Setelah beberapa hari kemudian bertengkar dengan zeira, azka merasa ada yang kurang dalam dirinya, tidak seperti biasanya azka merasakan kesepian seperti ini, berbagai cara telah azka lakukan semua untuk meminta maaf pada zeira, tetapi zeira masih tidak menanggapinya, entah sampai kapan zeira akan bersikap baik lagi pada azka, setelah peristiwa itu.
***
Di kantin sekolah...
"Bro, gimana tangan lo?" ucap bara yang sudah mengetahui beberapa hari yang lalu tentang tangan azka yang patah.
"Lumayan agak mendingan, semenjak menjauhnya zeira dari hidup gue." jawab azka sangat tidak bersemangat setelah zeira menjauh darinya.
"Kok jawabnya gitu banget sih, lo masih bisa ngejar dia bro santai aja, lagian dia udah putus sama fazam, nanti pasti ada waktunya kalian bisa berbaikan lagi." ucap bara menyemangati azka.
"Lo liat selama hampir berminggu-minggu ini, dia masih diemin gue kan, udah gitu pas dia lagi ngajar azkia aja jutek banget sama gue. Gak ada lagi harapan kalau gue bakal baikan sama dia, seharusnya gue gak ngomong kayak gitu. Ah Bego banget sih ni mulut!! jadi jauh sama zeira kan!!" jawab azka menyesali ucapannya sembari memukul mulutnya.
"Eh bro Ini bukan kesalahan lo, cuma waktu lo aja yang kurang tepat bro, dia lagi sedih-sedihnya di putusin, terus lo malah nyuruh dia buat pacaran sama lo biar dia lupain fazam. Ya pastinya dia bakal nolak lah, tapi menurut gue sih lebih baik gitu, dari pada lo beneran di pacarin biar dia bisa lupain fazam, iya kalau dia bisa lupain si fazam lah kalau dia gak bisa lupain kan yang ada lo yang makin sakit hati." ucap bara sembari memberhentikan azka yang telah menyesal atas perbuatannya.
"Mending gue yang sakit, dari pada liat zeira sedih terus." jawab azka masih merasa bersalah.
"Ya gak gitu juga lah bro, kalau lo pengen liat doi lo bahagia ya lo juga harus bahagia." ucap bara memperingati azka.
"Ah udah lah, gue pengen balik ke kelas aja lah, bosen gue di sini gak ada zeira." jawab azka langsung pergi meninggalkan bara.
"Yaudah lah sana," ucap bara mempersilahkan azka pergi.
*****
Kembalinya zeira ke kelas dari perpustakaan, bara pun langsung menghampiri zeira berusaha untuk membuat zeira berbaikan dengan azka.
"Ra, bisa bicara sebentar?" tanya bara
"Bisa, bicara aja" jawab zeira dengan wajah yang kembali datar.
"Tapi, mau keluar sebentar gak? soalnya gak enak kalau di sini nanti di denger satu kelas." ucap bara mengajak berbicara di luar.
"Bicara tinggal bicara, mau ya syukur gak mau saya gak peduli." sinis zeira sembari menulis catatan yang ada di papan tulis.
"Yaudah deh, bicara di sini aja." pasrah bara.
"Ya sudah, silahkan." jawab zeira mempersilahkan bara untuk berbicara dengannya.
"Jadi gini-" ucap bara sebelum melanjutkan ucapannya tiba-tiba langsung dipotong pembicaraannya oleh zeira.
"Eits tunggu dulu, sebelum kamu mulai berbicara, saya cuma mau kasih tau satu hal, jangan bawa nama teman mu yang sering bersama kamu itu, saya sudah tidak peduli dengan dia!" Ucap zeira yang masih kesal dengan azka.
"Memangnya kalian berdua ada masalah apa sih? Kenapa lo kayaknya benci banget sama si azka." tanya bara penasaran.
"Saya tau maksud tujuan anda, lebih baik saya berhentikan pembicaraan ini, tolong jauhi saya, dan jangan ganggu saya!" jawab zeira yang sudah mengetahui maksud yang dibicarakan oleh bara.
***
"Aduh... Susah banget mau bantu azka sama zeira baikan." ucap bara dalam hatinya sembari menunjukkan keluh kesah yang sulit membujuk zeira untuk berbaikan dengan azka.
