Chereads / Dia Imamku. / Chapter 6 - Berhutang Budi

Chapter 6 - Berhutang Budi

"Ini teh nya dan kue nya ayo di cobain dulu Pak Heri, pasti haus ya ini ada teg silahkan ayo di minum, Feri jangan sungkan-sungkan ayo di cicipi kue nya ya," ucap Ibunya Sinta itu.

"Iya Bu, waduh terimakasih banyak ini wah jadi merepotkan ya saya jadi enggak enak nih kalau begini hehe," ucap Pak Heri.

"Alah alah kayak lagi dengan siapa saja Pak Heri ini hehe biasanya juga kalau saya kerumah Pak Heri malah di sungguhi banyak sekali makanan kan ya, ya itung-itungkan ya balas budi lah Pak hehe," ucap Bapak Sinta kepada Pak Heri.

Mereka berdua asik ngobrol tentang pekerjaan dan menikmati hidangan yang di sajikan oleh Ibu tercinta Sinta itu, sedangkan Feri masih tetap saja memandangi Sinta yang sedang mencuci motor itu.

"Ih kok dia melihat aku kayak melihat hantu sih pasti di dalam hatinya dia bilang kalau aku jelek dan kumuh, ya pun kenapa datang di saat yang tidak tepat sih, kenapa harus datang pas aku lagi jelek gini ya ampun," gumam Sinta dengan pelan.

Tak lama kemudian Sinta selesai mencuci motornya dan masuk kedalam rumahnya.

Sinta bergegas ke kamar mengambil handuk dan pergi mandi selang beberapa menit Sinta membersihkan badannya dan membilas rambutnya Sinta pun keluar dari kamar mandi dengan mengusap rambutnya.

Sinta masuk kedalam kamar nya dan menyisir rambutnya yang basah.

"Huh ya ampun hari ini kok aku merasa ya capek ya letih ya lesu ya semuanya, aduh kenapa ya hmm," gumam Sinta dengan pelan.

Setelah mandi dan mengganti pakaiannya Sinta berbaring di kamar nya dan membaca novel yang baru dia beli beberapa hari lalu.

"Yuhuu semua pekerjaan sudah selesai dan waktunya aku nyantai dan membaca novel baru yang bikin penasaran diriku ini,"gumam Sinta dengan pelan.

Ketika Sinta hendak membaca novel yang baru dia beli suara Ibunya pun terdengar memanggilnya.

"Sinta Sin!! Sinta ..." panggil Ibunya dari arah dapur.

"Ya ampun Ibu hmm padahal aku baru saja istirahat dan membaca novel ehh belum sempat baca judulnya sudah di panggil lagi, hmm untung aku sayang Ibu jadi aku harus datang menemui Ibu ah," gumam Sinta dari lupuk hati yang terdalam.

Sinta pun bergegas menemui Ibunya yang sedang berada di dapur itu dan menanyakan mengapa sebenarnya Ibu memanggilnya.

"Iya Bu ada apa sih kok manggil Sinta keras banget Bu? Ada yang harus Sinta lakukan ya Bu?" apa Bun" Sinta bertanya kepada Ibunya.

"Ya ampun banyaknya pertanyaan anak Ibu yang cantik ini, sabar ya Ibu masi nyiapin tahu sama tempe pelanggan," ucap Ibunya kepada dirinya.

"Oh jadi aku bantuim Ibu menata ini ya Bu, oke deh," kata Sinta kepada Ibunya.

"Lah lah bukan nak, Ibu itu hanya bilang sama kamu, tadi kan ada temannya Bapak kamu sama anaknya ya kan, terus Ibu lupa bawain mereka tahu sama tempe gitu," ucap Ibunya.

"Iya lah terus apa hubungannya sama Sinta Bu?" kata Sinta kepada Ibunya.

"Ya maksud Ibu ya Sinta yang ngantarin ini semua, kasian kalau tidak di bawakan soalnya itu teman Bapak kamu dari kecil dan alhamdulillah sekarang sudah sukses juga sama seperti kita," kata Ibunya dengan tersenyum.

