Renji asyik memilah beberapa celana dalam yang kali ini serasi dengan bra kecil itu. Dia memilih celana yang hanya menutupi bagian depan dan bagian belakangnya berupa tali kecil hingga ke pinggul.
Sementara itu, Yuki sudah tak dapat mengendalikan emosinya. Dia kehilangan kendali atas seluruh tubuhnya dan hanya dapat mengumpat setiap kali Renji berkomentar soal celana dalamnya.
Setelah mengenakan celana dalam, Renji membawa tubuh Yuki bercermin. Melakukan pose-pose seksi layaknya model majalah musim panas.
[ Dasar Bedebah! Akan kubakar celana itu nanti! Apa kau tidak bisa berhenti mempermainkan aku, hah? Aku sudah lelah. ]
[ "Kau bilang sedang lelah. Kalau begitu, tidurlah, aku akan membantumu menjalani aktivitas pagi ini. Beginilah gunanya pelayan. Kau bisa mengandalkan aku sesukamu." ]
[ Omong kosong! Aku tak akan bisa tidur nyenyak selama kau belum pergi dari tubuhku. ]
Renji membuka lemari dan mengenakan seragam seperti biasanya. Tetapi kali ini sedikit dibuat lebih seksi. Rok pendek itu di tariknya ke atas perut, sehingga semakin pendek dan mengekspos paha mulus Yuki.
[ Aku seorang pelajar, bukan jualan tubuh. Tarik kembali sebatas lutut! Cuaca cukup dingin, kau tidak kasihan denganku? ]
Tetapi Renji enggan menggubrisnya. Kemudian dia pergi ke luar kamar.
[ Kau mau kemana? ] tanya Yuki. Cemas.
Renji mulai lelah berbicara dengan Yuki karena menurutnya jika ditanggapi hanya bikin pusing saja. Gadis itu akan meracau dua kali lipat darinya.
Renji mengetuk pintu kamar Sakura. Tak berapa lama, Sakura membukakan pintu. Renji tak bicara, karena dia diam-diam sedang berusaha mengendalikan mulut Yuki.
"Ada apa, Yuki?" Sakura bertanya, gadis itu sudah berseragam.
Renji menunjuk pada alat pelurus rambut yang tergeletak di meja rias Sakura.
Sakura mengambilkan dan menyerahkannya pada Yuki. "Kau ingin meluruskan rambutmu? Kalau begitu, kau harus pakai vitamin rambut. Biar bisa benar-benar lurus."
Sakura mengepalkan tangan menyemangati. "Semoga berhasil!" Dia tahu bahwa ada Renji yang mengendalikan tubuh Yuki. Namun, Sakura tidak tahu bahwa Yuki sudah sadar.
[ Tidak, Sakura. Ini bukan diriku yang sebenarnya. Sakura! Bantu aku! ]
[ "Gadis Bodoh! Dia tidak akan bisa membantu." ] Renji membawa tubuh Yuki kembali ke kamar lalu duduk di depan meja rias.
[ "Mari kita mulai mempercantik dirimu, Yuki!" ]
Yuki yang hanya mengendalikan 25% tubuhnya tak berkutik lagi. Dia menangis tersedu-sedu melihat Renji merias dirinya.
<>
Kaki mulus nan molek berleggak-lenggok menyusuri lautan mata para pria dan wanita di sekitar lobi umum, lantai satu gedung kampus. Rambut yang semula keriting mekar, kini berkibas anggun sebatas pinggang. Tersemat hiasan rambut di sisi sebelah kanan kepalanya.
Yuki berjalan tidak sendirian, dia bersama Sakura di sampingnya. Sakura berpakaian seperti biasanya, hal yang paling mencolok bagi mata pria adalah penampilan Yuki yang berubah.
Sesekali Sakura melirik pada Yuki yang terekspos bebas. Hari ini Yuki benar-benar menampilkan keseksian seorang wanita.
"Wah, Yuki benar-benar berubah. Aku bahan pangling melihatmu. Kau biasanya akan menurunkan rokmu hingga menutupi lutut. Tetapi sekarang ... Wah, semua mata lelaki hanya ingin melihatmu," gumam Sakura.
Setelah puas melihat lutut Yuki, kini mata cokelat Sakura menikmati paras elok temannya. Pada bibir yang diberi Liptin strowberi soft, perona pipi berwarna peach nan tipis di tulang pipi, hingga ke dagu. Benar-benar merubah total dan menonjolkan seorang gadis yang manja dan feminim. Wangi bedaknya pun berbeda dari biasanya yang terkadang tercium baby powder, sekarang lebih sensual nan memanjakan.
Ada poni kecil yang sengaja dilekukkan sehingga membuat wajah Yuki terkesan lembut dan baby face.
"Aku tidak bisa berpikir untuk menjauh dari wajahmu, Yuki. Apakah benar ini kerjaan Renji. Apakah Renji benar-benar masih bersarang di tubuhmu?" Sakura membatin.