***
Sore ini saatnya zeira untuk mengajar azkia les di rumahnya azka, akhirnya ada kesempatan untuk azka meminta maaf untuk kesekian kalinya pada zeira dan saat ini azka lebih memilih meminta maaf lewat azkia adiknya, karena zeira hanya mendengarkan seluruh perkataan azkia. Selama les telah berlangsung, azka tidak membuat zeira terganggu karena azka tetap menahan dirinya di dalam kamarnya.
Saat fokus melukis, tiba-tiba kia mengingat pesan yang diberikan oleh abangnya untuk disampaikan kepada zeira.
"Oh iya kak, ada salam dari bang azka, dia bilang maaf atas ucapannya, dia juga secara gak sengaja berbicara kayak gitu." ucap kia yang tiba-tiba teringat pesan dari abangnya.
"Azka bicara apa aja sama kamu, dia cerita apa aja?" kaget zeira yang tiba-tiba mendengar kia meminta maaf padanya.
"Dia gak cerita apa-apa, dia cuma bicara kayak tadi udah gitu aja." jawab kia singkat dan melanjutkan melukisnya kembali.
"Oh syukurlah kalau gitu," ucap zeira sangat lega karena azka tidak menceritakan permasalahannya pada kia.
"Jadi, kakak maafin bang azka atau enggak? Aku paling gak suka liat bang azka, jadi lebih pendiam dari biasanya." ucap kia mengagetkan zeira lagi.
"Ah, gimana ya, aku mau bicara aja dulu sama azka, apa dia ada di kamarnya?" jawab zeira masih berpikir untuk lebih baik membicarakan secara empat mata dengan azka.
"Ada kok kak, biasanya sih dia jam segini masih latihan basket tapi, karena tangannya masih sakit jadinya ya gitu sehabis pulang sekolah cuma tidur-tiduran aja di kasur." jelas kia.
"Yaudah, kalau gitu kakak izin ke kamar abang kamu sebentar ya. Kamu lanjutin melukisnya, kakak balik harus udah jadi ya, jangan ada coretan sedikit pun harus sesuai tema yang kakak kasih." ucap zeira ingin meminta izin ke kamar azka.
"Oke kak, kakak balik mungkin aku udah selesai." ucap zeira menuruti ucapan zeira.
Setelah zeira meminta izin untuk ke kamar azka pada kia, zeira benar-benar mulai merasakan ketakutan dalam dirinya, zeira takut bertemu lagi dengan azka, tetapi di sisi lain kalau dia tidak memaafkan azka mungkin azka bisa memberitahu kia tentang hubungannya dengan fazam, zeira hanya takut permasalahannya tersebar luas jika dia tidak memaafkan azka.
Sebelum itu azka masih khawatir dengan adiknya, apakah adiknya berhasil menyuruh zeira untuk memaafkannya atau adiknya lupa menyampaikan pesan maafnya.
"Kia udah bilang belum ya? zeira bakal maafin gue gak ya? Aduh, kenapa gue jadi deg-degan begini sih." gumam azka mulai menggulingkan tubuhnya ke kanan dan kiri.
Tok...Tok...Tok...
"Masuk aja dek, pintunya gak abang kunci kok." ucap azka dari dalam kamar.
"Ini aku zeira," jawab zeira dengan nada pelan.
"Oh, oke sebentar." ucap azka langsung bangun dari tempat tidur nya dan membukakan pintu untuk zeira.
Azka sangat bersemangat sekali, setelah mendengar suara zeira yang telah mengetuk pintu kamarnya.
"Ada apa zei? aku kan gak ganggu kamu saat lagi mengajar kia, Aku juga udah ngikutin apa yang kamu minta, aku gak ngejar-ngejar kamu lagi." ucap azka sembari menundukkan kepalanya.
"Aku maafin kamu, tapi ingat kalau orang lagi sedih jangan bicara sembarangan, dan jangan pernah sesekali menceritakan permasalahan aku sama fazam ke kia atau siapapun." jelas zeira yang tiba-tiba memaafkan perilaku azka.
"Ini beneran serius kamu maafin aku?" kaget azka yang masih tidak percaya kalau zeira telah memaafkannya.
