Yuki tersadar ketika merasakan kakinya berpijak di lantai nan dingin. Dinginnya lantai merasuk pada otot-otot kaki hingga ke syaraf. Matanya menatap pada ruang lobi, beberapa penghuni lantai dua telah berlalu lalang dengan pakaian piama dan sebagian telah mengenakan kemeja.
Selama berjalan menuju kamar, tangan kanannya menyusuri tembok-tembok kamar. Yuki memutar kenop kemudian masuk ke kamarnya sendiri setelah semalaman bermalam di kamar Sakura.
[ Ouh, ya, aku baru ingat. Tadi malam di kamar Sakura, aku bahkan lupa berpamitan padanya. ]
Kepala terasa berat dan pusing, dia pun kehausan.
Yuki bergumam dalam dirinya, [ Kurasa aku kurang tidur. Sebaiknya aku bolos kelas saja hari ini. Percuma kuliah kalau aku tidur di kelas. ]
Tak lama dia duduk di tepi ranjang, terdengar suara lain di dalam hatinya. [ "Kalau mau sekolah, harus mandi dulu. Begitulah urutannya?" ]
Mendengar hal itu, bangun rasa bingungnya. [ Apa yang terjadi padaku, kenapa aku bicara begitu? Ini aneh! ]
Begitu pantatnya telah bangkit dari tepi ranjang, dia bermaksud hendak merapikan selimut di atas tempat tidur. Tetapi Yuki malah berjalan mengelilingi ranjang.
Ketidakmampuan mengontrol tubuhnya membuat dentaman semakin meningkat di kepalanya. Yuki bersikeras dengan keinginannya untuk merapikan tempat tidur terlebih dahulu sebelum bergerak mandi. Tangannya memegang tepi ranjang, amat kuat, tetapi fungsi bagian tubuh yang lain di luar kendalinya.
Kakinya melangkah gesit sehingga tangannya yang memegangi tepi ranjang terlepas. Dirinya malah membuka kamar mandi.
[ Tunggu, bersihkan dulu tempat tidur! Itu urutan yang benar! ] Yuki berseru pada dirinya sendiri. Meski berkeras hati, tetapi hal itu percuma, sembilan puluh persen tubuhnya tak merespon.
[ Apakah ada yang namanya malfungsi pada tubuh manusia? Ini jelas salah! ]
Ketika masuk ke kamar mandi yang biasa dilakukannya adalah memandang dirinya di depan cermin. Tetapi, Yuki berlalu begitu saja meski jemarinya menahan tubuhnya lagi seperti tadi. Kakinya melangkah ke depan dan masuk ke ruang shower.
Kemudian terdengar suara dalam hatinya yang asing seperti menjadi perintah utama dalam tubuhnya. [ "Ini yang paling ditunggu-tunggu, sudah lama aku tidak merasakan air membasahiku." ]
[ Siapa itu? ] tanya Yuki.
Tanpa memedulikan ucapan dirinya sendiri, tangannya mulai melepas ikat rambut dan menggantungnya di dekat Shower.
[ Aku tidak mau membasahi rambutku! ] Yuki membentak dirinya sendiri.
Yuki panik begitu jari-jarinya mulai membuka kancing baju satu demi satu.
Terdengar lagi suara asing di hatinya. [ "Astaga, seumur hidup begini rasanya jadi perempuan!" ]
Wajahnya menunduk melihat seluruh tubuh.
Yuki berusaha melawan. [ Siapa di dalam tubuhku? Keluar! Keluar! ]
[ "Ini Renji, pelayanmu. Tolong biarkan aku membantumu belajar menerima semua ini. Agar kau tidak menyebutku ilusi. Yuki, ini sungguhan! Aku itu ada!" ]
[ Aku tidak mau menerimamu. Laki-laki di tubuh perempuan, kau pikir aku bodoh menyetujuinya begitu saja. ]
[ "Omong-omong aku penasaran cara kerja alat vital perempuan, Yuki. Bolehkah aku memeriksa sesuatu!" ]
DEG!
[ Tidak! Hantu brengsek! Keluar dari tubuhku, Bodoh! Dan tutup matamu! ] Yuki memberontak begitu kuat.
Dia mencoba mengendalikan matanya untuk tertutup karena malu melihat tubuh telanjangnya. Usahanya memang berhasil, mata itu benar-benar tertutup oleh tabir hitam kelopak matanya. Tetapi kekuatan Renji tak mau kalah.
[ "Eh ... bagaimana aku bisa mandi kalau kau menutup mataku, Sayang. Biarkan aku mengendalikan satu saja!" ] bujuk Renji.
Mata kiri Yuki terbuka sipit sekali sehingga tampak samar tubuhnya tanpa busana.
