Rose duduk di cafe dan memesan sebuah Latte dengan cream vanila yang sedikit manis dan asam, dia duduk sekitar 10 menit disana. Dan kemudian berdiri setelah dosen nya itu tiba-tiba saja datang. Menggunakan setelan jas berwarna biru tua dengan dadi berwarna biru muda. Sepertinya dia baru menyelesaikan rapat nya.
Rose membungkuk sopan dan kemudian mempersilahkan dosen nya itu untuk duduk juga. Jujur ini adalah pertama kalinya Rose merasa sedikit gugup, dia ingin sekali menggapai mimpi nya menjadi seorang 'Penyanyi' tapi dia bingung.
"Malam?" Ucap dosen nya.
"Malam... Terimakasih karena bapak sudah datang--"
"Ya, berhentilah memanggilku 'Pak' lagipula kita sekarang sedang berada diluar kampus bukan? Kau bisa memanggil ku, Kak Jay? Jay? PD Jay? Terserah mu, selain kata 'PAK'" ucap Dosen Jay.
Rose menghembuskan napas nya. Dia baru sadar jika dosen nya ini sangatlah sombong, egois, dan keras kepala. Rose menyilangkan kakinya dan kemudian meminum latte nya.
"Anda ingin memesan minuman juga?" Tanya Rose dengan menekan tombol pesanan menu.
"Hm. Ice Americano."
Rose segera menekan ice Americano dengan eskta ice. Tapi dia kebingungan, sekarang sedang dingin sekali karena akan turun hujan salju. Bahkan dirinya tadi kebasahan karena hujan.
Selama 10 menit mereka hanya membicarakan basa basi saja. Hingga akhirnya Rose menatap wajah orang yang ada didepan nya, berpikir sejenak dan mulai membahas inti masalah dari topik ini.
"Kau menerima panggilan nya jam berapa?" Tanya Dosen Jay.
"Jam Sembilan pagi? Aku tidak terlalu ingat. Tapi dari perkataan nya, itu membuat ku jadi kebingungan sekali. Aku ingin melangkah kan kaki ku tapi aku tidak siap, apa yang harus kulakukan? Aish! Ini membuat ku muak sekali!" Ketus Rose dengan merasa sangat lelah.
Dosen Jay hanya tersenyum saja, dia merasa sangat bahagia karena rupanya gadis yang ada didepan nya ini hampir saja kehilangan nyali nya.
Dia menggengam tangan nya Rose, menatap wajah gadis ini, Rose tentu saja sangatlah gugup sekali saat ini.
Ketika telapak tangan yang begitu dingin sekali, menyentuh telapak tangan nya dan membuatnya jadi sangat terkejut sekali. Dia pikir wajah nya telah memerah saat ini.
Apa yang harus dilakukan? Dia menelan air liur nya dengan susah payah. Ah, ini adalah perasaan yang sangat membuatnya nya jadi gelisah, apakah ini yang disebut dengan gugup yang berlebihan?
"Aku percaya dengan bakat mu, jadi... Semuanya akan baik baik saja. Kau tidak perlu takut sekali. Semuanya akan baik baik saja. XY entertainment adalah agensi milik ayah ku. Sssstt, kau harus menyembunyikan." Kata Dosen Jay yang membuat Rose jadi terkejut sekali. Dia bahkan sontak meloncat dari kursinya.
Apa yang baru saja terjadi dengan nya saat ini? Astaga! Apa benar dengan yang dikatakan oleh dosen Jay? Bagaimana jika benar?
Rose hanya membuka mulutnya saja tapi tidak tau harus mengatakan apa. Tatapan dari pria yang ada didepan nya itu, membuat nya berdebar. Argh! Dia seharusnya langsung menepis nya, kenapa malah diam saja?
"Jadi aku akan menandatangi kontrak nya kan?" Tanya Dosen nya dengan tersenyum lebar.
"H-ha?"
Rose jadi kebingungan sekali. Seolah seperti di hipnotis, apa yang terjadi dengan nya saat ini? Dia sudah gila kan?