"Iya, tapi kamu harus nepatin janji yang aku bilang tadi, mau kamu sesuka apa sama orang lain jangan ngelakuin hal yang bikin orang yang kamu sukai jadi benci sama kamu." ucap zeira membuat janji agar azka tidak melakukan hal yang sama.
"Iya aku janji, maafin aku ya zei, aku gak akan bicara sembarangan kayak gitu lagi." jawab azka menyetujui janji yang dibuat zeira.
"Kamu juga kurang-kurangi sifat nyebelin nya, aku paling kesel kalau kamu udah bicara sembarangan ditambah gak liat situasinya." ucap zeira.
"Oke, aku bakal coba buat ubah kebiasaan buruk aku itu, biar kamu seneng." jawab azka sembari menundukkan kepalanya.
"Iya, yaudah aku balik ke kamar kia lagi. Aku ke sini cuma mau bicara itu aja, kamu kalau ada kegiatan lain silahkan lanjutin kegiatan kamu itu. Oh ya, di sekolah jangan cuekin aku kalau aku cuek sama kamu. Bikin aku jangan sampai cuek lagi, kayak dulu sebelum kita bertengkar." ucap zeira sembari memberikan senyuman kecil yang sangat di rindukan azka lalu pergi ke kamar kia kembali.
"Siap, bos!! Asik... akhirnya kita baikan lagi." jawab azka langsung masuk ke kamarnya dengan hati yang sangat gembira.
Akhirnya usaha yang dilakukan azka dan azkia berhasil, memang benar apa yang diucapkan kia itu akan membuat zeira luluh pada kia dan menuruti permintaan kia.
***
Waktunya zeira untuk pulang ke rumahnya, saat zeira hendak memakai sepatunya azkia meminta tolong pada abangnya untuk mengantar zeira pulang dengan selamat seperti yang sudah tercantum dalam persetujuan perjanjian yang dibuat oleh azkia sendiri.
"Kakak tunggu di sini dulu ya, jangan langsung pergi." ucap kia ingin pergi ke kamar azka.
"Memangnya kamu mau kemana?" tanya zeira yang bingung dengan tingkah kia.
"Mau ke kamar abang, mau nyuruh dia buat anterin kakak pulang ke rumah kakak dengan selamat." jelas kia masih mengingat perjanjiannya dengan abangnya.
"Ih enggak perlu kia, kakak bisa pulang sendiri, kasihan abang kamu kan tangannya juga masih sakit, biar aja dia istirahat di rumah." jawab zeira menolak permintaan azkia.
"No! kakak gak akan aku izinin pulang, sebelum bang azka yang anter kakak pulang, dan lagian juga tangan kirinya bang azka yang sakit bukan kakinya, jadi dia bisa anter kakak pakai kakinya kan." ucap kia yang masih tetap memaksa zeira untuk diantar azka.
"Udah kia gak usah, aduh kalau azka beneran mau nganterin gue pulang bisa malu banget gue." gumam zeira.
Tak lama akhirnya azka keluar dari kamarnya bersamaan dengan kia yang artinya dia mau mengantarkan zeira pulang ke rumah, dia juga harus menjalani apa yang di perintahkan adiknya, dan dia juga tidak bisa mengelak permintaan kia, karena sudah menyetujui perjanjian yang adiknya buat untuknya.
"Ayo, sekarang kakak pulang dianter sama bang azka oke. Ayo bang cepetan anter kak zeira pulang, kasihan dia kelihatannya udah lelah banget." ucap kia sembari mendorong abangnya untuk segera keluar rumah.
"Iya, abang bakal anter kak zeira pulang ke rumahnya dengan selamat." jawab azka
Cara memintanya sedikit agak menyebalkan, tetapi dalam hati sangat senang sekali, karena bisa kembali jalan bersama dengan zeira setelah berminggu-minggu bertengkar, hanya karena permasalahan melupakan seseorang menggunakan seseorang.
Mereka menunggu angkutan umum, saat salam perjalanan sampai menunggu angkutan umum di depan gang rumah azka, mereka berdua masih tidak bersuara. Biasanya yang memulai pembicaraan adalah azka, tapi mengapa untuk kali ini azka hanya diam saja? Bukankah dia sangat senang bisa bersama lagi, atau ada hal yang lain yang masih membuat azka kesal pada dirinya dan diri zeira.
