๐Happy Reading๐
"Kenapa.. kenapa dia masih hidup? Kenapa yg mati justru malah bawahan Tuan Martin? Dia bahkan tidak terluka sedikit pun, dan wajahnya... Wajahnya tetap tanpa ekspresi, seolah tidak terjadi apapun padanya. Tapi matanya menatapku dengan tajam, seolah memberitahu bahwa aku korban selanjutnya... Hikss... Aku takut... Hikss.... Hikss...," lirih Carissa yg terduduk dilantai. Kakinya lemas tubuhnya bergetar hebat. Ketakutan dia menangis.
Zico tidak menyadari Carissa yg sedang menangis. Dia terus melihat ke arah mobil Chisa melaju, hingga lenyap dari pandangannya. Barulah dia sadar, Carissa sedang bersimpuh sambil menangis dihadapannya. Dia langsung mendekap tubuh Carissa.
"Sayang, kau tidak apa-apa? Kenapa kau menangis?" Zico panik.
"Hiksss.... Aku... Aku hanya takut melihat darah." Carissa berbohong, dia tidak bisa mengatakan yg sebenarnya pada Zico.
"Tenanglah, itu hanya darah," ucap Zico menenangkan.
"Aku takut pelaku penembakannya masih ada disini," Carissa berdalih.
"Aku ada disini, tidak akan terjadi apa-apa padamu. Sebaiknya kita pulang, tidak aman jika terus berada disini." Zico mengusap surai Carissa lembut.
"Ayo sayang, aku akan mengantarmu pulang," sambungnya seraya membantu Carissa berdiri, Carissa hanya mengangguk.
Zico memapah Carissa menuju mobilnya, melewati kerumunan orang-orang yg melihat mayat itu. Polisi pun mulai berdatangan, dan langsung mengamankan tempat kejadian.
....
"Cloud, kau dimana? Apa Mark sudah memberitahu tugas yg kuberikan padamu?" Chisa menghubungi Cloud sambil mengemudi.
"Aku di Kasino. Ya, Mark sudah memberitahuku. Kebetulan aku sedang bosan, kau memberiku mangsa empuk. Maka dengan senang hati aku akan melaksanakan titahmu, Nona," sahut Cloud bersemangat.
"Salah satu dari mereka sudah mulai mengincarku hari ini. Segera bereskan mereka, lusa hari pernikahanku. Aku tidak ingin ada kekacauan apapun," tegas Chisa.
"Apa dia berhasil melukaimu?" tanya Cloud.
"Menurutmu?" tanya Chisa balik.
"Aku yakin kau bahkan tidak tersentuh sedikit pun, dan dia sudah tewas sekarang," jawab Cloud terkekeh.
Cloud sangat sangat tahu, menghadapi Chisa dengan banyak orang saja belum tentu bisa menang. Apalagi hanya satu orang, itu hanya seperti debu Chisa. Hanya orang bodoh yg melakukan hal itu.
"Tepat sekali," ucap Chisa membenarkan.
"Pastikan agar Martin Draka tetap hidup dan bawa dia ke Markas. Aku ingin melihat wajahnya, aku akan ke markas besok," lanjut Chisa.
"Tenang saja, Fox. Aku pasti akan membawanya padamu," balas Cloud meyakinkan.
"Aku percaya padamu. Kalau begitu sampai jumpa di markas besok." Chisa menutup telepon. Kembali fokus mengendarai mobilnya menuju rumah.
....
Setelah mengantarkan Carissa, Zico pulang ke rumah dengan wajah kusut. Sekarang dia termenung di kamarnya, sambil memikirkan Chisa.
"Ayah memberitahu bahwa Chisa akan ke butik hari ini. Sehingga aku langsung ke sana setelah keluar dari Rumah sakit, agar setidaknya aku bisa menemaninya sebentar. Aku merasa bersalah karena tidak bisa membatunya mempersiapkan pernikahan ini. Tapi yg terjadi justru malah membuatnya membenciku. Arrrrghhh.... Apa yg harus aku lakukan?" Zico menjambak rambutnya frustasi.
Pada dasarnya Zico memang pria yg baik, dia bersikap dingin dan angkuh pada siapapun agar partner bisnisnya tidak meremehkannya. Juga supaya hubungannya dengan Carissa tidak ada yg berani mengganggu. Karena dia sangat mencintai wanita itu.
