🌺HappyReading🌺
Beberapa hari kemudian Chisa sibuk mempersiapkan pernikahannya. Meskipun pernikahannya nanti tanpa didasari oleh cinta, tapi jika dekorasi, tata busana dan lainnya sesuai dengan yg dia inginkan setidaknya ia bisa sedikit menikmati pesta.
Adam sedikit heran ketika Chisa meminta agar segala keperluan pernikahan diserahkan padanya, tapi dia tidak mau ambil pusing dan mengizinkan begitu saja. Tuan David berkata Zico tidak dapat membantu, karena dia mengalami cedera pada rahangnya akibat terjatuh, sehingga dia harus mendapatkan perawatan di Rumah Sakit selama beberapa hari. Sebenarnya dia heran bagaimana putranya bisa cedera separah itu hanya karena terjatuh. Tampaknya Zico menutupi kebenarannya, dan tentu Chisa tahu betul apa yg terjadi pada Zico, ia juga sudah menduga bahwa Zico akan cedera. Karena jika Yumma mencengkram sedikit lebih kuat saja, rahangnya bisa patah.
Selama beberapa hari Chisa tidak bisa ke Markas, tidak bisa juga ke perusahaan. Untuk urusan perusahaan, Chisa menyerahkan pada wakilnya Felix, dan sekretarisnya Kanita. Mereka merupakan salah satu anggota White Fox yg ahli dalam hal bisnis. Sementara Chriss terus mengirim informasi tentang situasi di Markas, serta informasi terbaru yg dikirim oleh setiap mata-mata dari tempat mereka ditugaskan pada Email milik Chisa. Dia benar-benar mengatur segalanya dengan teliti dan penuh perhitungan, sehingga semuanya tetap terkendali meskipun dia tidak ada.
...
Hari ini, Chisa akan pergi ke butik untuk mengambil Gaun pernikahan yg sudah dia pesan beberapa hari lalu. Saat ia akan berangkat, handphonenya berdering. Ternyata Mark yg menelepon.
"Hallo.. Mark, ada apa?" tanya Chisa.
"Apa kau sedang sibuk?" tanya Mark balik.
"Untuk sekarang tidak. Aku hanya akan pergi ke butik untuk mengambil gaun," jawab Chisa.
"Apa kau sendirian?" tanya Mark lagi.
"Iya aku sendirian, Zico masih di Rumah Sakit," tutur Chisa.
"Calon suamimu itu lemah sekali, baru di cengkram saja sudah cedera," ejek Mark.
"Aku tidak peduli, lagi pula nanti hanya statusnya saja sebagai suamiku. Jadi ada apa kau menghubungiku?"
"Ada yg ingin aku sampaikan padamu," ucap Mark.
"Ya, katakanlah."
"Bawahanku yg ditugaskan untuk memata-matai Carissa memberi sebuah informasi, kalau Carissa pergi bersama pria yg berbeda-beda ke sebuah hotel, selama Zico di Rumah sakit. Bawahanku juga mengirim beberapa rekaman video. Dari video itu aku tahu kalau mereka semua pria-pria kaya yg sudah berumur dan salah satu dari mereka adalah ketua geng Mafia, yg tidak berada di bawah naungan White fox. Carissa meminta dia untuk membunuh mu," jelas Mark.
"Sepertinya tangan wanita itu baik-baik saja setelah di cengkram oleh Yumma. Siapa nama mafia itu? Dan apa nama gengnya?" tanya Chisa.
"Dia bernama Martin, dan geng mafia itu bernama DRAKA Mafia, sepertinya mereka akan membuat kekacauan saat acara pernikahan mu," jawab Mark.
"Apa dia tahu mengenai White Fox dan siapa aku?"
"Sepertinya tidak. Jika dia tahu siapa kau, mana mungkin dia mau menuruti permintaan Carissa, apalagi hanya di bayar dengan menikmati tubuhnya. Bagi kami para anggota White fox saja, hanya dengan menatap mata mu rasanya seperti menantang maut. Apalagi mencoba untuk mencelakai mu, itu namanya bunuh diri," tutur Mark.
"Apa aku sangat menakutkan di mata kalian?" Chisa terkekeh.
"Wahh.. Kau sangat tidak tahu diri, fox," canda Mark. Chisa tertawa mendengarnya.
