Ara tidak menyangka jika dialah yang akan terkejut saat memutuskan untuk datang ke kantor Papa-nya. Pemandangan yang dia lihat membuat rasa kecewa di dlaam hatinya benar – benar memenuhi hatinya yang sakit karena melihat perlakuan bejat Adhitama, ayah kandungnya sendiri di kantor.
"Ara, kapan kamu datang Nak?" tanya Adhitaa basa – basi tetapi Ara sudah muak dengan wajah pura – pura pria tua itu.
"Tidka perlu mengalihkan pembicaraan, Pa. Apa yang sebenarnya sedang Papa lakukan ini? Papa sudah menjualku dan menjadikan aku sebagai tumbal kesenangan Papa sendiri?! Hebat sekali Anda Tuan?" tanya Ara dengan naa bicara yang sudah mulai naik.
"Sayang, maafkan papa. Papa khilaf, papa tidak akan mengulanginya lagi."
"sekarang papa bilang khilaf tetapi tadi papa tertawa senang dengan wanita binal ini di ruangan ini. Dia itu sekretaris, dia tahu tidak SOP menjadi sekretaris itu apa? Apa ada aturannya merayu atasan?" tanya Ara tajam.