Pelangi mendongak, menatap lekat pria yang ada di hadapannya saat ini. Ingin lari, menjauh darinya. Namun, kakinya seolah tak mampu bergerak, terasa kaku dan bahkan sulit untuk ia angkat.
Pelangi hanya diam, tak mampu lagi berucap. Otaknya berpikir bagaimana bisa Bara secepat ini datang ke singapura. Menemuinya dan menemukan keberadaannya.
Bara menarik tangan Pelangi dengan paksa, karena ia tahu bicara baik-baik dan membawanya ikut. Pastilah Pelangi tak semudah itu akan mengikuti ucapannya. Sehingga dengan paksaanlah Pelangi mau menurutinya.
Tanpa Bara dan Pelangi tahu, sepasang mata tengah asik memperhatikan meeka berdua dengan tersenyum licik. Melihat kemarahan Pelangi pada Bara yang terlihat dari raut wajahnya, membuat Albert begitu senang.dan segelintiran pemikiran licikpun mulai terbesit dalam benaknya.