PETUALANGAN ANTONIO : PEMBURU HANTU, RUMAH SAKIT TUA 4
Kami tiba di sebuah motel yang tidak begitu jauh dari tempat itu, sekitar setengah jam jaraknya. Setelah istirahat sebentar semua berkumpul di sebuah restoran seberang motel tempat kami menginap. Kami membuat rencana untuk tetap melakukan pemburuan hantu di rumah sakit tua, walau ada penampakan menyeramkan di jendela, semua anggota tim tidak perduli, kecuali Ana dan Rob. Sedangkan aku jangan di tanya, ada rasa penasaran tentang dokter gila itu.
Dan ternyata, ada beberapa penduduk sekitar yang mendengar tentang rencana kami dan terkejut. Mereka pun menceritakan peristiwa mengerikan yang terjadi di rumah sakit, intinya sama dengan ku jelaskan. Semua melirik ke arahku. Kecuali Ana dan Rob yang tahu tentangku, sementara yang lain tak percaya ketika ku jelaskan tentang hal itu di mobil ketika kesini.
Kini cerita itu benar adanya, mereka memperingatkan bahayanya. Karena pernah ada sekelompok anak muda pemburu hantu juga, yang di temukan tak sadarkan diri di rumah sakit tua itu dalam kondisi memprihatinkan, setelah terjebak di sana selama tiga hari. Mereka mengatakan tak bisa keluar dari sana. Dan dikurung oleh seorang dokter, menurut mereka semuanya melantur dan menjadi stress. Konon mereka kini menjadi penghuni rumah sakit jiwa karena dihantui rasa takut. Beberapa video sebagai bukti tapi tak ada penampakan mahluk apapun, hanya mereka bertingkah aneh, berlarian kesana kemari.
Semua terdiam tak berbicara, Rob dan Ana menatapku. Tapi aku tak bisa menghalangi mereka, keduanya mengerti tapi memintaku melindungi semuanya itu yang ku artikan di tatapan mereka tanpa mengucapkan sepatah kata pun, aku mengangguk.
Dan benar, mereka tetap pada rencana semula. Besok mereka akan kesana kembali di siang harinya untuk menyimpan beberapa kamera di berbagai sudut ruangan rumah sakit. Aku sendiri memberikan info dimana tepatnya dan semua setuju. Dan malam harinya baru diadakan penyelusuran hanya sampai pukul 10 malam saja setelah itu pulang.
----------------------
Keesokan harinya hanya lelaki saja yang datang kemari, sementara perempuan menunggu di motel. Kami pun tiba di rumah sakit tua lagi, kurasakan aura yang berbeda di banding kemarin, aku tersenyum saja.
Kami di bagi dua kelompok, untuk menyimpan kamera khusus dan otomatis. Kamera ini dapat merekam 24 jam nonstop dan di kendalikan jarak jauh serta tanpa kabel dan juga kamera infra merah. Aku bersama Rob, sedangkan Theo dengan Martin. Aku meminta dari lantai basement ke lantai satu, sisanya mereka berdua dan setuju.
"Antonio, kok aku merinding ya ?" tanya Rob seperti ketakutan dan tak jauh dariku.
"Ya, mereka tahu! kita akan melakukan sesuatu disini! jadi semua bersiap !" jawabku.
"Apa yang harus kita lakukan ?" tanyanya sambil menatapku.
"Percayalah kepadaku !"
"Miaw ....!"
"Dan juga kucingmu !" jawabku tersenyum.
"Bagaimana dia di rumah ?" aku balik bertanya, supaya Rob bersikap tenang kalau takut justru itulah yang diinginkan mahluk astral. Menandakan energi kita melemah dan akan tersedot masuk ke dunia mereka.
"Aneh sih, tapi entah aku merasa nyaman saja! seperti ada yang melindungiku !" jawabnya, aku tersenyum.
"Ggggrrrmmm ... !" terdengar suara kucing menggeram.
"Jangan sekarang manis! nanti malam saja! ada santapan yang lebih lezat !" kataku kepada kucing hitam yang bersiap menyerang, Rob bisa melihatnya, mata kucing itu memerah.
"Miaw .... " dia seperti mengerti dan menghilang, sambil menjilat bibirnya dengan lidahhya yang cukup panjang. Rob tertegun, memang bukan kucing biasa.