Rose segera mengambil pena yang ada di depan nya, dan kemudian menandatangi kontrak itu. Aish... Dia baru tau jika dosen nya ini adalah anak dari sang konglomerat. Tapi seketika juga dia langsung teringat akan suatu kejadian 8 tahun yang lalu.
"Astaga! Kau... Jadi.... Kau adalah anak yang memb---"
"Ssssttt.... Itu semua tidak benar. Aku tidak percaya ada seseorang yang tau kejadian 20 tahun yang lalu. Apakah itu masih membekas di otak Masyarakat? Hm... Rasanya percuma aku mengasingkan diriku selama delapan tahun." Ucap Dosen Jay.
.
.
.
.
8 Years ago.....
Saat itu Rose sedang bersekolah, dia mengenakan Hoodie tebal dan rok mini nya itu membuat udara masuk dengan bebas. Dia berjalan dengan mendengarkan musik di telinga nya.
Saat itu dia melihat ada seseorang yang berlinuran darah, yang dikerubungi oleh puluhan orang. ramai sekali orang disana. Amber juga ada disana, dia langsung berlari menuju kerumunan itu.
"Apa yang terjadi?" Tanya Rose dengan merasa sangat penasaran sekali.
"Kau bisa melihat sendiri kan." Kata Amber yang sedang sibuk memotret orang itu.
Seorang ibu yang mungkin berusia 38 atau 40 tahun an, dia terbaring di tengah jalan yang sangat sepi dan sedikit jelek. Darah nya keluar karena terdapat tusukan pisau disana.
Lalu Rose menoleh ke sebelah kanan nya, ada seorang anak remaja yang menggunakannya seragam sekolah SMA. Dia menatap remaja itu menangis' dengan membawa pisau digenggaman nya.
.
.
.
.
"Tentu saja aku masih ingat, aku bahkan yang menolong mu---"
"Huh?" Tanya Dosen Jay dengan merasa sangat terkejut sekali.
"Ah! Tidak. Aku salah bicara. Maksud ku, aku ada di tempat itu melihat mu menangis. Astaga... Kini aku tahu kenapa kamu tinggal di perumahan itu." Ketus Rose denvan merasa sangat sebal sekali.
Dia baru saja berkelompok dengan penjahat yang membunuh ibunya sendiri.
"Tapi jujur, bukan aku yang membunuh ibu ku. Seseorang tiba tiba saja menikam ku dan ibu ku, aku berusaha... Ah sepertinya kita harus pulang. Bukankah sudah satu jam kita disini?" Kata Dosen Jay yang tiba tiba saja menghentikan ucapannya.
Rose mengangguk. Dia berjalan dengan santai sekali, saat dia menundukkan kepalanya dia melihat tali sepatunya lepas tapi dia malas sekali.
"Oh ya, aku akan mengantarkan mu." Ujar Dosen Jay.
Tak hanya sampai disana, dia merasa agak tidak enak perasaan nya.
Buk!
"Ahh!!" Teriak Rose yang tampak terkejut sekali.
Tanpa sengaja dia menginjak tali sepatunya lagi. Dia terkejut karena di depan nya ada kubangan lumpur yang sangat banyak sekali. Itu karena hujan.
Semua orang ternganga. Tapi bukan karena Rose jatuh, tapi karena Rose selamat dari kubangan itu.
Hampir saja dia kehilangan reputasinya karena hal ini. Untung saja dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Yeah, itu Dosen Jay yang memegang baju nya dengan sangat kuat sekali hingga tubuh nya tidak terjatuh.
"Mak-makasih." Kata Rose yang membuat semua orang bersorak-sorai dan pipinya memerah.
Dengan sangat gentleman nya, Jay segera berjongkok dan membenarkan tali sepatu itu. Dia mengikatnya dengan sangat kuat.
"Be careful okay?"
"He'em."
Setelah itu Rose memperhatikan jalan nya dengan sangat baik sekali. setelah berhasil masuk ke dalam mobil Dosennya dia jadi sangat malu sekali. Astaga hampir saja dia jadi monster lumpur. Dan pasti pria yang disebelah nya ini akan mengoceh kan tentang nya.