"Dan ya, salah satu pria lainnya adalah Tuan Hanson, dia salah satu kolega mu di perusahaan," sambung Mark.
"Bukankah dia pria tua yg sudah memiliki cucu? Selera kekasih calon suamiku ini benar-benar rendah sekali," Chisa tersenyum sinis.
"Ya aku saja jijik melihatnya, dia rela melakukan apapun demi uang," sahut Mark.
" Aku tahu tentang Draka Mafia, mereka bukanlah geng yg besar. Bahkan tidak ada setengahnya dari KNIGHT Mafia milik Cloud. Biarkan Cloud dan anak buahnya bermain-main dengan mereka," ucap Chisa.
"Aku akan segera memberitahu Cloud, dia pasti akan senang sekali mendapatkan mangsa empuk," balas Mark.
"Katakan padanya untuk segera membereskan mereka sebelum hari pernikahanku, aku tidak ingin ada kekacauan," titah Chisa.
"Baik, akan ku katakan. Tadinya aku ingin memberitahu Chris, agar dia yg menyampaikannya padamu. Tapi dia sedang sibuk, ada pekerjaan untuknya dengan bayaran mahal. Jadi aku yg mengatakannya langsung," tutur Mark.
"Tidak masalah, katakan saja langsung jika ada informasi terbaru lagi," sahut Chisa.
"Kalau begitu, berhati-hatilah. Aku akan menghubungimu lagi nanti," pamit Mark.
"OK." Chisa menutup telepon. Dia bergegas pergi mengendarai mobil menuju sebuah Butik.
Sementara di Rumah Sakit, Zico terus memikirkan apa yg terjadi padanya beberapa hari lalu.
"Sial, sebenarnya siapa mereka? Kenapa mereka tampak sangat melindungi wanita itu? Apa mereka temannya? Atau orang yg ditugaskan untuk melindunginya? Tapi seingatku Tuan Adam tidak memperkerjakan bodyguard untuk menjaga Chisa. Dan pria bernama Yumma itu, dia sangat kuat sekali. Hanya dengan mencengkram saja, rahangku hampir patah dan membuatku terbaring disini sekarang. Jika untuk menjaga, maka satu pria itu saja sudah cukup. Tapi kenapa mereka berenam dan ada seorang wanita juga. Mereka tampak sangat patuh pada Chisa. Sebenarnya siapa Chisa? Sepertinya dia bukan orang sembarangan. Akhhh... Sudahlah, kenapa aku terus memikirkan itu. Nanti aku tanya sendiri saja pada Chisa. Lagi pula aku sudah bisa pulang hari ini." Gumam Zico sambil melamun.
"Wanita itu bahkan tidak menjengukku sama sekali, apa dia benar-benar tidak tertarik padaku? Padahal banyak wanita yg memberiku banyak perhatian, agar aku bisa menjadi kekasih mereka. Tapi wanita ini, padahal aku adalah calon suaminya, tapi dia tidak peduli sama sekali denganku," gerutu Zico, dia kesal di acuhkan oleh Chisa.
Gerutuannya berheti saat Tuan David dan seorang dokter masuk ke dalam ruangannya. Dia sudah diperbolehkan pulang.
.....
Chisa sudah sampai dibutik, dia cukup puas dengan gaun yg dia pesan. Saat sedang mencoba gaunnya, tiba-tiba seorang wanita mendekat dan menyenggolnya dengan kasar.
"Oh, maaf aku tidak sengaja," wanita itu tersenyum sinis. Ya dia Carissa, entah apa yg dilakukannya disana sekarang. Chisa hanya menatapnya tanpa ekspresi.
"Gaun pengantin itu sangat indah, tapi tidak cocok untukmu," sambungnya lagi dengan nada sombong.
"Lalu cocok untuk siapa?" tanya Chisa datar.
"Tentu saja untukku. Untuk pernikahan ku dengan.."
"Dengan Tuan Hanson kan," potong Chisa seraya tersenyum sinis.
Carissa tampak sangat terkejut mendengar perkataan Chisa. Matanya membelalak, dan mulutnya menganga tak percaya. Tapi dia segera menyembunyikan keterkejutannya.
"Apa.. Apa... Apa maksud perkataanmu?" tanya Carissa gagap.