Tapi yg terjadi sekarang. Dia frustasi hanya karena merasa dibenci oleh calon istri yg tidak diinginkannya. Banyak wanita yg patah hati hingga membenci Zico karena cinta mereka terus di abaikan. Zico tidak pernah peduli sama sekali, yg penting Carissa ada bersamanya. Berbeda dengan Chisa yg sedari awal tidak tertarik pada Zico, selalu bersikap dingin dan mengacuhkannya. Justru mampu membuat Zico frutasi hingga membuatnya melupakan Carissa.
"Aku ingin menanyakan kabarnya. Aku juga ingin bertanya tentang kejadian dipesta pertunangan, secara baik-baik. Tapi kenapa disana ada Carissa? Melihat Carissa terjatuh membuat aku lupa pada tujuanku. Aku juga langsung marah begitu saja padanya, tanpa tahu kejadian yg sebenarnya. Ya Tuhan, aku benar-benar bodoh." Zico terus berbicara pada dirinya sendiri, meluapkan segalanya.
"Sudahlah, aku akan menemuinya besok. Ku harap dia ada dirumah. Aku akan berbicara dan meminta maaf padanya secara baik-baik. Aku harus mandi sekarang." Zico pergi ke kamar mandi, dia butuh penyegaran.
....
Sementara itu, pada malam hari di sebuah gedung.
Brakkk..!!!
Brukkk...!!!
Bugghhh..!!!
"Si.. siapa kau? Ke... Kenapa kau.. menyerang markasku? Aku ti...tidak memiliki masalah denganmu," ucap seorang pria yg sudah terkapar tak berdaya dihajar habis-habisan oleh Cloud.
Ya, dia Martin. Seluruh anggotanya sudah dibantai habis oleh anggota Cloud dengan mudah. Dan kini hanya dia yg tersisa.
"Hahahaha.... Kau memang tidak memiliki masalah denganku. Tapi kau sudah berani menyuruh bawahanmu untuk membunuh atasanku," ucap Cloud menyeringai, sambil mengijak pergelangan tangan Martin.
Kreekkk...!! Pergelangannya tangannya patah.
"Aaaakhhhh," raung Martin kesakitan. "Ampuni aku. Aku sungguh tidak tahu siapa atasanmu," Martin memohon.
"Cihhh... Wanita bernama Carissa memintamu untuk menghabisi seorang gadis bernama Chisa bukan. Apa kau tahu siapa gadis itu?" tanya Cloud dingin.
"Ti.. Tidak, aku hanya menuruti permintaan wanita itu karena ku anggap mudah. Aku... Tidak ta.. tahu mengenai identitas gadis itu selain tem...pat tinggal dan wa... Wajahnya," jawab Martin terbata-bata menahan sakit.
"Gadis itu adalah pemimpin tertinggi White Fox. Dan aku sebagai bawahannya yg setia, tidak akan membiarkan dia mengotori tangannya hanya untuk membereskan curut sepertimu," sergah Cloud menatap Martin tajam.
"White.. White Fox? Tidak, tidak mungkin!! Dia hanya seorang gadis muda," teriak Martin tak percaya, matanya membelalak kaget.
"Mengejutkan bukan?! Tapi itulah kenyataannya. Kau terlalu meremehkan orang lain, Martin,"sahut Cloud tersenyum sinis.
"Dan kau, sebagai seorang Mafia. Bagaimana bisa kau mau membunuh seseorang hanya dengan menikmati tubuh wanita sebagai bayaran. Kau benar-benar sangat rendahan!!" cecar Cloud.
"Ampun.. Ampuni aku. Aku benar-benar tidak tahu kalau dia pemimpin White Fox. Tolong ampuni aku," ucap Martin memohon.
Dia menyesal, jika dia tahu Chisa adalah pemimpin White fox. Dia tidak akan berani mengusik gadis itu sedikitpun. Meskipun Draka Mafia tidak berada dibawah naungan White Fox, tapi dia tahu sedikit saja mengusik ketenangan organisasi itu. Maka sudah dipastikan Draka Mafia akan hancur dibantai habis dan itulah yg terjadi pada Draka Mafia sekarang.
