Namaku adalah Christine Ramo. Aku adalah salah satu putri dari kerajaan Ramo. Saat ini aku sedang berada di mansion penguasa kota Aera, Rex Hammons. Sebagai seorang putri, sudah tugasku untuk mengecek kondisi kota berada dalam wilayahku.
Kerajaan ini sedang dalam keadaan cukup unik. Karena semua anak raja, tidak peduli putri atau pangeran. Semuanya memiliki wilayah masing-masing. Hal ini karena sebentar lagi akan diadakan kontes untuk memperebutkan kursi kerajaan. Nantinya setiap wilayah akan mengirimkan perwakilan untuk menentukan siapa yang akan menjadi raja selanjutnya.
Aku memegang bagian selatan. Sedangkan ketiga saudaraku yang lain memegang daerah Utara, barat, dan timur. Waktu kami memilih perwakilan masih 1 tahun lagi. Namun kami semua sudah mempersiapkan hal itu
Sayangnya aku tidak bisa maju sendiri. Karena dalam duel ini kemampuan dalam memilih personal yang sesuai dengan bidangnya sangat penting. Menurut ayah, kemampuan itulah yang bisa membuat kerajaan ini tetap kuat dan berjaya. Raja yang baik harus bisa memberikan tugas kepada orang yang tepat.
Untungnya selain duel, banyak pertimbangan lain seperti kemakmuran wilayah dan hal-hal terkait manajemen wilayah lainnya. Karena kekuatan saja tidak akan bisa mempertahankan sebuah kerajaan. Ayah sangat teliti tentang hal ini. Peraturan yang ada di buat seadil mungkin dan memenuhi kriteria yang harus dimiliki oleh seorang raja.
Semua personel sudah aku siapkan untuk berbagai bidang. Hanya satu bidang saja yang belum kutemukan, kekuatan. Dalam bidang ini, semua pihak akan mengutus perwakilan untuk bertarung satu sama lain hingga tersisa satu pemenang. Sayangnya aku belum berhasil mendapatkan orang yang cocok untuk bidang ini
Karena perlu waktu untuk mengetes kemampuan prajurit dan petualang yang datang untuk mencalonkan diri. Sayangnya sampai saat ini, belum ada calon yang terpilih. Meskipun sudah beberapa waktu aku mulai mencarinya.
Hal ini cukup sulit karena wilayah selatan terhitung cukup damai. Dungeon yang ada hanya sampai level middle sehingga petualang yang banyak adalah ranking A dan B. Jarang ada petualang ranking S ada di wilayah selatan.
Mereka lebih banyak di wilayah lain terutama daerah Utara. Karena daerah itu dekat dengan wilayah iblis dan memiliki konsentrasi mana yang tinggi. Sehingga banyak Dungeon dengan level tinggi.
Kalau masih ada waktu, aku ingin lebih teliti dalam memilih personel. Sayangnya waktu tidak mengizinkan hal itu terjadi. Paling tidak dalam 6 bulan ini, aku harus menemukan kandidat yang cocok. Karena masih banyak hal yang harus dilakukan setelah memilih kandidat seperti membuat kontrak dan meningkatkan kemampuan mereka sebisa mungkin.
Untuk meningkatkan persentase kemenangan. Pastinya aku harus melakukan pelatihan. Enam bulan memang waktu yang sedikit, namun karena waktu yang kami terima hanya satu tahun. Tidak ada pilihan lain yang bisa kami ambil. Dengan waktu yang ada, aku harus melatih personel yang dapat meningkatkan kemampuan mereka dengan cepat.
Karena itulah aku sebagai anak keempat dan merupakan yang termuda dari yang lain tidak terlalu unggul dalam pertandingan ini. Umurku yang masih 17 tahun membuatku belum lama debut sebagai bangsawan.
Belum banyak koneksi yang aku buat dalam rentang waktu 2 tahun setelah memulai debut sosial. Berbeda dengan semua kakakku yang memulai lebih dulu dariku. karena itulah sebenarnya pertandingan perebutan tahta raja ini tidak menguntungkan diriku.
Meskipun begitu, aku tidak akan menyerah. Karena harapan masih belum sepenuhnya hilang. Kalau saja aku bisa menemukan sosok yang mengeluarkan energi kuat saat memasuki kota ini. Mungkin aku akan bisa mendapatkan kesempatan untuk menang.
"!!!"
'Hawa ini… tidak salah lagi. Ini hawa yang sama dengan sosok kuat yang aku rasakan. Apa yang ia lakukan?... Ia mendeteksi wilayah bangsawan? Tidak ada orang yang menyadarinya?'
Aku langsung pergi keluar melalui jendela dan pergi ke arah sumber energi itu berasal.
