🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Chisa sampai dirumah pukul 23.45 malam, ayahnya sudah menunggu di ruang tengah menatap kedatangan Chisa tajam penuh amarah.
Plakk...!!
Satu tamparan mendarat di pipi Chisa. Sakit, tapi dia tidak meringis sama sekali. Malah menatap ayahnya dingin dengan wajah datar, pipinya terlihat memerah.
"DARI MANA SAJA KAU ANAK SI*LAN? Aku sibuk mempersiapkan segalanya sementara kau terus saja keluyuran melakukan hal-hal yang tidak berguna!" bentak Adam emosi.
"Kau yang menginginkan perjodohan ini, aku hanya menuruti keinginan egoismu. Tentu saja kau yang harus mengurus segalanya Tuan Adam," jawab Chisa datar.
"APA KATAMU? DASAR ANAK KURANG AJAR!" Adam hendak menampar Chisa lagi. Tapi Chisa dengan sigap memegang erat pergelangan tangan Adam, lalu meremasnya hingga Adam kesakitan.
"Aaakhhh....!!!" pekik Adam.
"Jangan tampar aku lagi, aku tidak bisa bertunangan dengan wajah bengkak. Itu akan merusak reputasimu." Chisa tersenyum sinis. Melepaskan tangan Adam dengan kasar hingga ia tersungkur, lalu melangkah pergi menuju kamar.
Adam meringis kesakitan, ia merasa pergelangan tangannya hampir patah. Ini pertama kalinya Chisa melawan perlakuan kasarnya, biasanya dia hanya pergi begitu saja setelah ditampar atau dipukul. Adam tidak menyangka Chisa memiliki kekuatan sebesar itu untuk ukuran tubuhnya yang mungil jika dibandingkan dengan dirinya.
Sesungguhnya Chisa sudah terbiasa dengan rasa sakit dia bahkan sering kali mendapatkan luka yg sangat parah akibat melawan musuhnya, serta akibat latihan-latihan fisik yang dia jalani. Jika bukan karena obat penghilang bekas luka yang disediakan khusus oleh Profesor Zein di White Fox, maka tubuh Chisa sudah penuh dengan bekas tembakan, bekas tusukkan, bekas sayatan, dan lainnya yang cukup parah.
Setelah mandi, Chisa merebahkan tubuhnya di tempat tidur, lalu mengambil sebuah foto yang berada di atas meja di sampingnya.
"Ibu, mengapa kau bisa menikah dengan laki-laki seperti ayah? Apa kau juga dijodohkan demi bisnis sama sepertiku?" Chisa bertanya pada foto ibunya dengan sendu. Kemudian dia memeluk foto itu dan terlelap tidur.
Keesokkan harinya, Chisa sudah siap untuk acara pertunangan. Penata rias sudah mendandaninya dengan riasan simple dan make up natural yang membuatnya semakin cantik. Dia juga terlihat sangat anggun dengan dress berwarna biru muda yg melekat ditubuhnya. Acara pertunangan digelar dirumahnya yang megah. Sehingga dia tidak perlu pergi kemanapun, tinggal menunggu persiapan acara selesai.
Acara yang bisa dikatakan mendadak membuat tidak terlalu banyak orang yang datang, hanya beberapa kolega ayahnya dan kolega Tuan David serta beberapa orang kerabat dari masing-masing keluarga. Adrian, Naomi, Chris, Yumma, Mark, dan Claude juga ada disana berbaur dengan yang lain. Mereka memang sangat ahli dalam hal menyamar. Chisa tersenyum melihat mereka semua.
Zico yang baru saja datang seketika tertegun melihat senyuman Chisa. Wajahnya penuh kekaguman, di matanya Chisa bagai bidadari yang sangat cantik. Zico terus menatap Chisa selama beberapa saat. Chisa yang menyadari hal itu memasang kembali wajah datarnya dan langsung menatap Zico. Zico yang terkejut langsung memalingkan wajah dia merasa malu tapi berusaha menyembunyikannya.
'Arrghhh... kenapa dia langsung menatapku? Kenapa aku merasa malu ditatap seorang wanita?' batin Zico menggerutu.
'Tidak, aku tidak boleh seperti ini. Aku harus bersikap seperti biasa,' batinnya lagi.
Dia kembali memasang wajah angkuh dan dinginnya, lalu berjalan menghampiri Chisa.
"Kau lihat siapa tersenyum seperti itu?" tanya Zico penasaran.
"Bukan siapa-siapa," ketus Chisa memalingkan wajah.
"Aku berhak tahu. Aku akan menjadi tunangan dan calon suamimu," tegas Zico.
"Kita sepakat untuk tidak mencampuri urusan masing-masing, kau sendiri yang bilang," ucap Chisa datar.
"Baiklah, itu berlaku mulai dari sekarang," jawab Zico kesal.
