Citt..
Mobil nya berdecit dan mereka berhenti di depan rumah nya Rose. Rumah itu sepi sekarang, dia pikir jika orang tua nya saat ini sedang tidak ada di dalam rumah saat ini.
Rose langsung menyuruh sang dosen masuk karena hujan deras sekali, bahkan dikatakan akan ada badai juga. Ini adalah Australia yang rawan sekali dengan Badai.
Rose menyuruh dosen nya itu untuk memasukkan pula mobil nya.
"Kita tidak akan tahu seberapa besar badai itu, sebaiknya anda mampir terlebih dahulu. Mungkin hanya memakan waktu satu jam. Tidak ada salah nya kan?"
Dosen Jay mengangguk dia juga agak lelah sekali untuk mengendarai mobil nya saat ini. Kemudian dosen nya itu dengan lancang masuk ke dalam kamar nya dan mengatakan jika dia ingin meminjam gitarnya yang bagus itu.
Tapi tetap saja Rose tidak bisa membiarkan pria ini begitu saja. Rose mengerutkan kening nya, lihatlah dosen nya ini benar benar tidak memiliki akal sehat. Bisa bisanya dia masuk begitu saja dengan senang hati?
"Ya apa yang terjadi dengan mu hah? Jangan dekat dekat kamarku ih!!"
Gluduk!! Gluduk! Ctarr! Suara petir yang sangat besar sekali membuat Rose jadi jongkok dan dia begitu ketakutan sekali. Dia pernah melihat teman nya meninggal dunia di atas sepeda motor karena tersambar petir. Dia juga melihat dengan mata kepalanya sendiri. Jika teman nya itu tersambar hingga keluar api dari kepalanya. Itu saat dia sedang menginjak usia 10 tahun.
"Ya, kau baik baik saja? Sudah kutakan kunci semua pintunya... Ya kau terlihat tidak baik baik saja... Why?" Tanya Jay yang akhirnya berjongkok juga, mengecek kondisi teman nya ini.
Dan dia sadar jika Rose berdarah. Doa mimisan. Dia langsung menggendong nya dan menyuruh Rose untuk duduk.
Dia menyuruh Rose untuk mendongak kan kepalanya juga. Rasanya pusing sekali seolah dia baru saja dipukul oleh seseorang di kepalanya. Dia langsung merasa baik baik saja saat ini. Rose memeluk Dosen Jay karena dia takut sekali dengan petir.
"Ya... Kau akan terus memeluk ku seperti ini hm? Lepaskan, aku akan menutup pintu dan jendela." Kata Dosen Jay yang ada disana. Tentu saja dia merasa sangat heran sekali saat ini.
Tentu saja itu akan terjadi, dia bahkan tidak bisa menahan dirinya yang begitu ketakutan ini, Dosen Jay segera menutup pintu dan jendela nya. sedangkan Rose yang ada disana berbalik badan dan lebih memilih untuk berada di ruangan tengah di depan televisi.
"Ya masuklah ke dalam kamar, aku tidak akan mengintip dan tidak---"
"Sssttt, jangan banyak bicara. Aku mendengarnya saja begitu sebal. Dasar pria!" Ketus Rose dengan memukul wajah nya Dosen Jay. Dia tidur di sofa dengan menyeka hidung nya, takut jika dia mimisan lagi.
Sebagai gantinya dia hanya diam saja dan merasakan semuanya dengan sangat luar biasa sekali. Dingin yang begitu mematikan, dan badai yang terlalu kencang. Membuat bumi bergetar.
"I'm a little scared..." Ucap Rose yang mengigau.
Hingga saat wanita ini tidur, tiba tiba saja gempa bumi dan seisi rumah ini langsung bergetar hebat. Dosen Jay segera melindungi wanita ini dengan sangat siaga sekali. Astaga... Ini sangatlah besar sekali getaran nya.
Rose yang langsung tersadar refleks memeluk Dosen Jay. Ah... Rasanya hangat sekali? Dia yakin ini adalah pertama kalinya dia memeluk seorang pria selain ayah nya sendiri.