"Ukh... ukhukk..." Azka melakukan batuk sebanyak tiga kali
"Kamu sakit bukan?" ucap zeira mulai peka dengan azka yang sengaja batuk dari tadi.
"Ah, gak! Aku gak sakit kok, aku sehat." jawab azka yang masih beralasan.
"Itu dari tadi batuk kecil terus, kalau kamu beneran sakit mending pulang aja kerumah gak usah anter aku, aku juga bisa pulang sendirian." ucap zeira yang tidak ingin menambah beban azka.
"Enggak zeira, aku gak apa-apa, cuma lagi mikir nyari topik pembicaraan, hehe..." jawab azka yang langsung to the point pada zeira.
"Ya ampun aku kira kamu beneran sakit, lagian topik itu gak usah di cari, kamu juga gak perlu harus nyari topik, kamu kalau mau nanya sesuatu kayak biasanya aja deh jangan ragu-ragu gitu." ucap zeira menggelengkan kepalanya karena alasan konyol yang azka.
"Sebenarnya juga aku mau tanya sesuatu, tapi aku takut kamu tersinggung lagi kayak waktu kemarin." jawab azka yang pelan-pelan berbicara.
"Memangnya apa yang mau kamu tanyakan?" tanya zeira yang mulai penasaran lagi.
"Gimana kabar kamu sama si fazam?" jelas azka tiba-tiba menanyakan kabar hubungan zeira dan fazam.
"Ya, yang kamu lihat sekarang aja, kamu juga pasti masih merhatiin aku disekolahkan?" jawab zeira langsung membuat azka tersipu malu.
"Iya sih, tapi kamu udah bisa lupain fazam?" ucap azka tersenyum malu, lalu menanyakan tentang sudah melupakan mantan zeira.
"Aku sih sejauh ini masih berusaha melupakan dia, tapi kalau aku tetap gak bisa aku harus bagaimana?" jawab zeira sangat frustasi.
"Itu tergantung di diri kamunya, kalau kamu bisa ikhlas ingin melupakannya, pastinya kamu bisa lupain dia. Intinya pelan-pelan aja, aku juga akan terus ada di samping kamu, dan sebagai teman yang baik nan tampan aku bakal tetap mensupport kamu dalam kondisi apapun." ucap azka yang tetap mensupport zeira dalam kondisi apapun.
"Makasih ya, udah mau berteman sama aku, dan selalu mensupport aku." jawab zeira sangat berterima kasih karena azka masih ingin berteman dengan zeira.
****
Masih menunggu bis datang tiba-tiba ponsel dari azka bergetar, azka pun mengecek siapa yang meneleponnya malam-malam, siapa tahu azkia membutuhkan sesuatu selagi azka sedang diluar rumah mengantar zeira.
Drettt... Dreettt... Dreettt...
"Halo rin, tumben lo nelpon gue, ada apa nih?" ucap azka mendapatkan telepon dari arin teman sekelasnya.
"Rin, kok lo gak jawab pertanyaan gue?" ucap azka terheran karena tidak ada jawaban dari arin.
"Rin, kok banyak suara angin sih, gue gak bisa denger suara lo nih, rin sebenarnya lo lagi ada dimana sih?" panik azka yang tiba-tiba mendengar suara seperti angin.
Tut...Tut...Tut...
****
Telepon pun dimatikan, arin mungkin hanya tidak sengaja menekan nomor ponselnya azka, tetapi hal itu pula yang membuat azka khawatir pada arin kembali karena mengingat kejadian yang hampir membuat arin, azka, dan teman-teman basketnya yang lain celaka satu tahun yang lalu.
"Siapa yang nelpon?" tanya zeira.
"Si arin temen kelas aku, gak biasanya dia nelpon aku, udah gitu gak di jawab lagi." jawab azka merasa aneh pada arin.
"Mungkin dia gak sengaja nelpon kamu kali," ucap zeira.
"Maybe gitu, biarin aja deh, semoga aja dia gak dalam bahaya." jawab azka meyakinkan dirinya semoga arin tidak mengalami hal yang membuatnya khawatir.
"Iya, semoga aja dia gak kenapa-napa." ucap zeira.
*****
Baru selesai membicarakannya pun ponsel azka mulai berdering kembali, dan azka mengecek ponselnya lagi untuk memastikan siapa yang meneleponnya kali ini, dan ternyata yang menelponnya lagi adalah Arin Diah Putri Bayu teman sekelasnya Azka.
