Gadis itu sudah terlalu banyak menggunakan tenaga untuk mendominasi tubuhnya atas Renji.
Manusia tenaganya terbatas, apalagi Renji yang bersemayam di tubuh Yuki menggunakan tenaga gadis itu untuk tetap bertahan.
Yuki mulai lemah. Lebih tepatnya dia mengantuk.
Sore itu hujan telah mengguyur kawasan sekitar. Renji mendengar dari pembicaraan teman-teman di kelas Yuki bahwa sore ini, tim dari divisi intelijen yang diketuai oleh Niel akan beristirahat dari tugas pengintaian.
Renji berniat untuk mengejutkan Niel tentang keberhasilannya menguasai tubuh Yuki.
Payung di tangannya dipegang erat-erat, Yuki berdiri di teras bagian tenggara gedung Universitas yang berdekatan dengan ruang departemen intelijen. Penampilan seksinya menjadi perhatian banyak mahasiswa senior yang keluar masuk pintu belakang departemen.
Renji menyandarkan payung di pundak. Menoleh sedikit untuk melihat langit yang mendung beserta tetes air hujan nan merapat.
Dalam beberapa detik, Matanya jatuh pada rumput-rumput kecil halaman yang basah tertimpa air, pecikan menciptakan embun kecil. Air Sedikit menggenang pada beberapa dataran rendah halaman.
[ "Indah sekali melihat hujan sambil menunggu seseorang," ] gumam Renji. [ "Akan sangat menyenangkan jika aku masih hidup dan memiliki tubuh sendiri." ]
Tak berapa lama terdengar suara gerbang yang dibuka, pintu besar berdaun dua itu berderit kencang dan berdurasi cukup lama.
Dari balik payungnya, Renji melihat beberapa orang dari divisi intelijen telah berlari memasuki area kampus dengan payung merah.
Kebetulan saat itu, Niel berlari tanpa payung. Payung merah milik Niel telah bengkok dan tersimpan erat di punggung. Tampak rambut pria berkarisma itu lepek dan basah.
[ "Ah, itu dia! Kenapa dengan payungnya? Apa dia menghadapi hantu yang kuat?" ]
Renji menggerakkan kaki Yuki. Dia berlari bebas ke tengah lapangan, menghadang Niel dengan payung hitam.
Niel cukup terkejut begitu payung hitam Yuki meneduhkannya.
[ "Jangan biasakan berlari-lari di tengah hujan dengan tangan kosong, Niel. Padahal kau bisa beli payung di toko terdekat," ] kata Renji.
Dia bermaksud hendak pamer. Pamer bahwa dia berhasil menggunakan ramuan indigo yang dicuri Niel untuk rencana menaklukkan Yuki.
Jika bukan karena Niel, tubuh Renji tak akan mampu bersemayam di tubuh Yuki, melainkan dia akan menembusnya.
Mata hitam pria itu menatap dengan intensitas dalam, pada mata Yuki. Pupilnya membesar, pujian dia lantunkan melalui bisikan hatinya, rupa ikut tersihir oleh paras cantik Yuki.
"Dia ... Yu-ki?"Alisnya berkerut untuk sesaat. Lalu bola matanya bergerak menilik penampilan Yuki yang terbuka.
Tak ada satu pun spot yang terlewat, saat mata bermanik hitam itu memandang gadis di cantik di depannya.
Tetes-tetes air hujan yang membasahi helaian rambut Niel, jatuh ke pelupuk mata. Untuk sejenak wajah gadis itu buram dipenglihatannya.
Mata mereka saling berkedip mempertemukan perasaan masing-masing yang tersembunyi dalam hati.
Puas bersua, mata hitam Niel melirik pipi berperona dan bibir indah yang sedikit menggigil kedinginan.
"Dia terlihat tidak seperti biasanya," pikir Niel. Dia tersenyum tipis dan mengalihkan pandangan pada rumput-rumput.
"Kau tak apa?" tanya Yuki.
"Kenapa kau di sini? Lindungi tubuhmu dari hujan. Pegang payungnya dengan benar, aku tidak apa, karena tubuhku sudah terbiasa." Niel menggenggam tangan Yuki yang memegangi Payung, kemudian di dorongnya agar payung itu melindungi Yuki dari gerimis.
Sentuhan oleh tangan nan hangat dan rasa kepedulian kecil itu membuat Renji tertegun.
DEG!
DEG!
DEG!
