Yuki beranjak dan melihat kalender kecil di nakas di bawah lampu tidur. Sebuah tanggal yang dilingkari dengan tinta merah.
"Astaga! Yuki gajihan hari ini! Aku hampir mengacaukannya!" kata Renji. "Kenapa gadis ini tidak bangun juga? Mungkinkah dia sudah menyerah mengusirku dari tubuhnya? Yuki bahkan tidak mengomel lagi."
Renji menyentuh dada Yuki sendiri. "Aku masih merasakan dirinya di dalam sini."
Yuki bergegas pergi ke kamar mandi, berganti baju dan berdandan lagi. Dia mengenakan rok mini kotak-kotak di atas lutut, mengenakan sepatu sport dan melengkapi penampilannya dengan switer pink oversize. Rambutnya dibiarkan tergerai dan pada telinga dikenakan anting kupu-kupu.
Dia mengambil uang yang disimpan di bawah ranjang. Lalu pergi ke luar dan berlari.
Renji bahkan tak sadar telah melewati Hiro yang menatapnya dengan bingung.
<>
Yuki berdiri di halte bus tak berapa lama, Bus menjemputnya.
Renji bersyukur karena pernah pergi ke toko sayur tempat Yuki bekerja sehingga dia sudah hafal alamatnya.
Begitu sampai di depan toko, Renji berdiri di depan toko sayur yang sudah tutup. Napas nan panjang berembus dari mulutnya.
"Kalau tadi tidak melamun, aku pasti sempat."
"Hai, apa yang kau lakukan di depan toko yang tutup, Yuki?" Suara tak asing berseru dari belakang.
Renji memutar wajah Yuki, matanya sedikit membola, melihat pria tinggi berkaus putih dengan kemeja kotak-kotak bersandar di depan mobil.
[ "Ah, bukankah pria itu teman kerja Yuki. Aku harus bersikap seperti apa di depannya?" ]
Melihat Yushimaru melambaikan tangan, Renji pun terpaksa menghampirinya. Dia bingung dan lupa mengamati sikap Yuki terhadap pria itu.
Yushimaru menatap sebentar pada Yuki, kemudian dia memberikan amplop putih.
"Aku mengambilkan gajimu yang tertunda kemarin. Takut Bos tak akan membayarnya dilain hari. Aku mengatakan padanya bahwa kau sedang sakit. Kau berhutang padaku lagi, Yuki!"
Renji merespon secara umum, "Terima kasih, Mas Yushimaru."
Dilihatnya air muka pria itu berubah tercengang. "Kau hanya akan memberiku ucapan terima kasih?"
[ "Astaga, apa yang diharapkan laki-laki ini selain terima kasih? Apa dia meminta sedikit bagian dari gaji Yuki?" ] Meyakini anggapannya, Renji menarik dua lembar uang besar dan memberikannya pada Yushimaru.
"Kau pasti bercanda!" Yushimaru tersenyum lalu memegang lengan Yuki dan membawanya ke dalam mobil.
Begitu telah masuk, matanya mengikuti gerak-gerik Yushimaru yang berlari ke pintu sebelah mobil.
Mesin mobil dinyalakan, Yushimaru memasang seltbellnya.
Renji memotong pekerjaan pria itu dengan sebuah pertanyaan, "Kita mau kemana?"
Yushimaru menoleh. Pria tampan itu tersenyum dan mendekatinya, mengurung Yuki dengan lengannya yang menjulur dan bertumpu di kursi.
Yushimaru mengikis jarak cukup dekat meski sabuk pengaman terpasang mengekang tubuhnya.
Renji sudah tak karuan rasa, dua kali hari ini dia dibuat berdebar-debar.
Mata Yuki terpejam dan punggungnya tersudut.
// "Kenapa kau menutup mata di depan laki-laki?"//
ucapan Niel membuat Renji membuka kembali mata Yuki. Seketika itu dia menahan dada Yushimaru dan sukses membuat pria itu terdiam memandangnya.
"Aku hanya ingin memasang sabuk pengaman untukmu sebelum kita pergi," ucap Yushimaru.
Pria itu memasangkan sabung pengaman setelah itu kembali duduk dan menjalankan mobil.
[ "Bodoh! Memalukan sekali!" ] Renji mengutuk dirinya yang cepat terbawa suasana. ["Astaga, kenapa aku seperti ini? Ah, Renji, kendalikan dirimu!"]
Mobil itu sampai di sebuah restoran yang menjual hidangan makanan prancis.
[ "Apakah dia bermaksud makan malam bersama Yuki?" ] tanya Renji. [ "Kenapa Yuki belum bangun juga. Aku tidak bisa menebak sikap pria ini." ]
"Yuki, sesuai janjimu. Kau akan mentraktirku makan karena sudah menyelamatkanmu dua kali. Kebetulan malam ini malam minggu, mereka punya menu bagus." Yushimaru mengajak Yuki masuk ke restoran.
Mereka duduk di dekat akuarium dan memesan dua jenis makanan.
"Apakah menu di sini mahal?" tanya Renji dengan mulut Yuki. Ia khawatir Yuki akan terkejut karena ia menghabiskan banyak uang.
Mendengar pertanyaan itu, Yushimaru tertawa kecil. "Tidak perlu khawatir, sudah kubilang mereka akan mengeluarkan menu khusus untuk pasangan yang berkencan."
"Eh, kencan?" Renji kaget.