Kami kini berada basement, agak gelap walau siang hari tapi masih bisa terlihat karena ada sedikit ventilasi, dan sebenarnya disini yang terkuat aura hitamnya, dan itu cukup membuat diriku sedikit berubah. Tapi cuman tanganku saja, Rob tahu tapi dia diam saja. Aku letakan beberapa kamera di berbagai sudut dan menyentuhnya dengan tanganku.
"Kenapa kamu lakukan itu ?" bisik Rob.
"Itu agar mahluk astral di sini tidak bisa menyentuhnya! walau energi mereka besar dan kuat, lagi pula semua yang terjadi akan terekam sangat jelas !" jawabku, lalu aku mengajak Rob pergi, bau anyir menyeruak tiba-tiba, di tambah hawa dingin. Membuat siapa pun merinding disko.
"Oh astaga !" ucap Rob bergidik setelah sampai di atas, aku hanya tersenyum.
"Aku tidak mau kesana lagi !" ucapnya.
"Pada akhirnya kita akan di giring ke basement oleh mereka! kamu dengar cerita para penduduk? kejadian waktu lalu? mereka semua di temukan di basement! padahal tangganya besar dan ada jalan khusus untuk kasur dorongan! tapi tak bisa kemana-mana !" kataku, Rob mengangguk pelan.
Martin dan Theo pun sudah selesai, kami pun pergi dan agak menjauh berhenti. Martin pun menyalakan kamera dari kejauhan. Ada alat khusus memantau semuanya apa berfungsi baik atau tidak. Sebenarnya ada layar untuk melihat gambar dari kamera tapi harus membawa banyak dan ribet, jadi cukup merekam saja. Martin puas dan kami kembali ke motel.
------------------
Sorenya kami bersiap pergi setelah makan dan tentu saja berdoa, di pimpin oleh Rosie yang kekeknya seorang pendeta di tangannya ada gelang rosario salib seperi tasbih, itu menandakan bahwa dia dari keluarga religius, apalagi dia keturunan latin yang termasuk kuat agamanya.
Masing-masing dikepala di tempel sebuah topi yang ada sebuah senter di atasnya dan juga membawa kamera satu persatu. Di bagi dua kelompok, semua akan bergantian menyelusurinya. Aku, Rob, Ana dan Theo di atas sedang Martin, Mia dan Rosie di bawah.
Kami pun sampai di tempat tujuan, suasana sangat sepi dan hening. Seperti tak ada aktifitas sama sekali, padahal suara mobil masih terdengar.
"Kita sudah di bawa ke alam lain rupanya !" kataku, semua tertegun tapi kini mereka percaya padaku. Bulu kuduk mulai meremang, padahal malam belumlah menjelang baru pukul 5 sore.
"Kalian siap? aku juga sudah memberikan sesuatu agar kita saling berhubungan dengan satu dan lainnya !" ujar Martin, sebagai ketua menatapku, kami semua mengangguk.
"Oh iya, aku mau bertanya gelang apa ini ?" tanya Theo.
"Itu jimat pelindung! aku membuatnya sendiri! bibiku mengatakan itu akan melindungi kita dari serangan mahluk ghaib !" jelas Mia, yang mempunyai bibi seorang peramal dia keturunan gypsy secara langsung. Aku menatap gelang ini memang berfungsi seperti itu tapi untuk kali ini tidak cukup kuat, karena auranya hitam sekali.
"Boleh ku kulihat ?" tanyaku, sambil ku sentuh masing-masing gelang di tangan semua, mereka tertegun tapi pasti merasakan ada yang berbeda bila sensitif perasaannya, Ana dan Rob tahu aku melipat gandakan kekuatan gelang dari tenunan benang itu yang di baca jampi-jampi kaum gypsy.
"Baik kita mulai !" ucap Martin dan kami pun masuk ke dalam rumah sakit tua ini. Hawa dingin menusuk tulang, desiran merinding tak terelakan. Suasana di dalam sangat berbeda di banding ketika siang tadi.
"Benar-benar menyeramkan !" bisik Mia, akhirnya kami berpisah berkelompok.
"BRUKK ... !!"
"SREEK .. SREEK ...!!"
"TUK ... TUK ... !!"
"PPRRRAAANNGG .... !!"
Bersambung ....