Chereads / Dia Imamku. / Chapter 4 - Ketulusan

Chapter 4 - Ketulusan

Sinta tiba-tiba terdiam dan memikirkan apa perkataan Dita dan siapakah sebenarnya yang di maksud oleh Dita, mengapa Dita berbicara seperti itu.

"Siapa sih yang kamu maksud Dit, yang berteman hanya membutuhkan uang saja tanpa ketulusan, huh aku jadi penasaran dan makin bertanya-tanya itu siapa," ucap Sinta kepada Dita.

"Ya ampun aku tuh hanya mengambil kata besarnya dan yang sering terjadi saja sih Sin kalau di kehidupanku yang sekarang ya belum ada yang seperti itu," ujar Dita.

"Yah kamu tau lah aku Dit, aku takut kalau aku pernah bikin kamu tersinggung atau semacamnya," ucap Sinta.

Sinta sangat takut jika yang di katakan atau yang di ucapkan Dita itu adalah Sinta, maka karena itulah Sinta selalu bertanya ketika Dita mengucapkan hal itu.

"Sudah-sudah kamu kok malah bengong dan itu sih yang aku maksud bukan kamu, jadi kamu jangan merasa bersalah atau pun merasa tidak enak ya," ucap Dita kepada Sinta.

"Iya jadi kalau ada apa-apa yang kamu tidak sukai dari aku lebih baik kamu ngomong ya Dit," ujar Sinta kepada Dita.

"Ya ampun ngomong apa sih, sudahlah kok malah jadi gini sih ah," ucap Dita kepada sinta.

"Hehe maksud aku kedepannya aku berbicara yang tidak kamu suka atau yang membuat mu sakit hati atau semacamnya ya aku mohon kamu bisa berbicara langsung kepadaku," kata Sinta kepada Dita.

"Tenang saja aku tahu kok gimana cara menegur teman dan cara menjadi teman yang baik," ucap Dita.

"Nah gitu kan aku dengarnya enak hehe, kamu cepet sembuh ya terus buah yang aku bawain jangan lupa di makan supaya kamu cepat pulih," ucap Sinta kepada Dita.

Sinta sangat sedih ketika Dita mengalami kecelakaan beberapa hari lalu dan luka Dita cukup serius itupun sakit dan luka nya ia tutupi dengan senyuman agar Sinta tidak melihat kesedihannya.

"Ibu kamu lagi sibuk ya Dit, kok enggak menemani kamu istirahat di kamar sini," ucap Sinta.

"Sebenarnya gak sibuk sih Sin, hanya saja masih ada pekerjaan yang harus dia selesaikan jadi harus di selesaikan dulu makannya Ibuku belum ada waktu," ucap Dita menjelaskan semuanya kepada Sinta.

"Ya ampun sibuk banget ya Ibu mu Dit, tapi tenang saja kan ada aku yang nemenin kamu di sini," ucap Sinta.

Dita merasa senang karena Sinta menjenguk dan membawakan buah kesukaannya dan Dita tidak pernah menampakkan wajah sedih nya di depan Sinta karena memang Dita tidak ingin melihat Sinta merasa sedih karena melihat kesedihan Dita.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Tok tok tok

"Iya masuk saja tidak di kunci kok," ucap Dita.

Ternyata yang mengetuk pintu dari luar adalah Ibu dari Dita.

"Gimana keadaannya sudah mulai membaik atau belum," kata Ibunya sambil membawakan teh hangat untuk anaknya itu.

"Sudah alhamdulillah Bu sudah lumayan enakan apalagi ada Sinta datang membawa makanan ini Bu hehe," ucap Dita kepada Ibunya.

"Oh iya terimakasih banyak ya nak Sinta sudah menjenguk Dita, sudah membawakan makanan dan buah-buahan juga hehe jadi merepotkan ya," ucap Ibunya Dita sambil tersenyum.

"Iya Bu sama-sama, oh iya Bu Sinta mau pamit untuk pulang ya Bu hehe karena sudah lumayan lama Sinta di sini dan harus pulang kerumah untuk mengerjakan tugas Bu," kata Sinta kepada Ibunya Dita itu.

"Lah kok cepet banget ya padahal Ibu baru saja datang lo nak Sinta, tapi kalau memang keburu-buru ya udah, sekali lagi terimakasih ya nak ya,"ucap Ibunya Dita.

"Iya kamu yang hati-hati ya di jalan jangan sampai teledor naik motornya kayak aku hehe," ucap Dita.