Satu satunya hal yang aku banggakan adalah kemampuan fisik dan sihir yang aku miliki. Bahkan pasukan kerajaan tidak ada yang dapat mengalahkan diriku. Bisa dibilang aku hampir menjadi yang terkuat. Dari pasukan resmi kerajaan, hingga saat ini yang bisa menyaingi diriku hanyalah Ketua dari pasukan kerajaan, tuan Blade Adams.
Sayangnya aku tidak bisa maju bertempur sebagai perwakilan dalam duel. Kalau saja aku bisa maju, mungkin aku tidak akan sepusing ini mencari calon yang lain. Karena di negara Ramo ini, hanya sedikit orang yang bisa menandingi kemampuanku.
Aku melompati gedung untuk segera mencapai tujuan. Karena kalau melewati jalan biasa, takutnya orang yang memiliki kekuatan besar itu akan segera pergi.
"Sepertinya ia menyadari keberadaan ku. Karena sihir yang ia lakukan sudah ia hentikan."
Beberapa menit setelahnya aku akhirnya sampai ke sumber aura. Sayangnya aku tidak melihat sosok yang bertanggung jawab atas aura tersebut.
'apakah aku telat? Mungkinkah ia masih ada di sekitar sini?'
Tanpa pikir panjang aku langsung teriak ke segala arah dengan menggunakan sihir angin untuk memperluas jangkauan suara.
"Namaku Christine Ramo, putri dari keluarga kerajaan Ramo. Bolehkah aku mengundang kalian untuk minum teh. Kemampuan kalian mendeteksi wilayah bangsawan sangat aku butuhkan saat ini."
Beberapa orang di daerah sekitar kaget mendengar suaraku. Wajar saja, karena tiba-tiba ada suara keras yang terdengar di kuping mereka. Setelah mendengar suara ku. Beberapa orang muncul di hadapan ku dan mengaku sebagai orang yang aku cari.
"Aku adalah orang yang kamu cari. Mohon maaf akan kelancanganku, tapi aku ingin membuktikan kemampuanku kepada tuan putri."
"Dia bohong, akulah yang melakukannya."
"Penipu, aku yang melakukan nya."
Banyak pria yang maju dan mengaku sebagai pelaku dari sihir pelacakan itu. Namun aku langsung mengetahui bahwa tidak ada yang asli dari mereka. Semuanya berbohong.
"Penjaga, tolong masukkan mereka ke penjara selama satu Minggu atas tindakan membohongi anggota kerajaan. Biarkan mereka introspeksi diri di dalam penjara."
"Baik, tuan putri."
Para lelaki penipu itu semuanya hendak melawan saat ditangkap. Namun tatapanku yang penuh dengan hawa pembunuh membuat mereka terdiam dan menurut seperti anak kecil. Mereka dibawa oleh penjaga ke penjara yang ada di kota ini.
Meskipun aku bukan merupakan petinggi di kota Aera. Statusku sebagai putri membuat semua prajurit yang mengetahui dirinya mematuhi perintah yang aku berikan.
'Sepertinya ia sudah pergi. Sayang sekali, aku gagal mendapatkan pion yang bagus.'
Ketika aku akan kembali ke kediamanku, muncul suara di kepalaku
("Tunggu sebentar Tuan putri. Bisa minta waktunya sebentar. Aku adalah orang yang memerintah kan monsterku melakukannya.")
'Telepati? monster? Apakah ia seorang Tamer? Tamer bukanlah profesi langkah di kota ini. Namun monster yang mampu menggunakan sihir jarang ada di bagian selatan kerajaan.'
("Baiklah kalau begitu. Segeralah kesini. Aku akan mengantarmu langsung ke kediamanku. Karena kalian akan dihadang oleh penjaga tanpa adanya diriku.")
Sumber telepati itu terdiam sebentar lalu meminta tolong untuk mengizinkan mereka menutupi wajah mereka sampai masuk ke wilayah bangsawan. Karena ia tidak ingin wajahnya dikenali oleh orang lain.
("Permintaan yang aneh. Tapi tidak masalah. Silahkan sembunyi kan wajah kalian. Aku mengundang kalian untuk minum teh bersama. Kita bisa diskusi dengan santai di sana. Tanpa ada gangguan dari pihak lain")
("Terima kasih atas kebaikan tuan putri.")
Dari sebuah gang muncul tiga orang sosok. Dua sosok sepertinya seorang wanita dari postur tubuh mereka. Satu lagi seperti nya anak kecil karena tingginya yang pendek. Mereka pergi ke hadapanku dan memberikan salam kepada ku.
("Ayo ikut denganku. Aku sudah tidak sabar mendengar cerita kalian")
Aku mengantar mereka sambil memberikan senyuman. Kalau laki-laki melihat senyumku, bisanya mereka langsung terpana melihatnya. Sayangnya karena mereka wanita, sepertinya senyum ini kurang bekerja.