"Sebenarnya aku ingin sekali menghabisimu sekarang, tapi dia meminta agar kau dibawa ke Markas hidup-hidup. Dia ingin berbicara denganmu. Aku tidak punya pilihan lain, selain menunggu dia menyelesaikan urusannya denganmu. Setelah itu, kau akan menjadi mainanku," ucap Cloud menyeringai.
"Bawa dia, jangan biarkan dia mati," titah Cloud pada bawahannya seraya berjalan keluar dari gedung. Dia mengelap tangannya yg berlumuran darah.
Martin mencoba berontak, tapi dia sudah tak berdaya, sekarang dia pasrah dibawa ke Markas White fox.
.....
Ke esokkan harinya Chisa pergi ke Markas. Dengan pakaian serba hitam, serta memakai masker. Ya, Chisa memang selalu memakai penutup wajah saat pergi ke Markas dan pergi ke perusahaan. Dia tidak ingin ada yg tahu bahwa dia pemilik perusahaan Zhao Grup.
Di Perusahaan hanya karyawan yg merupakan anggota White Fox saja yg tahu bagaimana wajah sang CEO, karyawan biasa lainnya tidak tahu sama sekali. Karena bahkan saat Meeting dengan Klien pun, Chisa selalu memakai penutup wajah. Sang Klien tidak mempermasalahkan hal itu, yg penting kerjasama antar perusahaan mereka tetap lancar.
Chisa pergi ke Markas lebih dulu. Dia senang melihat Martin yg sudah berada di penjara bawah tanah Mansion. Tidak akan ada gangguan di acara pernikahannya nanti.
"Kerja bagus, Cloud," Chisa menepuk bahu Cloud sambil tersenyum.
"Tenang saja, aku tidak akan pernah mengecewakanmu," balas Cloud senang.
Martin yg melihat Chisa tampak sangat ketakutan. Apalagi saat Chisa menatapnya dengan tajam. Dia langsung menunduk, tak berani sekalipun mengangkat wajahnya. Bahkan saat Chisa melayangkan beberapa pertanyaan padanya mengenai Carissa dan beberapa hal lainnya, dia menjawab dengan terbata-bata masih dengan posisi yg sama.
"Aku sudah selesai, Cloud ku serahkan dia padamu," ucap Chisa.
"Dengan senang hati, fox," sahut Cloud tersenyum. Entah apa yg akan dilakukan Cloud pada Martin nanti.
Chisa keluar dari penjara bawah tanah, menuju ruang utama.
Seperti biasa disana sudah ada Naomi dan yg lainnya beserta Profesor Zein. Hanya Adrian yg tidak ada, karena pekerjaan. Ya, tentu saja pekerjaan membunuh seseorang.
"Fox, bagaimana kabarmu nak? Kudengar seseorang mencoba membunuhmu kemarin," tanya Profesor Zein.
Dia seumuran ayah Chisa, tapi sikapnya sangat jauh berbeda. Profesor Zein adalah orang yg hangat dan lembut serta penuh kasih sayang. Dia memperlakukan Chisa nyaris seperti anaknya, karena dia tidak menikah dan memiliki anak.
"Aku baik-baik saja, Profesor. Terima kasih," jawab Chisa tersenyum.
"Maaf, aku tidak bisa berlama-lama. Aku harus segera pergi ke perusaahaan. Ada beberapa dokumen yg perlu aku periksa dan tanda tangani," lanjut Chisa.
"Ya, berhati-hatilah, nak," ucap Profesor.
"Kalian datanglah ke pernikahanku besok, agar aku bisa sedikit menikmatinya. Sampai jumpa," ucap Chisa seraya berjalan pergi.
"KAMI PASTI DATANG!!" teriak Naomi dan lainnya seraya melambaikan tangan.
...
Sesampainya di perusahaan, Chisa langsung di sibukkan dengan berbagai dokumen. Felix dan Kanita setia menemani sambil membawa beberapa dokumen baru, apabila yg lama sudah selesai Chisa periksa dan tanda tangani. Gadis itu tampak sangat serius dengan pekerjaannya.
#Next
Maaf baru up lagi. Author sibuk banget, jadi baru bisa bikin kelanjutan ceritanya malem. ๐๐๐๐
Makasih buat kalian yang udh sempetin baca,โค๏ธ