Kecepatan mobil yang Daniel kendarai bertambah dua kali lipat. Nathan yang membonceng sampai merasa ketakutan dibuatnya. "Shit! Lo mau bunuh kita, Niel?" sentaknya sembari meringkuk. Nathan memang pria yang sedikit penakut, berbanding terbalik dengan Daniel yang tanpa rasa takut.
Karena, rasa takut terbesar dalam hidup Daniel sudah terjadi dan berhasil menghancurkan batinnya.
Ya, rasa takut kehilangan ibunya yang sudah Daniel rasakan tiga tahun yang lalu. Hal ini mengguncang raga dan batin Daniel, membuatnya kerap bermimpi buruk. Tak hanya itu, kepribadian Daniel juga jadi sedikit berubah. Dahulu, Daniel sangatlah manja dengan sang ibu. Dia sering mencium, atau bahkan merengek.
Ya, begitulah sosok Daniel di depan Adeeva Afsheen Mahesa, perempuan yang sangat Daniel cintai.
Tak hanya takut kehilangan Adeeva, Daniel juga takut dirinya membuat Adeeva merasa sedih. Dulu, Daniel mati-matian menjaga kesehatannya agar Adeeva tidak merasa sedih.
Tetapi sekarang? Bahkan, mati pun Daniel tidak takut.
Keluarga? Mereka bukan lagi kelemahan dan ketakutan Daniel. Mereka kini menjadi kekuatan pria itu, membuatnya harus memiliki keberanian besar untuk menjaga mereka.
"Niel!" Nathan berteriak histeris sewaktu Daniel semakin mempercepat kecepatan mobilnya, tanpa mempedulikan jalan yang mulai ramai mengingat mereka sudah mulai memasuki kawasan kota.
"Kau berniat membunuh kita, sialan?!" kesal Nathan yang mulai merasa semakin kesal.
"Kau tidak akan mati, percayalah padaku. Aku tidak akan membiarkan keluargaku terluka." Balas Daniel dengan santainya.
Pria itu terus melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Persetan dengan masalah pelanggaran lalu lintas dengan pasal berlapis yang akan dia dapatkan. Karena yang terpenting untuk saat ini adalah, Caelia.
Ya, seorang perempuan muda yang berhasil mencuri hati Daniel.
***
***
Bugh!
Baru turun dari mobil, Daniel langsung memukul salah satu bodyguardnya yang tadi segera menghampirinya sewaktu melihat kedatangan Tuannya.
"Tidak becus." Ketus Daniel.
Pria berambut coklat muda tersebut segera masuk ke dalam mansion, menatap satu persatu pelayan dan para bodyguard yang berjejer rapi dengan kepala menunduk. Wajah mereka benar-benar pucat pasi, ketakutan.
"Menjaga satu bocah saja kalian tidak mampu? Menjijikan sekali! Kalian semua tanpa terkecuali saya pecat. Angkat kaki dari mansion saya detik ini juga sebelum kepala kalian terpisah dari badan kalian!" teriak Daniel dengan suaranya yang tegas dan menyeramkan.
Nathan yang mendengar hal itu menghela nafasnya. Amarah Daniel tidak terkendali. Dia tidak bisa melakukan apapun selain mengikuti alur amarah pria itu.
"Tunjangan dan jaminan untuk pekerjaan selanjutnya akan segera saya urus." Ucap Nathan.
Para bodyguard dan pelayan yang baru kehilangan pekerjaannya tersenyum hangat pada Nathan. Di saat Daniel bagaikan api yang mmebara, Nathan adalah air yang selalu berusaha memadamkannya.
Tangan Daniel kini sudah menggenggam ponselnya, menghubungi Langga, tangan kanan pria itu.
Langga, pria asal Indonesia asli yang sudah bekerja dengan Daniel sejak lama. Pria itu kerap kali membantu Daniel dalam segala hal. Seperti masalah hukum dan yang lainnya.
"Caelia di culik. Kerahkan semua tim yang ada dan hubungi kantor polisi pusat. Saya mau dalam waktu kurang dari empat puluh delapan jam, Caelia ditemukan dalam keadaan hidup. Saya tidak mau tahu!" teriak Daniel memburu.
Nathan kini berdiri di samping sang kakak, menepuk pundak Daniel pelan. "Aku tahu siapa yang bisa menemukan Caelia." Ucap Nathan, membuat perhatian Daniel kini teralihkan.
"Siapa?" tanya Daniel, merasa khawatir.
"Zianne." Jawab Nathan dengan sebuah senyuman penuh arti.
Daniel tahu betul siapa itu Zianne. Perempuan yang memiliki nama panjang Zianne Vegard, putri tunggal dari Zion Vegard dan Annelisha Zeline. Seorang perempuan yang kini bekerja sebagai seorang detektif.
Zion Vegard adalah paman Daniel dan Nathan. Dia merupakan saudara kembar dari Adeeva. Sedangkan Annelisha Zeline adalah mantan istri dari ayahnya, Yudistira.
***
***
Manik mata berwarna royal blue miliknya terbuka perlahan. Sayup-sayup, dirinya mulai sadar setelah dibius selama kurang lebih dua jam lamanya. Gadis itu memperhatikan sekitar, menyadari bahwa dirinya tengah berada di sebuah tempat yang cukup asing. Gadis itu mengamati sekitar, sebelum akhirnya mimik wajahnya berubah menjadi ketakutan.
"Caeya dimana?!" lirihnya pelan.
Sewaktu gadis berambut biru tersebut berniat menggerakkan tubuhnya, dia baru menyadari bahwa tubuhnya kini ditali dengan cukup kuat. Bahkan, hingga membuat tangannya memerah sempurna.
"Tolong! Tolong! Tolong!" Caelia berteriak histeris merasa ketakutan. Dia baru sadar bahwa dirinya tengah diculik.
Cukup lama Caelia berteriak hingga tenggorokannya terasa sakit dan membuat gadis itu akhirnya memilih untuk diam. Rasa takut Caelia yang berangsur semakin tinggi kini bertambah berkali-kali lipat sewaktu mendengar suara seseorang.
"Sudah lelah berteriaknya, Caeya?"