Li Qiao menggigit roti panggangnya dan menjawab dengan tidak bersemangat, "Besok."
Li Yan mengangguk, lalu dia berkata dengan nada yang kejam, "Shang Lu sialan! Tunggu sampai Kakak tertua dan Adik ketiga kembali. Lihat bagaimana kita akan membereskannya."
...
Setelah selesai sarapan, Li Qiao kembali ke kamarnya dan mengambil ponselnya. Ia baru menyadari bahwa kemarin malam dia mematikan ponsel dan lupa menyalakannya.
Saat layar menyala, ponsel Li Qiao seperti hampir meledak.
Ada lebih dari dua puluh pesan WeChat yang dia terima, dan semuanya adalah pesan dari Tang Yiting.
Tang Xiaoting: Aku salah sambung? [Bingung]
Tang Xiaoting: Tidak mungkin! Aku sudah hafal nomormu!
Tang Xiaoting : Li Xiaoqiao, kamu tidak manusiawi. Satpam bar mengatakan bahwa kamu pergi dengan seorang pria yang sangat penting.
Li Xiaoting: Apakah aku masih yang paling kamu cintai?
Li Xiaoting: Kenapa kamu tidak menjawabku...
Li Xiaoting: [Hati tersumbat.jpg] Kamu mematikan ponselmu. Hatiku sangat sakit, rasanya lemas seperti mau mati.
Setelah membaca seluruh pesan itu, mulut Li Qiao berkedut dua kali.
Dia mampu membayangkan adegan Tang Yiting yang sedang berdiri di pintu ruang keuangan sambil mengirim rentetan pesan dengan kesal.
Menyadari bahwa dirinya memang salah, Li Qiao pun mengetik di layar ponselnya dan membalas dengan beberapa kata: Kemarin terjadi masalah.
Kemudian, dia masuk ke situs web resmi Chanel. Dia menemukan gambar tas terbaru yang dijual di sana. Setelah melakukan tangkapan layar, dia mengirimkannya ke Tang Yiting. Tak lupa, dia juga menulis catatan tambahan: Besok akan kukirimkan ini padamu.
Dalam hitungan detik, Tang Xiaojie menjawab: Terima kasih, Bos. Lanjutkanlah kesibukanmu. [Berharap dan menggosok tangan.jpg]
...
Sore harinya, Li Qiao kembali ke tempat hiburan Nan Yang untuk mengambil mobilnya, juga pergi ke toko Chanel.
Setelah selesai berbelanja Li Qiao melempar kotak hadiah ke bagasi belakang mobilnya. Dia duduk di kursi sambil mengetuk-ngetukkan ujung jarinya ke kemudi, masih memikirkan sesuatu.
Setelah beberapa saat, Li Qiao menyalakan mesin mobilnya dan langsung pergi ke Apartemen Jiangjing Haoting.
Ini adalah tempat tinggal kakak sepupunya, Li Shaoquan.
Saat mobilnya mendekati persimpangan, Li Qiao melihat stan di pinggir jalan yang menjual buah. Akhirnya dia menghentikan mobilnya dan membeli seikat pisang di stan tersebut.
Mengunjungi sepupu tidak boleh dengan tangan kosong.
Apartemen ini terdiri dari 2 lantai. Li Qiao membawa pisang dan menaruh sidik jarinya di alat pembaca sidik jari untuk membuka pintu.
Pintu pun otomatis terbuka. Bau asap yang menyengat langsung tercium dari dalam ruangan.
Li Qiao membuka pintu seperti biasa dan melangkahkan kaki panjangnya yang ramping langsung menuju ruang belajar di lantai dua.
Saat ini, Li Shaoquan sedang duduk di depan laptop dan mengetik kode. Rambutnya sudah agak panjang, kelihatannya belum dipotong selama beberapa waktu.
Dia adalah satu-satunya anak laki-laki paman kedua Li Qiao. Dia adalah pria berusia dua puluh enam tahun dan berasal dari keluarga kaya, namun sampai sekarang masih belum memiliki pekerjaan yang baik.
Impian utama dalam kehidupannya adalah menjadi dewa peretas Honker, sebutan dari ayah peretas.
Peretas Honker hanyalah sebuah nama kode. Di Nan Yang, pernah terjadi perang lintas laut antar peretas, dan akhirnya banyak anak muda yang secara spontan menjadi peretas Honker dan membunuh kelompok peretas yang berusaha meretas keuangan negara.
Pada tahun itu, Li Shaoquan berumur 16 tahun. Sejak saat itu, dia terobsesi untuk bergabung dengan organisasi keadilan -- Honker.
Li Qiao berjalan ke depan laptop sambil menyipitkan mata. Dia meletakkan tiga buah pisang yang dia beli di kedai tadi ke depan Li Shaoquan. Bau asap di udara sangat menyengat, hingga dia mengerutkan kening dengan ekspresi tidak suka, kemudian menoleh dan melihat jendela yang terbuka.
Kemudian pandangannya beralih ke tumpukan puntung rokok yang ada di dalam asbak. Kenapa itu semua tidak membuat Li Shaoquan meninggal?
Pada saat ini, Li Shaoquan menjepit rokok dengan mulutnya dan mengangkat kepala. Kantung mata hitamnya tampak sangat jelas. Dia berbisik dengan samar, "Buah ini… sangat mahal!"
Tiga pisang, pengeluarannya sangat besar.
Li Qiao bersandar di meja laptop, melihat wallpaper kuning di sekelilingnya, lalu mengalihkan pandangannya dengan malas. "Hadiah ini memang tidak seberapa, tetapi inisiatifnya yang berharga. Bantu aku menyelidiki seseorang."
Li Shaoquan berhenti mengetik, menjepit rokok di mulutnya sambil meniupkannya, kemudian dia mengambil pisang dan menggoyangkannya. "Masa depan Honker-ku hanya senilai tiga pisang?"