Chereads / EVELYN / Chapter 1 - Kekuatan yang disembunyikan

EVELYN

🇮🇩Coldnana04
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 13.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kekuatan yang disembunyikan

"Tolong, selamatkan kami."

"Mama... uwaaa.. mama..."

"Mengapa ini terjadi??"

Terdengar berbagai suara di alun-alun mall, sementara isi mall sudah hancur porak poranda.

Teriakan, tangisan, permintaan minta tolong terdengar tidak ada habisnya dan api berkobar kecil disekitaran mall menunjukan bekas pemboman yang dilakukan oleh sekelompok terotis yang tak jelas tujuan melakukan semua hal ini.

"Apa yang kamu lakukan?!"

Terdengar teriakan nyaring membuat semua orang menoleh ke arah suara.

Seorang wanita ditarik ke tengah alun-alun dengan cara yang kasar oleh seorang lelaki besar yang merupakan salah satu anggota dari teroris yang tiba-tiba menyerang mall ini dipagi hari saat mall sedang ramai dikarenakan liburan.

"Lepaskan aku!! Lepaskan!!" teriak wanita itu mencoba meronta melepaskan diri.

"Berhenti berteriak!!" ujar pria itu jengkel.

"Kamu sialan!! Lepaskan aku!! Apa kamu tau siapa aku?! Dasar sampah!! Lepaskan!!" teriak gadis itu lagi.

"Wanita sialan! Diamlah!!"

"Lepaskan aku!! Kamu akan menyesali perbuatanmu melakukan hal ini padaku!!" teriak wanita itu lagi.

"Ohh.. sepertinya aku harus menghancurkan mulut busukmu ini." ujar pria itu mengancam dan menggenggam kasar pipi dan mulut wanita itu.

Wanita itu menatap tajam pria dihadapannya, membuat pria itu makin jengkel, berani sekali seorang wanita meremehkannya seperti ini!!

Dia tak peduli siapa wanita ini, dia akan membunuh wanita ini disini hari ini sebelum banyak yang mengikuti contohnya dan meremehkan dirinya.

Wanita itu meludahi wajah pria di depannya, menolak untuk menyerah.

"Sialan!!" pria itu murka, tangannya reflek melemparkan wanita itu ke lantai dengan kasar.

Kesempatan ini digunakan oleh wanita itu untuk mengumamkan beberapa mantra dan kemudian dia melemparkan bola api besar berdiameter 1 meter ke arah pria itu.

Pria itu melihat bola api dengan mata meremehkan. Tanpa menggumamkan mantra bola air lebih besar terbentuk dan kemudian terbuka seperti mulut yang seolah menelan bola api dan memadamkannya dengan cepat.

Gadis itu terkejut, kemudian bergumam, "Tidak mungkin, pria ini bisa sihir tanpa rapalan??"

Wanita itu cukup percaya diri dengan kemampuannya, bola api sebesar itu bukanlah bola api yang bisa diciptakan siapapun jika tak memiliki kemampuan dan mana yang mencukupi.

"Heh.. menyesalah di dunia setelah kematian wanita sialan." pria itu menyeringai.

Kemudian dia menghadap kerumunan yang ketakutan dan dengan nada mengancam berkata.

"Kami akan menguasai dunia ini!! Lihat ini, wanita ini akan menjadi contoh bagi mereka yang melawan kami!!" ujar pria itu dengan senyum jahat.

Kemudian muncul api biru kecil yang perlahan menjadi besar diatas tangan pria itu. Api biru itu begitu indah namun juga menakutkan, konon katanya api biru bisa membakar habis apapun yang dilahapnya tanpa sisa apapun sama sekali.

Kerumunan menyusut, mereka berjarak sekitar 20 meter dari pria itu dan masih bisa merasakan rasa panas yang luar biasa yang dikeluarkan oleh api biru ditangan pria itu. Sungguh kekuatan yang sangat mengerikan.

Sementara wanita itu benar-benar terkejut, dia tak menyangka bahwa akan jadi begini, ini semua karena kesombongannya, dia benar-benar menyesal, kemudian matanya melirik kerumunan kearah gadis berbaju biru diantara kerumunan.

"Maaf..." Dia bergumam dan tersenyum lemah kepada gadis itu.

Gadis itu menatap kosong pada wanita ditengah alun-alun. Dia menggelengkan kepalanya dan berusaha berlari ke tengah alun-alun ke arah wanita di tengah alun-alun.

"Evelyn... jangan.. " wanita ditengah alun-alun bergumam dan menggelengkan kepalanya kecil takut disadari oleh pria dihadapannya.

Gadis dikerumunan yang disebut Evelyn menggigit bibirnya, matanya menatap nanar wanita di tengah alun-alun.

"Liana..." gumamnya pelan, menahan air mata yang hampir terjatuh.

Liana adalah nama wanita ditengah alun-alun. Dia memiliki kebanggaan yang kuat hingga orang merasa dia sombong namun Liana bukanlah orang jahat. Dia membenci kejahatan lebih dari apapun dan dia melindunginya, harusnya yang ada ditengah alun-alun adalah dirinya.