[ "Ada apa dengan tatapan Niel. Dia membuat aku gugup. Jantung gadis ini berdetak kencang. Apakah ini perasaanku atau perasan Yuki?" ] pikir Renji kebingungan. [ "Aku tak tahu kalau selama ini Niel sangat lembut pada seorang perempuan." ]
"Ah, tunggu ...Niel." Renji terlepas dari lamunan setelah tangan kekar pria itu menariknya, membawa berlari ke dalam gedung.
Keduanya berhenti di dekat ruang ganti.
Niel menepuk lengan Yuki dan sedikit mencuri pandang pada bibir yang menggigil. "Tunggu sebentar di sini!" pinta Niel.
Niel membuka pintu ruangan dan menghilang setelah pintu itu tertutup.
Tanpa rasa malu, Yuki masuk saat tim dari divisi intelijen sedang berganti pakaian. Seketika pria-pria di sana menutupi tubuh mereka.
Isi ruang itu berupa kursi panjang. Sekitar 15 pria berada di dalamnya termasuk Niel Yang sedang mengambil kemeja di loker.
Pria itu sedang panik sendiri lantaran Yuki masuk dengan wajah tanpa bersalah malah sekarang memandangi teman-temannya yang berganti baju.
Keluhan disuarakan oleh beberapa dari mereka. Tetapi tak dipungkiri, bahagianya mata para pria menatap sekuntum bunga satu-satunya di antara mereka.
"Maaf, maaf ... dia adik bimbinganku!" ujar Niel.
Setelah menemukan kemeja bersih, Niel menarik tangan Yuki dan membawanya ke luar.
"Bodoh! Kubilang tunggu di luar. Kenapa kau ke dalam!"Niel berceloteh sambil lengan kemeja itu dilingkarkan pada punggung Yuki sehingga tertutup lutut gadis itu sepenuhnya.
"Nah, Yuki aku memang mentormu. Tetapi jangan coba-coba menghadangku seperti tadi. Mungkin kedepannya jika itu terjadi lagi, kau akan mendapatkan masalah. Jangan pula masuk ke sembarang tempat, terlebih yang banyak laki-laki! Mengerti?" Niel berucap tegas.
Dia mendorong punggung Yuki dan menggiringnya keluar dari departemen intelijen.
Yuki menggigit bibirnya, [ "Astaga, aku lupa kalau sekarang sedang berada di tubuh Yuki. Yuki akan panik jika dia tahu dia masuk ke ruang ganti pria." ]
Yuki hendak mengatakan bahwa dirinya adalah Renji.
Maka, Yuki berpaling dan berkata, "Niel, tunggu aku ingin—"
Suara Renji tertahan begitu melihat wajah Niel dengan cukup dekat.
Niel tersenyum tipis, matanya menolak menatap Yuki lagi. Dia memiringkan wajah dan mengembuskan napas tepat di depan wajah Yuki sambil berbisik, "Kau harus tahu bahayanya menghadang pria saat hujan. Jangan ulangi terlebih pada pria lain. Mengerti!"
Tenggorokan gadis itu terasa kering, jantungnya kembali berdebar-debar. Entah itu perasanaan Yuki di alam bawah sadar atau malah perasaan Renji.
Sensasi aneh menggelitik itu membuat Renji menutup matanya di depan wajah Niel yang begitu dekat.
Detik berikutnya, embusan pendek napas pria itu mengusik Renji.
"Kenapa kau menutup mata di depan laki-laki? Pulanglah ke asrama. Ini sudah hampir malam," Niel berkata seraya mengacak rambut Yuki.
Kemudian meninggalkannya sendirian.
<>
Hari berangsur-angsur malam, Yuki mengabaikan sapaan beberapa hantu dan beberapa gadis lain. Tangannya menyentuh dada sejak tadi dan masih kebingungan dengan detak jantung yang mengejutkan, menciptakan sensasi aneh melebihi euforianya saat dia menguasai tubuh Yuki.
Begitu sampai di dalam kamar, dia membanting tubuhnya sehingga ranjang empuk bak roti itu bergoyangan. Matanya menatap langit-langit dengan hampa, tetapi pikirannya terus tertuju pada Niel.
[ "Sepertinya, tadi itu, Niel benar-benar tidak menyadari aku berada di tubuh gadis ini. Apakah selama ini, Neil menyukai Yuki? Tatapannya bukan tatapan sendu, kasihan dan bukan pula tatapan datar yang biasa melainkan ... tatapan penuh perasaan. Atau mungkin aku yang terlalu terbawa suasana?" ]