Renji tertawa, karena dirinya lebih kuat di dalam tubuh Yuki. Tangannya menyusuri tubuhnya, pada beberapa bagian membuat Yuki merinding.
[ Hai, kemana yang kau pegang. Kubilang jangan dipegang! ] Yuki marah-marah, emosinya memuncak. "AAAAAKKKKHHH! KUBILANG HENTIKAN!" Yuki berteriak sejadi-jadinya, suaranya keluar dari mulut sehingga pagi itu kamarnya yang paling mencuri perhatian.
Setelah jari-jarinya menggelitik tubuhnya, Yuki tak dapat menahan. Dia mendesah sambil meremas gorden.
[ Renji, Bodoh! Berhenti. Hantu sialan! ]
[ "Eh, baru setengah. Baiklah-baiklah. Cerewet sekali, padahal aku cuma pengen tahu rasanya?" ]
[ Bodoh! Pergi sana! Pergi dari tubuhku! ]
[ "Jangan usir aku. Percuma saja, kau tak menganggap aku ada." ] ujar Renji. Sekarang dia memegang kendali 80% kekuatan tubuh Yuki. Karena Yuki begitu berontak, dia kehilangan 10% nya.
[ Kubilang jangan keramas! ] Yuki berseru geram.
[ "Keramas pagi baik untuk wanita! Jadilah wanita yang cantik dan wangi. Lagi pula kemarin kau terlambat kuliah dan tidak mandi, bahkan dari kemarin sampai sekarang sudah terhitung 25 jam, kau juga tidak sikat gigi. Bayangkan perasaan orang-orang yang berbicara dan berpapasan denganmu, dasar Gadis Jorok!" ]
[ Jangan salahkan aku sepenuhnya. Pria bodoh! Kalau bukan karena kau menggangguku, aku pasti akan melakukannya sendiri. ]
Selesai mandi yang penuh perdebatan, Yuki mengambil handuk dalam kondisi mata yang tertutup. Dalam dirinya sendiri, Yuki hanya memegang kendali pada mata, sebelah kaki dan beberapa jari-jarinya.
Setelah dirasa handuk itu telah menutupi tubuh, matanya dibuka dan kakinya langsung membawanya ke luar dari kamar mandi. Yuki berjalan dan duduk di depan cermin.
[ "Berhenti mengepalkan tanganmu. Aku merasa panas dingin melihatnya." ]
[ Salah! Jangan berdandan dulu. Aku ingin berpakaian dalam. Ingat ini tubuh perempuan! ] Yuki kesal sekali, sampai-sampai hendak menangis.
[ "Ouh iya, aku hampir lupa. Lelaki biasanya hanya merapikan rambut setelah mandi. Baiklah-baiklah. Di mana kau letakkan celana dalam dan Bra?"]
[ Tutup matamu dulu! ]
[ "Bagaimana aku bisa mengarahkan kaki, kalau mata kututup?!" ]
Terjadi perdebatan kecil sebelum akhirnya. Yuki mengalah. Pada lemari bagian bawah, dia membuka laci. Di sana terlipat rapi celana dalam dan beberapa bra dengan berbagai model.
Mata Yuki yang dikendalikan Renji terlihat berbinar-binar. Yuki yang berada dalam dirinya tentu merasakan apa yang dirasakan Renji.
Betapa malunya Yuki saat ini, karena pria akan menyentuh semua pakaian dalamnya.
[ Dasar mesum! Letakkan itu, aku ingin memakai bra yang biasa! ]
[ "Tidak modis sama sekali. Aku hampir mengira kau adalah nenek-nenek. Kasihan, selama ini kau kau hidup sebagai perempuan apa laki-laki? Ini sebagian besarnya pakaian dalam yang tidak menarik. Karetnya pun sudah kendur. Kudengar, payudara adalah spot terbaik wanita setelah lekuk tubuh. Selagi masih muda rawatlah benda itu dengan baik."]
[ "Aku akan membuatmu terbiasa mengenakannya. Aku ingin terlihat seksi hari ini," ] kata Renji.
Setelah dipilih segera dikenakannya bra kecil nan tipis yang hanya menutupi sebagian kecil payudara.
[ "Kalau kau memiliki ini, kenapa tidak dikenakan, Gadis Aneh!" ]
[ Mesum! Pikiran pria selalu tertuju pada benda itu. Apa kalian tidak pernah belajar sains. Kalau laki-laki bisa melahirkan, kalian juga akan memilikinya! Fungsinya pun hanya untuk menyusui bayi. ]
[ "Tak mungkin kau tidak tahu, Yuki. Ada fungsi lain yang tidak kalah penting. Mau kuberi contoh?" ]
[ AAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKHHHHHH!!! ]
[ "Jangan berteriak! Aku hanya menawarkan. Baiklah kalau kau tidak mau!" ]