka-suka abang aja lah, kia mau ke kamar!!" pasrah kia, lebih takut dengan tipuan ancaman yang di buat oleh azka.
Azkia kembali ke kamarnya, sedangkan azka masih berjalan perlahan menaiki anak tangga rumahnya karena masih merasakan sakit di kedua kakinya. Setelah itu, azka mulai mengistirahatkan tubuhnya ke kasur karena masih merasakan rasa sakit pada tubuhnya.
Tak henti-hentinya azka memikirkan, apakah azka harus terus-menerus menutupi hal yang sebenarnya pada zeira? Jika azka mengaku, pasti fazam yang akan dibela oleh zeira meski azka tidak terima kalau zeira di sakiti oleh fazam.
Betapa sangat cintanya zeira dengan fazam, hingga melihat secara langsung perselingkuhan pacarnya, zeira masih menginginkan kebersamaan dengan fazam yang sudah mengkhianati hatinya.