'Wajahnya sangat cantik, tapi wanita ini benar- benar seperti batu, dia sangat jarang memperlihatkan ekspresi di wajahnya dan nada bicaranya selalu saja datar. Dia sangat berbeda dengan para wanita yg biasanya berusaha mendekatiku dengan segala cara. Entah aku harus bersyukur atau menyesal akan menikah dengan wanita seperti ini.' Lagi-lagi Zico membatin seraya menggelengkan kepalanya pelan.
Persiapan sudah selesai, acara pertunangan pun di mulai. Semua orang bertepuk tangan tepat setelah Zico dan Chisa bertukar cincin. Mereka berdua tersenyum seraya menunjukkan cincin mereka. Ya, sebenarnya Chisa tersenyum dengan terpaksa. Sedangkan kebahagiaan tampak pada wajah Tuan David dan istrinya, beserta Adam. Acara pun selesai.
Hampir semua orang mengatakan bahwa mereka pasangan serasi. Yang satu sangat tampan dan yang satu sangat cantik, benar-benar perpaduan yang sempurna, mereka mendapat berbagai macam pujian. Chisa hanya menanggapinya dengan senyuman dan anggukkan. Sementara Zico lebih banyak mengucapkan terimakasih.
Sebagian para tamu sudah pulang. Hanya tinggal beberapa kolega bisnis yang sedang berbincang dengan Adam dan Tuan David. Serta para anggota White fox yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Adrian dan Naomi sibuk memakan makanan yang tersedia, mereka memang sangat suka makan. Orang tidak akan menyangka bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat berbahaya. Claude, Mark, dan Chris berbincang ringan sambil meminum segelas Wine. Sementara Yumma terus memperhatikan sekitar. Dia memang selalu waspada dimanapun dan kapapun.
Chisa beranjak pergi dari sana, dia sudah muak dari tadi dengan acara ini. Tapi baru beberapa langkah tangannya sudah di tahan oleh Zico.
"Ada apa?" Ketus Chisa.
"Kau mau pergi kemana?" tanya Zico.
"Mencari udara segar," jawab Chisa singkat.
Belum sempat Zico bertanya lagi, tangannya sudah di rangkul oleh seorang wanita berpakaian seksi.
"Sayang, kau bilang perjodohan ini hanya demi bisnis, lalu mengapa kau memegang tangannya?" ucap seorang wanita dengan nada manja sambil bergelayut pada tangan Zico. Yumma yang melihat kedatangan wanita itu terus memperhatikannya.
"Carissa!! Bagaimana kau bisa ada disini?" Zico terkejut dengan kedatangan kekasihnya itu. Ia segera melepaskan tangan Chisa.
"Memangnya kenapa? Aku tidak boleh datang ke pertunangan mu?" Carissa cemberut.
"Bukan, bukan begitu. Hanya saja aku takut ada wartawan yang mengikuti mu dan melihat ini lalu menyebabkan masalah pada karirmu," tutur Zico khawatir.
Zico menoleh melihat sekeliling, dia takut orangtuanya dan ayah Chisa melihat kejadian itu. Zico yakin mereka pasti marah jika mengetahuinya. Untungnya mereka sudah pergi ke ruangan lain bersama para kolega untuk membicarakan bisnis. Hanya ada 6 orang tamu lagi disana yaitu Naomi dan lainnya juga beberapa pelayan. Tapi Zico tidak menghiraukan mereka.
Zico dan Carissa tidak mempublikasikan hubungan mereka, karena Carissa bilang itu akan menghambat karirnya. Zico yang sangat mencintainya, hanya bisa menuruti keinginannya saja. Entahlah apa yang membuat pria angkuh dan dingin itu jatuh cinta pada wanita seperti Carissa.
"Tentu kau akan melindungi ku dari masalah itukan, sayang," ucap Carissa dengan nada menggoda sambil membelai pipi Zico.
"Tentu saja." Zico menggenggam tangan Carissa sambil tersenyum.
Chisa melihat itu semua dengan ekspresi datar, tapi dalam hati dia sangat jijik. Terutama pada Carissa yang berpakaian seperti wanita penghibur. Sama halnya dengan Naomi, Adrian dan lainnya yang langsung menoleh saat wanita itu mulai membuka suara. Mereka menatap Zico dan Carissa tajam.
"Kenapa? Kau iri melihat kemesraan kami. Ingat kau hanyalah jaminan bisnis, dan jangan harap Zico akan mencintaimu," hina Carissa yang membuat Chisa tersenyum sinis.
"Tidak, aku hanya bingung. Bagaimana wanita penghibur bisa masuk ke dalam rumahku. Apa salah satu kolega ayahku yang memanggilmu?" cetus Chisa.
"APA KAU BILANG?" bentak Carissa tidak terima dengan perkataan Chisa.
"Chisa, tarik kembali kata-katamu. Carissa ini wanita terhormat, dia wanita karir dia juga kekasihku. Bagaimana kau bisa menghinanya seperti itu?" bentak Zico murka.