Perjalanan ke kediamanku berlalu dengan kami memulai sedikit obrolan ringan. Sayangnya semua obrolan mengenai kehidupan pribadi mereka selalu saja dijawab dengan jawaban aman. Mereka sepertinya belum akan membuka identitas mereka di sini.
"Selamat datang kembali tuan putri. Apakah tuan putri baik-baik saja. Semua penjaga panik melihat tuan putri keluar dari jendela kamar."
"Maafkan tindakan spontan yang tadi aku lakukan. Karena ada hal yang harus segera kuurus. Untungnya hal yang aku cari berhasil aku dapatkan."
Jawabku sambil menunjuk ke arah 3 orang dibelakang ku.
"Siapa mereka bertiga?"
"Mereka adalah tamuku. Perlakukan mereka dengan sangat baik. Aku tidak mau ada yang bertindak tidak sopan terhadap mereka."
Para pelayan kaget mendengar hal itu dan langsung memberikan rasa hormat kepada tamuku. Semoga saja dengan sambutan ini mereka akan lebih terbuka denganku nantinya
"Ayo ikut denganku ke ruangan pribadi ku. Di sana kita tidak akan diganggu oleh orang lain."
("Baik, tuan putri.")
Sejauh ini hanya satu sosok yang menghubungiku dengan telepati dan menjawab pertanyaan ku. Sepertinya ia adalah pemimpin dari grup ini. Atau malah ini hanya jebakan dan mereka sengaja menggiring ku untuk percaya akan hal itu, menarik sekali. Jarang sekali aku tertarik dengan suatu hal seperti ini.
Perjalanan ke kamarku kembali dilalui dengan keadaan sunyi. Setelah sampai di kamar dan mempersilahkan mereka duduk. Aku meminta mereka untuk membuka tudung mereka. Semoga saja mereka akan membukanya karena saat ini mereka sudah aman di dalam sini. Tidak ada orang yang bisa sembarangan masuk ke ruangan ini.
"Bisakah kalian membuka tudung? Aku ingin melihat wajah kalian."
"Baiklah tuan putri. Mohon maaf karena kami baru sekarang memperlihatkan identitas kami."
Orang yang menjawab semua pertanyaan ku akhirnya membuka tudungnya. Ia memiliki rambut perak dan mata berwarna biru. Memiliki tubuh yang ramping serta dada yang besar. Sepertinya ukuranya lebih besar dariku. Jarang sekali aku melihat wanita cantik seperti ini.
"Senang bertemu denganmu tuan putri."
Sosok kedua seperti dugaan ku, perempuan dengan rambut hijau pendek. Tubuhnya lebih berotot daripada wanita sebelumnya. Serta dadanya lebih kecil dari ku. Dilihat dari perlengkapan yang ia bawa. Sepertinya ia adalah seorang pemanah.
Entah kenapa wajahnya sedikit mengkerut saat aku melihat ke arah dadanya.
"Mohon maaf karena dadaku kecil."
"...maafkan atas ketidak sopanan ku. Meskipun kita sama-sama wanita. Tidak etis untuk melihat anggota tubuh orang lain seperti itu."
Aku terdiam sebentar lalu meminta maaf atas kelakuanku. Kemudian aku mempersilahkan sosok terakhir untuk membuka tudungnya.
"Silahkan membuka tudungmu."
"Buka tudungmu, Will."
'Will? Apakah itu nama dari anak kecil ini?'
Sosok itu membuka tudungnya secara perlahan. Wajahku langsung berubah kaget karena sosok itu memiliki warna kulit hijau, telinga panjang, dan mata merah seperti iblis. Ya, sosok itu adalah Goblin.
"Goblin? Jadi ia adalah monster yang kamu jinakkan?"
"Betul tuan putri. Namanya Will, ia adalah teman kami yang berharga. Meskipun ia hanya seorang monster. Namun kemampuannya sangat hebat. Kami bisa menjamin itu."
Aku hanya bisa terdiam dan memikirkan apa langkahku selanjutnya. Normalnya monster seperti ini akan dibasmi kalau muncul di dalam kota. Namun karena ia adalah makhluk yang sudah dijinakkan oleh seorang tamer. Tidak masalah ia berkeliaran selama tidak membuat keributan. Apalagi aku juga melihat bahwa monster ini telah terdaftar ke dalam tamer guild.
'Menarik sekali, jadi aura yang aku rasakan berasal dari goblin ini. Aku semakin ingin mengetahui sejauh mana kemampuan monster yang satu ini sebenarnya.' Aku sangat penasaran seperti apa kemampuan dari makhluk yang mampu memiliki aura seperti ini.
Apakah goblin adalah pion yang aku cari selama ini? ayo tunjukkan seluruh kemampuanmu kepadaku, Will.