Renji memang pernah mendengar Yuki memuji-muji pria maskulin ini, tetapi dia juga tahu dari hati Yuki bahwa Yushimaru sudah memiliki kekasih.
[ "Tentu ini hanya agar kami mendapatkan makanan Prancis," ] pikir Renji sebagai kesimpulannya.
Pertanyaan seputar kampus kadang dipertanyakan oleh Yushimaru dan Renji menjawabnya secara umum. Di tengah pembicaraan itu seorang pelayan datang mengantarkan makanan.
"Omong-omong ada kesibukan apa sehingga Yuki tidak kerja dua hari ini? Bukan maksudku tidak mau membantumu lagi, tetapi aku bisa saja kehabisan alasan untuk menjawab pertanyaan Bos," ujar Yushimaru. Hidangan pasta di depannya di aduk-aduknya.
"Besok, aku usahakan untuk pergi bekerja. Maaf telah merepotkan Mas Yushimaru. Kau pasti kesusahan karena aku," balas Renji, cara bicaranya sedikit agak manja.
Renji tersenyum puas melihat senyum merekah tak tertahankan dari bibir pria tinggi itu.
Beberapa saat pembicaraan berakhir, mereka fokus untuk makan. [ "Nikmat sekali menjadi manusia. Tidurlah sedikit lebih lama Yuki!" ] ucap Renji dalam hati.
Matanya ke sana ke mari melihat beberapa pelanggan yang sedang Dinner dan pada beberapa pasangan tua.
[ "Yuki akan senang sekali jika dia bangun sekarang juga dan melihat di depannya ada Yushimaru," ] Renji meracau.
Matanya tertuju pada seorang gadis berpakaian anggun mengenakan dress ungu sedang makan bersama seorang pria.
Bukan karena Renji kenal. Tidak! Dia sama sekali tidak kenal. Yang membuat dia tertarik adalah, ada hantu yang merasuki gadis bergaun ungu itu seperti dia merasuki Yuki.
Tak berapa lama, gadis bergaun itu beranjak meninggalkan pasangannya.
Renji mengarahkan mata Yuki ke lain tempat, sekarang pada jam dinding yang telah menunjukkan pukul 9 malam.
Renji tersedak, "Astaga, satu jam lagi ada pemeriksaan kamar. Madam Ryio akan menghukum Yuki jika aku tidak kembali pada pukul 10 malam."
"Yuki, jangan tergesa-gesa, minumlah setelah mengunyah makananmu. Ah, aku perlu ke toilet sebentar. Tunggu ya."
Yuki mengangguk dan Yushimaru pergi meninggalkan meja.
Sejak delapan belas menit yang lalu, Renji terus memperhatikan jam yang berdetak-detak telah menunjukkan pukul 9 lewat 19 menit.
[ "Yushimaru lama sekali. Apa yang dia lakukan. Aku harus cepat pulang." ]
Renji hendak segera pulang ke asrama, tetapi tak enak hati meninggalkan Yushimaru.
Dihabiskannya makanan kemudian Renji meminta kepada pelayan untuk tidak membereskan meja karena dia hendak ke belakang sebentar.
Renji pergi menuju toilet, mencari Yushimaru yang tak kunjung kembali.
Renji mengendalikan tubuh Yuki, berjalan menyusuri sebuah lorong suram. Dia terkejut melihat pria yang sedang dicari berada di sisi tembok bersama seorang gadis.
Gadis itu tak lain adalah gadis yang mengenakan gaun ungu yang sempat diperhatikannya tadi.
Renji penasaran apa yang dilakukan dua orang itu di tempat yang sepi. Tidak mungkin gadis itu pacar Yushimaru, karena saat dimobil tadi, dia sudah melihat foto tunangan Yushimaru tergantung sebagai hiasan.
Renji menelan salivanya, melihat Yushimaru berciuman begitu bergairah dengan gadis itu. Bahkan suara kecupan-kecupan itu terdengar hingga ke telinga.
[ "Di belakang tunangannya, ini yang dia lakukan. Kasihan sekali Yuki menyukai pria yang seperti ini."] Renji dengan perasaan marah membawa tubuh Yuki meninggalkan lorong itu.
Tak berapa lama, Yushimaru kembali ke meja makannya dan di sana Yuki telah menunggu dengan sedikit melamun.
Setelah membayar makanan, Yushimaru mengantarkan Yuki pulang.
Sepanjang perjalanan, Renji enggan berbicara meski Yushimaru terus mengajak bicara.
Sesampainya di depan gerbang, Renji membawa tubuh Yuki turun dari mobil. Diikuti oleh Yushimaru.
"Kapan-kapan aku yang akan mentraktirmu. Aku punya daftar restoran luar yang enak dan cukup terjangkau," ujar Yushimaru.
Tak mendapatkan respon, Yushimaru menyentuh pundak Yuki hingga gadis itu berbalik menghadapnya.
"Hai, kenapa melamun. Kau mau 'kan?"
[ "Dia memaksa!"] Renji menganggukkan wajah Yuki dangan sedikit berat hati.
Asap putih samar-samar keluar dari bibir Yushimaru.
"Apa Mas Yushimaru sedang kedinginan?" tanya Renji dengan mulut Yuki.
Yushimaru menyentuh bibir dan membantah. "Aku kebal dingin. Ini hanya pengaruh minuman tadi. Masuklah, semoga malammu menyenangkan, Yuki."