"Iya hehe siap, Assalamualaikum," ucap Sinta.

Sinta pun bergegas keluar dari rumah Dita dan menuju pulang kerumahnya.

Selang beberapa waktu Sinta menempuh perjalanan dari rumah Dita ke rumahnya dia pun sampai di rumahnya dan memarkirkan motornya di teras depan rumahnya.

"Assalamualaikum Sinta pulang nih Bu Bapak," ucap Sinta di teras depan rumahnya itu.

"Walaikusalam," sahut Bapak Sinta yang kebetulan keluar dari dalam rumahnya.

"Lah Bapak mau kemana pak kok bawa tempe banyak banget memang nya siapa yang pesan sih Pak, kok ya tumben Bapak yang mau ngantarin tempenya sendiri," kata Sinta kepada Bapaknya.

"Iya ada pesanan, enggak jauh kok nganterin nya cuman di gang depan situ," ucap Bapaknya.

"Ohh iya Bapak, hati-hati ya Pak," ucap Sinta.

"Iya, eh ya ampun Sinta masak iya motornya anak gadis cantik kok kotornya begitu sih, cepat di cuci sana lo nak, kotor banget loh itu," kata Bapaknya.

"Hehehe iya sih Pak kotor banget tapu masalahnya aku males buat nyuci nya lo Pak hehe," ucap Sinta sambil tersenyum kepada Bapaknya.

"Yaa apa si Sinta anak gadis malah males buat nyuci motor gitu aja, gak malu memangnya kalau di bilang jorok masak iya cewek cantik motornya kotor sih," ucap Bapaknya yang sambil menata tempe-tempe pesanan orang.

"Ya ampun Bapak, siapa juga sih yang mau ngatain Sinta seperti itu, haha palingan juga mereka pada bodoamat sama Sinta hahaha," ucap Sinta kepada Bapaknya.

"Zaman sekarang ini Sin perempuan harus rajin, harus bersih dan harus pintar segala-galanya kalau hanya pintar main tapi gak bisa bersihin motor kan malu-maluin," ucap Bapaknya.

"Pasti Bapak nyindir aku, fiks pokoknya Bapak nyindir aku, ihh Bapak padahal aku lagi males banget loh buat ngurusin motor begini," ucap Sinta.

"Ho anak gadis di kasih tau malah gitu, sana cepet ah di cuci dulu biar glowing kayak wajah kamu gitu lo," ucap Bapaknya sambil tersenyum.

"Hehehehe nanti dulu ya Pak ya ngumpulin niat dulu lah ya, bentar aja ya Pak ya hehe," ucap Sinta kepada Bapaknya.

"Ya sudah sini biar Bapak saja yang nyuci motor, Sinta yang kerja cari uang, nganterin tempe gimana?" ketus Bapaknya kepada dirinya.

Bapak Sinta sangat suka bercanda dan selalu membuat Sinta tersenyum dan tertawa dan tidak pernah marah kepada sinta.

"Hi ya ampun Bapak hehe, iya-iya Sinta ke dapur dulu minum dan ambil perlengkapan nyuci motor dulu deh kalau begitu ya Pak," ucap Sinta kepada Bapaknya.

"Iya-iya, Eh iya Sinta Bapak ambilin tali di dapur untuk mengikat tempat tempe ya supaya gak jatuh ini dan aman sampek di tangan pelanggan,"ucap Bapak Sinta.

"Iya Bapak, sebentar ya Sinta ambil dulu tunggu sebentar," ucap Sinta dengan berjalan ke arah dapur.

Bapak Sinta menata tempe-tempe untuk di stor kan ke pelanggan setianya dengan jumlah yang lumayan banyak.

"Bapak naroh talinya di mana sih kok gak nemu juga waduh, huh dimana ya," gumam Sinta sambil mencari tali yang Bapaknya minta dia untuk mengambilnya.

"Sinta cepat sedikit keburu hujan ini Bapak mau mengantarkan pesanan nya orang ini, talinya di atas meja dekat kompor gas," ujar Bapaknya yang berteriak dari teras depan rumahnya itu.

"Ya ampun ternyata di meja sini humm," gumam Sinta dengan pelan.

"Iya Pak sini sudah ketemu nih," kata Sinta kepada Bapaknya.

Sinta pun membawa tali yang di butuhkan Bapaknya itu kepada Bapaknya yang berada di depan teras rumahnya dan memberikan nya kepada Bapaknya untuk mengikat tempat yang untuk menaruhkan tempe-tempe pesanan pelanggannya.

Bersambung