"Dari cara dia berjalan dan merangkul lenganku, ini memang bukan Yuki yang kukenal. Kami biasanya berjabat tangan sambil berjalan. Tak kusangka saja, makeup-nya begitu lembut dan tak terlihat tebal. Renji, sukses mengubah penampilan kumuh gadis ini."
"Yuki juga menggunakan gelang yang cantik. Selama ini, dia terlihat sangat biasa saja, dan kadang rambut keritingnya nan mekar hanya diikat sekali dengan gelang karet, terkadang terlihat jelas, jerawat di sekitar hidungnya."
"Kau terlihat cantik sekali, Yuki!" bisik Sakura.
Yuki hanya menanggapinya dengan senyum tipis.
Yuki dan Sakura duduk di tengah-tengah, pada meja makan kantin. Kehadirannya di sana menarik sebagian besar mahasiswa yang sedang makan.
Yuki dan Sakura memesan menu biasa dan makan dengan lahap.
[ Ini memalukan! Cara berpakaianku tidak sepert ini, Renji Bodoh! Jangan membuat aku malu! ] gerutu Yuki.
Pada matanya yang telah diambil alih oleh Renji, dia memperhatikan tatapan para pria di kantin kepadanya seperti sedang terpesona. Seulas senyum pun ditebarkan pada para pria itu.
[ "Beginilah seharusnya seorang gadis di antara para pria. Dia akan dijadikan buah mata yang tak bosan-bosannya di pandang. Seharusnya kau berterimakasih padaku. Cobalah untuk percaya diri sedikit," ] kata Renji bicara dalam hati Yuki.
Yuki menyeka bibir, menjilatinya sedikit ketika kuah sup udon membasahi mulutnya.
Hati Renji euforia. Dia begitu senang dapat merasakan makanan manusia dari mulut manusia itu sendiri. Tenaganya semakin kuat karena selain memakan dari mulut Yuki, Renji juga mengambil sedikit darah gadis itu. Dia layaknya seekor parasit yang sedang berkuasa.
Ketika mereka hendak membayar makanan, pelayan di kantin menolaknya.
"Tidak. Makanan kalian sudah ada yang bayar."
Sakura lekas menarik uangnya. Matanya melotot terkejut. "Hah, siapa?"
Sebentar si pelayan kantin menengok untuk mencari si pembayar tadi.
"Sepertinya dia sudah pergi."
Sakura menoleh pada Yuki kemudian menatap si pelayan kantin. "Seperti apa ciri-ciri?"
Si pelayan mengelus daginya. "Kulihat tadi wajahnya cukup rupawan, matanya sipit dan tubuhnya cukup tinggi."
"Kau di sini hanya beberapa menit, seseorang sudah memberikan perhatian padamu," ucap Sakura. Gadis itu kegirangan sendiri.
[ "Lihat, Yuki. Ada seorang yang mengagumimu," ] kata Renji. [ "Aku memang tidak pernah pacaran karena keburu mati. Tetapi jika aku masih hidup beginilah gadis yang sesuai seleraku. Beruntunglah Yuki, wajahmu memang terlahir cantik lebih dulu, sehingga makeup-ku hanya memancarkannya saja." ]
"Sudah cukup kau membuat aku kacau. Aku tak ingin terlihat seperti ini. Aku ingin menjadi diriku sendiri!" Yuki agak berteriak menghalau suara Renji dalam hatinya.
[ "Jadi sekarang kau percaya aku adalah hantu dan kau menerima dunia kami?" ] tanya Renji.
Yuki sukses membungkam mulutnya. Dia tak ingin mengaku bahwa sebenarnya, dia sudah merasakan sendiri kehadiran Renji dalam tubuhnya.
Selesai makan di kantin, mereka berdua pergi menuju kelas. Semua orang terperangah ketika Yuki berjalan melewati deretan kursi.
"Ada apa dengan Yuki hari ini, hah?" tanya seorang gadis berambut dikuncir kepada Sakura, tangannya mengibas di dekat wajah sambil berkata, "Dia seperti Cruch girl. Wah, seksi sekali. Kurasa itu sedikit berlebihan. Pasti banyak yang menaruh perhatian padanya."
"Aku iri, kupikir selama ini Yuki tidak secantik ini."
Sakura menyenggol siku gadis berkuncir, "biarkan dia mengekspresikan dirinya. Seperti angsa ajaib. Besok belum tentu dia akan seperti itu."
Beberapa gadis menghampiri Yuki. "Yuki, kapan-kapan ajari aku berdandan."
"Lebih baik kau tetap seperti ini Yuki, aku menyukainya. Kau terlihat segar." Dukungan diberikan oleh seorang wanita cantik yang duduk di depan.
"Benarkah?" Yuki bertanya, wajahnya tersenyum.
["Yes, aku akan tunjukkan padamu, Yuki, bahwa aku bisa membuatku memiliki banyak teman." ]