Sean mengiyakan, lagi pula, ia lebih takut kehilangan Deby dari pada Shella. Mata mereka bertemu lagi, tapi sikap Deby masih dingin padanya. Bicara saja ketus, khasnya lah membuat Sean gemashh.
"Lo masih marah?" tanya sean.
":v-" Hanya mengerutkan bibir.
"Lo kan yang salah, harusnya minta maaf sama Shella." ucap sean
"Apa buktinya gue salah, nggak ada kan. Cuma mulut Shella doang." ketusnya lagi.
"Tapi kan-" ucapnya belum selesai, Deby membuka pintu kemudian keluar dari mobil dengan dengus kesal.
Sean keluar menyusul Deby berjalan lurus dengan raut yang menjadi satu. Dengan cepat Sean menangkap lengan gadisnya. Tepisan kasar dari Deby mencoba melepaskan tangan Sean.
"Pliss ... ayo jangan kayak anak kecil." ucap Sean.
"Iya gue masih kecil, wajar gue gini. Lepasin tangan gua sekarang!!!!!" Bentak Deby dipinggir jalan cukup ramai orang berlalu lalang, namun mereka tak peduli.