"Lah Bu ini sudah mau magrib loh Bu, terus Sinta juga sih gak tau dimana rumah mereka dan alamatnya juga Sinta gak ngerti Bu, kenal dan ketemu saja baru tadi itu Bu," jawab Sinta kepada Ibunya.

"Hehehe maksud Ibu sih bukan sekarang tadi Ibu lupa bilang sama kamu, maksud Ibu itu, besok kan kamu ke kampus besok iya kan?," tanya Ibunya itu.

"Iya Bu Sinta besok ke ke kampus ya mungkin jam 10 siang soalnya mata kuliah yang jam pagi di pindahkan ke jam 10 siang Bu," jawab Sinta kepada Ibunya.

"Nah iya nanti kamu bawa saja tahu sama tempenya kamu simpan di motor nah terus nanti si Feri anaknya Pak Heri tadi yang nyamperin kamu untuk ambil tahu dan tempe," ujar Ibu tersayangnya itu.

"Mana mau cowok kayak dia nyariin aku di kampus untuk ambil tahu sama tempe Bu ya ampun gak bakal mau sih menurut aku," ucap Sinta.

"Ya ibu juga kurang tau tapi nanti Ibu yang menghubungi Bapak Heri supaya nanti si Ferinya di suruh ambil tahu dan tempenya di fakultas kamu ya," ucap Ibunya itu.

"Iya deh terserah Ibu gimana baiknya aja Bu, aku siap kok bawa tempe dan tahunya ke kampus asal Feri mau ambil aja pasti aku bawa Bu," kata Sinta kepada Ibunya.

Sinta pun masuk kembali ke dalam kamarnya untuk membaca novel yang tadi belum sempat dia baca.

Sinta sangat menggemari novel-novel percintaan yang membuat dia bahagia dan kadang membuat dia tiba-tiba baper dengan bacaan di novel itu.

"Novelnya bikin bahagia terus humm rasanya pengen banget sih jadi cewek yang ada di novel ini selalu mendapatkan kebahagiaan terus deh," gumam Sinta dari lupul hatinya.

Tidak terasa Sinta membabat semua isi novel sampai Sinta merasa baper dan kadang terikut larut dalam suasana di dalam novel, Sinta juga ikut menangis ketika cerita di dalam novel sedih.

Sinta membaca novel hingga tertidur dan novel yang dia baca jatuh ke wajah mungilnya.

Plak

Novel yang dia baca jatuh ke wajahnya dan dia pun tidak tersadar karena sudah terlalu berat menahan mata yang mengantuk sejak tadi dan dia juga lelah karena membaca novel hingga larut.

Tiba-tiba Ibunya mendatangi kamar Sinta dan melihat novel berasa di wajah Sinta Ibunya pun mengambil buku itu dari wajah Sinta.

"Lah ini kok novelnya yang baca kamu sih Sin," ucap Ibunya sambil mengambil novel dari wajah Sinta.

"Ya ampun ternyata sudah tidur anak gadis Ibu," ucap Ibu Sinta.

Ibunya pun menarik selimut untuk menyelimuti Sinta yang sedang tidur dan mematikan lampu kamar Sinta dan Ibunya pun pergi beristirahat ke kamarnya.

Tidak terasa pagi pun tiba.

Krek krek krek

Sinta membuka tirai di jendela nya dan melihat pemandangan ke arah jendela dan melihat betapa indahnya suasana di pagi hari.

Tiba-tiba Ibunya memangginya dari arah dapur.

"Sinta bangun sudah siang ini nak!!" Ibunya berteriak memanggil anak gadisnya itu.

"Ya ampun Ibu hmm padahal aku sudah bangun dari tadi looh," gumam Sinta dengan pelan.

"Iya Bu, Sinta sudah bangun dari tadi Bu, tunggu ya Bu Sinta sedikit lagi bantuin Ibu," ucap Sinta.

Sinta membuka jendelanya dan mengikat rambutnya dan bergegas menemui Ibunya yang berada di dapur.

Kring kring kring

Tiba-tiba handphone Sinta berbunyi.

"Jam segini siapa yang nelpon aku ya, ih tapi nomernya kok gak ada namanya sih, siapa ya kok aku jadi penasaran," gumam Sinta dengan pelan.

Bersambung