Keheningan menyelimuti suasana ruang tamu milik Jamal dan juga Rio. Entah sadar atau tidak, keduanya kini masih berpelukan dalam diam, setelah Jamal mengatakan tidak perlu menjadi pintar karena dirinya sudah mempunyai banyak uang. Larut dalam pikirannya masing-masing, yang membuat keduanya tidak lagi membuka suara.
"Lu harus tetep sekolah," celetuk Rio memecah Keheningan. Kata-kata Jamal beberapa menit lalu, kembali terngiang di benaknya. "Mau duitnya segunung juga, kalau yang punya males ama bego, bakal cepet abis tuh duit." Rio menghela, kemudian remaja itu mengurai pelukan Jamal, menjauhkan kepalanya dari dada bidang cowok itu. "Lagian gue udah putusin. Gue mau jadi guru privat buat lu. Solanya gue nggak enak ama mama. Itung-itung ucapan terimakasih juga buat lu."
Kening Jamal berkerut, menatap datar remaja di depannya. "Kok makasih buat gue?"