Hening seketika. Tidak ada kata kata yang muncul dari mulut mereka berdua. Seperti udara hampa yang begitu kosong. Rose berpikir sejenak, mungkin dia harus melepaskan nya lebih dulu?
"Jangan. Bahaya." Ucap Dosen Jay yang malahan menggendong Rose dan memasukkan nya ke dalam kamar.
"A-apa yang akan anda lakukan?" Tanya Rose salah tingkah.
"Ada lampu hiasan diruangan tengah. Akan sangat bahaya jika itu jatuh." Jawab nya dengan memberikan selimut tebal pada tubuh nya Rose.
"Pak Jay---"
Jay langsung mengangkat alisnya, tanda jika dia tidak ingin dipanggil pak. Toh usia mereka saja tidak jauh berbeda.
Tapi saat itu sudah begitu larut malam sekali, dia sampai sampai tidak sadarkan diri. Dia akhirnya terlelap dan tertidur dengan nyaman. Dia merasa ini semua sangatlah luar biasa sekali. Entahlah apa yang akan terjadi setelah nya, dia berharap itu akan berdampak baik baik saja pada nya saat ini
"Rose ya kau sudah tertidur?" Tanya Dosen Jay dia tersenyum lebar.
Dosen itu berada di sebelah nya Rose dan dia hanya memandang wajah letih gadis iri dan kemudian tersenyum tipis.
Badai sudah berhenti, begitupun dengan hujan deras nya. Dia segera keluar dari rumah ini. Dan melihat ada Amber di seberang rumah.
"Dosen Jay?? Kenapa anda ada di dalam? Ada apa?" Tanya Amber kebingungan sekaligus syok.
"Bisakah kau menemani Rose? Dia terlihat kelelahan sekali. Aku merasa bersalah... Seharusnya aku tidak melakukan nya dengan brutal." Kata Dosen Jay dengan mengedipkan matanya.
Kata brutal itu adalah ketika Dosen Jay mengangkat dan menggendong Rose tiba tiba.
Namun karena kata kata itu pikiran nya Amber jadi melayang kemana mana. Dia memandang dosen Jay dengan sabar tapi kemudian dia masuk ke dalam rumah gadis itu.
Melihat Rose yang telah terbaring dengan selimut tebal, dan ia jelas terlihat lelah..
"Astaga, apakah teman ku... Sudah tidak menjadi seorang gadis lagi?? Omo. Ini membuatku terkejut." Kata Amber dengan menarik dan membuang napas nya Perlahan-lahan.
Kenapa ini membuatnya jadi sangat sebal sekali? Jadi tanda nya.... Tapi mungkin kan?
.
.
.
.
Keesokan harinya, Rose terbangun dengan wajah nya yang memerah hampir saja sama seperti orang yang habis mabuk.
"Ya kau habis mesum dengan dosen Jay?? Kau bahkan bangun jam 10, apa yang terjadi dengan mu hah? Aoa yang dosen itu lakukan?"
Rose hanya diam saja. Dan dia sedikit bingung dengan dirinya sendiri. Setelah Amber pergi, dia menatap ada sepucuk kertas yang ditempel di lampu tidurnya.
'Nonya Rose yang terhormat. Sedikit malu untuk menyampaikan hal ini, tapi sepertinya kau harus membalas Budi ku. Aku adalah dosen yang sangat terkenal sekali, dan aku diundang di acara ulang tahun nya Wendy. Semua guru telah memiliki pasangan, jadi bisakah kau menyamar jadi pacar ku? Hanya untuk 2 hari saja.' -Jay
Rose menghembuskan napas nya. Apa yang terjadi dengan nya saat ini? Astaga dia frustasi sekali akan hal ini.
Lagi lagi muncullah sebuah perjanjian tak terduga.
"Ada apa Rose?" Tanya Amber lagi, kini teman nya itu membawa spatula.
"Tidak apa apa. Aku bingung apa yang terjadi dengan ku tadi malam... Aku hanya ingat jika Dosen Jay..."
"Dosen Jay kenapa?" Sambar Amber yang penasaran.
"Ah.. tidak lupakan." Jawab Rose dengan tersenyum tipis.