"Bukankah beberapa hari lalu kau pergi dengan Tuan Hanson? Oh yaa, dan beberapa pria juga," jawab Chisa santai, sambil melepaskan gaunnya di ruang Ganti.
"Si.. Siapa Tuan Hanson, aku tidak mengenalnya," jawab Carissa mulai panik.
"Benarkah, tapi aku punya buktinya. Apa kau ingin lihat?" Chisa keluar dari ruang ganti, seraya menunjukan ponselnya.
"Bukti apa? Jangan mengada-ngada." Carissa benar-benar panik sekarang.
"Tentu saja bukti yg bisa membuat Zico marah besar," ucap Chisa smirk.
Carissa yg sudah terpancing emosi langsung berusaha merebut handphone Chisa. Padahal itu hanya sebuah gertakan, tidak ada bukti apapun di handphone itu. Chisa yg merasa risih, tanpa sengaja mendorong Carissa hingga terjatuh, tepat pada saat Zico datang.
"Carissa, kau tidak apa-apa?" Zico langsung menghampiri Carissa.
"Chisa apa-apaan kau ini? Kenapa kau mendorongnya? Dia bisa terluka," cecar Zico pada Chisa.
Chisa tidak menanggapi sedikitpun, dia hanya diam tanpa ekspresi.
"Sayang, kakiku sakit," rengek Carissa
"Lihat!! Dia terluka, apa kau tidak merasa bersalah?" bentak Zico.
"Tidak," jawab Chisa singkat.
"Kau ini benar-benar tidak punya hati," murka Zico, sambil membantu Carissa berdiri. Chisa menatap Zico tajam.
"Memang tidak. Jika punya hati, aku tidak akan mau dijodohkan dengan pria seperti mu," tukas Chisa seraya berjalan pergi. Perkataannya membuat Zico tertegun, entah kenapa hati Zico merasa sakit mendengarnya.
"Suatu saat aku akan menunjukkan sesuatu yg menarik tentangmu pada Zico," bisik Chisa pada Carissa ketika melewatinya. Seketika wajah Carissa memucat.
Zico dan Carissa terdiam selama beberapa saat, mereka hanyut dalam pikiran masing-masing.
Chisa sudah keluar dari butik dengan membawa sebuah Gaun. Saat menuju mobil dia merasa ada seseorang yg memperhatikannya. Dari balik pohon, seorang pria berpakaian serba hitam, mengarahkan pistolnya pada Chisa.
Doorrr..
Sebuah peluru meluncur ke arah Chisa. Chisa mengelak, dia mengambil pistol yg dia selipkan dipinggangnya dan langsung menembak orang itu tepat dikepala.
Doorrr..
Gerakan Chisa sangat cepat dan rapih, tidak ada yg melihat dia menembak sama sekali, bahkan pistolnya sudah kembali ke tempat semula. Pria itu tersungkur berlumuran darah, orang-orang yg melihatnya menjerit ketakutan. Chisa sama sekali tidak terlihat panik atau pun ketakutan, dia hanya melihat pria itu datar.
Carissa dan Zico langsung sadar dari lamunannya ketika mendengar suara tembakan. Wajah Carissa yg tadinya pucat tiba-tiba berubah memancarkan kebahagiaan. Ya,. Dia memang sengaja mengikuti Chisa ke butik, dengan membawa anak buah Martin untuk membunuh Chisa.
Dia langsung berlari keluar berharap melihat Chisa yg berlumuran darah. Tapi yg dilihatnya justru anak buah Martin yg tewas dengan luka tembak dikepala. Kakinya lemas, dia sangat syok melihat hal itu. Zico yg ikut berlari pun, terkejut melihatnya. Tapi dia tidak menghiraukan hal itu, dia malah terus melihat ke sekeliling mencari Chisa. Entah kenapa dia khawatir, takut terjadi sesuatu pada wanita itu.
Akhirnya Zico menemukan Chisa yg sedang berdiri di dekat mobilnya. Dia merasa lega melihat Chisa baik-baik saja. Chisa menoleh menatap Zico tajam, tepatnya menatap Carissa yg sedang terduduk lemas dilantai di depan Zico.
Chisa tersenyum sinis pada Carissa, kemudian dia masuk ke mobil mengendarainya pulang.
#Next