Ara merasa perutnya mual dan tidak lagi bisa menerima makanan yang dia masukkan ke dalam mulut. Melihat apa yang sedang dialami oleh Ara, Dena menjadi panik.
"Kamu kenapa? Perut kamu sakit?" Tanya Dena karena melihat Ara yang memegangi perutnya dan wajah Ara juga terlihat sangat pucat.
Ara menggelengkan kepalanya tetapi keringat dingin yang keluar membasahi kening Ara tidak bisa membohongi Dena.
"Mungkin karena kamu makan makanan pedas ini dan dengan kondisi perut kamu yang kosong sehingga lambung kamu perih. Kita ke rumah sakit saja sekarang, aku tidak mau disalahkan karena kondisi kamu ini." Ucap Dena sambil mencoba membawa Ara untuk berdiri.
Ara menggeleng, dia tidak mau ke rumah sakit. Rumah sakit adalah satu-satunya tempat yang memiliki momok tersendiri untuk Ara selama ini.
"Kamu ini sakit, Ara. Jangan keras kepala seperti ini. Kalau sesuatu terjadi sama kamu bagaimana?"