Dreettt... Drettt... Drettt...
"Siapa, arin lagi?" tanya lagi zeira.
"Iya nih, tapi takut gak di jawab lagi." jawab azka yang malas mengangkat telepon dari arin.
"Udah angkat aja dulu, siapa tau kali ini dia benar-benar butuh bantuan." ucap zeira memaksa azka untuk mengangkat teleponnya.
"Yaudah aku angkat dulu ya," jawab azka mengikuti perintah zeira.
"Hm," ucap zeira memerhatikan pembicaraan azka dan arin.
*****
"Halo rin, ada apa? lo udah dua kali nelpon gue." tanya azka dengan kesal.
"Tolong, tolong aku azka, aku gak tau harus minta tolong ke siapa lagi." jawab arin berbisik sembari meminta pertolongan dari azka.
"Eh, lo kenapa rin, lo dimana? tenang rin tenang jangan panik, kalau lo panik nanti lo gak bisa cari jalan keluarnya." ucap azka yang menjadi ikutan panik setelah mendengar arin meminta tolong.
"Aku gak tau lagi dimana, ayah aku bawa aku ke tempat yang gak aku kenal, dan sesampainya di tempat ini salah satu dari mereka mau macem-macem sama aku, aku langsung lari dan sekarang mereka mengejar aku, aku takut banget azka, sekarang aku lagi ngumpet di belakang pohon. Tolongin aku, tolong!!" jelas arin sangat gemetar ketakutan.
"Sekarang share location lo ke gue, gue tunggu cepet, lo tenang aja gue bakal lindungin lo dan nyelametin lo dari sana sama temen-temen basket gue." ucap azka menenangkan arin.
"Udah, aku udah share location ke kamu, aku bakal tetap nunggu di sini sampai kamu dan yang lain jemput aku," jawab arin.
"Oke gue langsung ke sana, lo tetep waspada kanan kiri, jangan kemana-mana." perintah azka.
"Iya," jawab arin langsung mematikan ponselnya.
***
"Ada apa lagi?" tanya zeira yang ikutan menjadi panik dengan ucapan azka yang zeira dengar.
"Kayaknya arin mau di jual sama ayahnya lagi deh, soalnya dia di bawa ayahnya ke tempat yang dia gak tau itu dimana dan dia gak sama mamahnya, aku juga udah chat bara sama anak-anak basket yang lain di grup chat basket buat bantuin aku nemuin arin, aku gak mungkin nemuin arin sendirian dengan tangan yang terbalut kayak gini." jawab azka menjelaskan tentang arin yang sedang di culik oleh ayahnya sendiri.
"Astaga, yaudah kamu pergi aja." ucap zeira yang membiarkan azka menolong arin, dan membiarkannya pulang sendiri.
"Maaf ya, aku anter kamu cuma sampai halte sini aja, kamu harus hati-hati di jalan, kalau ada apa-apa telepon aku." jawab azka meminta maaf dengan zeira karena tidak menepati janjinya.
"Enggak apa-apa, kamu juga harus hati-hati." ucap zeira tetap mengingatkan azka untuk berhati-hati karena zeira tahu siapa yang akan di hadapi oleh azka dan teman-teman basketnya
"Iya, bye zeira." jawab azka sembari mengelus rambut zeira sebelum pergi.
"Bye," ucap zeira dengan senyum manis pada azka yang sudah pergi jauh.
Perbuatan yang azka lakukan terhadap zeira sebelum pergi meninggalkan zeira sendiri halte, dengan cara mengelus kepala zeira beberapa kali membuatnya senyum terheran-heran dengan sikap azka yang menurutnya sangat sweet dan tetap mempedulikannya dalam keadaan genting sekali pun.
Zeira juga berpikir, kalau azka adalah laki-laki yang sangat baik, juga bertanggung jawab, dan dia juga sangat suka menolong temannya yang dalam kesusahan seperti Arin, di saat kondisi Azka yang tidak memungkinkan untuk menolong arin sendiri azka juga tidak lupa meminta bantuan pada teman-teman basketnya, azka bukanlah anak yang egois dan tidak ingin di pandang hebat seperti laki-laki yang lain, dan zeira juga saat ini mulai mengagumi azka.