Chapter 168 - 177

Dena menikmati makanan yang sudah dia pesan untuk dirinya dan juga untuk Ara. Dena tidak pernah berharap melihat air mata Ara, selama menjadi temanya Ara selalu menangis. Laki-laki yang sangat dicintai Ara selalu membuat hati Ara terombang-ambing.

"Enak kan makanan yang aku pesan untuk kamu? Kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan makanan enak dan gratis seperti ini." Ucap Dena dengan mulut penuh dengan makanan.

"Jangan membiasakan bicara di saat mulut penuh dengan makanan. Kamu kesedak baru tahu rasa." Ucap Ara memperingati.

"Aku tidak akan bisa kesedak, aku sudah mahir— UHUK! UHUK!"

"Nah, kan apa yang aku katakan tadi? Makanya kalau makan itu hati-hati kalau pas makan, jangan bicara terus seperti tadi."

Ara menyodorkan minuman Dena untuk sahabatnya itu, tanpa menunggu perintah Ara untuk yang kedua kalinya Dena langsung meneguk minumannya sampai dada dan tenggorokannya terasa aman dan tidak panas.

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS