Sejujurnya Bara telah berusaha menampik perasaannya, mungkin dengan dirinya tak berharap, Pelangi akan bersikap biasa saja padanya. Namun, lagi-lagi perasaannya di terbangkan kembali oleh ucapan dari wanitanya itu.
Ingin rasa bibirnya berucap, mengeluarkan risalah hati yang terus berontak di dalam dirinya. Namun, sebisa mungkin Bara mengontrol dirinya, agar tak salah dalam mengeluarkan kata-kata.
"Akhirnya, kamu bisa menerima keputusan ini," ucap pak kepala sekolah, membuat Pelangi tersenyum kaku.
"Apa saya sudah boleh keluar, pak?" tanya Pelangi tanpa berbasa basi. Jika boleh berkata jujur Pelangi ingin sekali bertanya, bertanya akan keberadaannya di sekolah. Apa masih bisakah dirinya melanjutkan pendidikannya di sini? atau dia hanya bisa berada di dalam pernikahan palsu yang sengaja ia terima?