Liana tahu dia tak suka menjadi pusat perhatian, Liana tahu bahwa dia memiliki kekuatan besar namun sangat takut padanya. Semua orang menjauhinya namun hanya Liana yang selalu berada di dekatnya.

Satu-satunya cahaya dalam hidupnya yang kelam. Evelyn mengertakkan giginya kemudian berlari melawan kerumunan kearah anggota organisasi terdekat yang datang menolong mereka.

"Kalian! Bukankah kalian anggota organisasi? Mengapa kalian tak menghentikannya?!" teriak evelyn pada beberapa anggota organisasi yang terdiam melihat kekuatan pria itu.

Salah satu pria menggelengkan kepalanya dan bersuara, "Dia lawan yang kuat, hanya anggota inti organisasi yang bisa menghentikannya!"

"Lalu dimana mereka?!" ujar evelyn tak sabar.

"Mereka dalam perjalanan."

"Tak bisakah kalian melakukan sesuatu?! Bibiku dalam bahaya!!" teriak evelyn frustasi.

"Maaf nona, itu diluar kemampuan kami."

Seorang pria menjawab dengan wajah menyesal sembari menggelengkan kepalanya pelan.

"Kalian!! Jika sesuatu terjadi pada bibiku, kalian tak akan ku ampuni!!" teriak evelyn lagi penuh amarah dan berlari dengan kesal menjauhi para anggota organisasi yang tak berguna itu.

Gadis itu gemetar penuh keringat mengingat masa lalunya dimana dia kehilangan segalanya. Dia ragu-ragu apakah harus menyelamatkan bibinya atau menunggu anggota inti organisasi tiba.

Dia tahu konsekuensi yang akan dia dapat apabila dia ragu-ragu. Dia takut, sungguh sangat takut. Dia akan kehilangan satu-satunya cahaya dalam hidupnya, dia akan kembali terjatuh dalam kegelapan.

Evelyn menarik nafas panjang, membuangnya kemudian menarik nafas lagi dan membuangnya, mengulangi proses itu sampai dirinya tenang.

"Tak apa.. Evelyn tak apa. Kamu sudah bukan dirimu yang dulu lagi!!" Dia menggertakkan giginya, meyakinkan dirinya bahwa dia telah berubah.

"Matilah!!" teriakan pria ditengah alun-alun membangunkan dirinya yang tenggelam dalam benak masa lalu.

Pria itu melemparkan api biru yang sangat besar itu kearah Liana.

Evelyn berjalan pelan, selangkah demi selangkah mendekati pria itu dan Liana. Para anggota organisasi yang mencoba menghentikannya tak sempat menghentikannya dan hanya bisa melihatnya berjalan mendekati dua orang ditengah alun-alun.

Bibiku akan mati, api biru itu akan membakarnya sampai habis tanpa menyisakan apapun, bahkan abunya tak akan ada untuk Evelyn doakan. Dia tidak mau itu terjadi, jika Liana mati maka dirinya juga lebih baik mati.

Dunia tanpa Liana adalah dunia tanpa masa depan. Dia tak akan mau hidup di dunia seperti itu!!

Api biru itu hampir mendekati bibinya, namun tiba-tiba api biru itu menghilang tanpa jejak!! Apa yang terjadi? Semua orang disana terkejut dibuatnya termasuk pria yang melemparkan api itu sendiri.

Pria itu yakin, dia memastikan bahwa lokasi, waktu dan segala urusan sudah dia tangani dengan tepat. Anggota inti organisasi harusnya belum sampai saat ini, dia tahu bahwa hanya monster-monster itu yang mampu melakukan ini.

Saat dia terkejut, seorang gadis berjalan perlahan mendekati dirinya dan wanita ditengah alun-alun.

Gadis itu hanya berjalan santai tanpa melakukan apapun namun pria itu tahu bahwa tidak mungkin orang biasa bisa sesantai itu berjalan ke tengah alun-alun.

"Siapa kamu?!"

Gadis itu diam, dia terus berjalan ke arah tengah alun-alun dan berdiri ditengah-tengah antara pria itu dan Liana. Dia menatap tajam pria dihadapannya.

"Hoii... gadis sialan!!"

Gadis itu menatapnya datar. Kemudian bersuara, "Jangan gunakan kekuatan mengerikan itu pada orang biasa! Dia bisa mati! Kamu berniat membunuhnya?"

"Kamu bodoh yaa? Jelas aku memang ingin membunuhnya. Sudah kukatakan bukan?! Bahwa kami akan menguasai dunia dan wanita itu yang telah menghinaku harus mati!!"

"Aku tak peduli alasan kamu melakukan semua ini!! Aku akan membuatmu menyesal telah menggunakan kekuatan mengerikan itu pada temanku."

"Hahaha... kamu yang akan menyesal gadis bodoh!!"

Pria itu mengeluarkan api biru yang lebih besar dari sebelumnya, bersiap menyerang gadis kurang ajar di depannya.