"Aku hanya bertanya, kenapa kalian marah? Lagipula aku hanya mengatakan apa yang aku lihat saja," jawab Chisa santai.
"KURANG AJAR!" Carissa hendak melayangkan tamparan pada Chisa. Tapi tangannya terlebih dahulu di tangkap oleh Yumma. Yumma yang memperhatikan mereka sejak tadi mulai geram saat Zico membentak Chisa. Dia berjalan menghampiri Chisa dan sampai tepat pada saat Carissa hendak menampar Chisa.
"Apa yang kau lakukan, lepaskan tanganku!" teriak Carissa.
Yumma tidak melepaskan tangannya, dia malah meremas tangan itu semakin kuat, hingga Carissa meringis kesakitan.
"Nona, jika kau berani menamparnya, maka aku akan mematahkan tanganmu," ucap Yumma dingin penuh ancaman.
"Hey... lepaskan dia!" Zico berteriak pada Yumma. Tapi Yumma malah mencengkram rahang Zico dengan tangan satunya. Zico meringis, dia berusaha melepaskan cengkraman Yumma tapi tidak bisa. Tubuh dan tinggi mereka hampir sama tapi dalam hal kekuatan Yumma lebih unggul dan Yumma yang biasanya tenang akan menjadi sangat buas dan kejam saat tersulut emosi.
"Dan kau, berani sekali kau membentaknya. Apa kau ingin mati?" Yumma menatap Zico tajam. Zico ingin menjawab tapi kesulitan berbicara.
Chisa tersenyum sinis, dia cukup menikmati pertunjukan itu. Naomi dan yang lainnya sudah berjejer di samping Chisa, mereka semua menatap Zico dan Carissa dengan tatapan pembunuh. Carissa yang melihat itu mulai ketakutan, sementara Zico mulai kesulitan bernapas.
"Tenanglah Yumma, lepaskan mereka. Akan repot jika mereka mati disini," ucap Chisa lembut sambil membelai bahu Yumma. Yumma pun melepaskan mereka dengan kasar hingga mereka terjatuh. Memang hanya Chisa yang bisa menenangkannya.
"Terimakasih," ucap Chisa tersenyum sekilas pada Yumma yang dibalas dengan anggukkan. Sebenarnya Chisa tidak perlu perlindungan dari siapapun, tapi Yumma dan anggota lainnya tidak akan membiarkan tangan pemimpinnya ternoda hanya untuk menyelesaikan masalah sepele. Dan Chisa menerima perlakuan mereka dengan senang hati.
"Dan kau, cepatlah bawa wanita mu pergi dari sini. Aku muak melihatnya. Aku akan bilang pada orangtuamu bahwa kau pulang duluan," titah Chisa pada Zico yang masih terduduk dilantai.
'Sebenarnya siapa mereka? Apa hubungan mereka dengan wanita ini? Aku hampir saja mati jika saja Chisa tidak menghentikannya,' batin Zico bertanya-tanya.
Zico buru-buru memapah Carissa yang masih ketakutan pergi meninggalkan rumah Chisa. Dia ingin bertanya tentang siapa mereka pada Chisa, tapi tatapan mereka membuat dia mengurungkan niatnya. Para pelayan yang melihat kejadian itu pun hanya bungkam tidak berani berkata apa-apa.
"Mark, taruh salah satu mata-mata kita disekitar wanita itu. Dia mungkin terlihat lemah tapi aku tahu dia wanita yang licik, dia tidak akan tinggal diam setelah kejadian ini," titah Chisa pada Mark. Setelah mereka berdua pergi.
"Baik, akan aku lakukan," jawab Mark tegas.
"Apa kau tidak apa-apa sayang?" Naomi memeluk Chisa.
"Aku tidak apa-apa."
"Jika kau tergores sedikit saja, aku akan menembaknya," ucap Naomi serius.
"Ayolah,.. itu berlebihan, wanita itu bahkan belum menyentuhku sedikitpun," tutur Chisa.
"Tentu saja belum, jika sudah maka tangannya pasti sudah hilang ditebas," sahut Chris.
"Aku pernah melihat wanita itu bersama salah satu rekan bisnis ku di kasino. Aku tidak menyangka bahwa dia kekasih calon suamimu, Fox," ungkap Claude.
"Sudah kubilang, dia wanita licik," cetus Chisa santai.
"Penglihatan mu memang sangat jeli, Fox," kata Adrian.
"Acaranya sudah selesai, kalian kembalilah ke markas," titah Chisa. Merekapun menganggukkan kepala.
"Untuk sementara aku pasti akan disibukan dengan persiapan pernikahan, jadi aku tidak bisa datang ke markas dulu. Jika ada suatu masalah atau hal penting segera kabari aku."
"Baik, kami pergi dulu," ucap Chris. Chisa mengangguk, mereka pun pergi.
#Next
Maaf, masih belajar kakak. Silahkan berikan krisan jika ada kesalahan atau apapun. Terimakasih☺️☺️