Chereads / Rahasia dibalik mata / Chapter 2 - Bagian 2

Chapter 2 - Bagian 2

Dulu ia memiliki wajah cantik dan manis,tapi karena sebuah tragedi ia selalu dikucilkan oleh teman temannya.

"witta hehe." Jawab witta kecil tersenyum menatap leya kecil disampingnya.

Aleya tersenyum bahagia tak terkecuali witta. Mereka sering menghabiskan waktu Bersama sampai lupa waktu dan berakhir tawa kembali.

"leya lihat ini deh." Panggil witta sahabatnya menunjuk patung berbentuj aneh tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"mana mana? Haha kok lucu banget sih patungnya. Idungnya kayak witta." Gurau leya membandingkan hidung patung itu dengan hidung witta yang membuat witta memberenggut sebal.

Witta dan leya sedang berada dimuseum untuk studitoor.

"tapi,matanya cantik ya kayak leya." Sahut witta tersenyum. Leya tersipu malu dengan perkataan witta lalu pergi berlalu meninggalkan witta sendiri.

"ihh kok leya tinggalin witta, Leyyaa tungguuuuu." Witta berlari kecil mengejar leya.

Waktu studitoor sudah selesai, kini waktunya mereka pulang menggunakan bus sekolah. Leya dan witta berada dikursi penumpang yang sama. Senja sudah mulai gelap dan jalanan hamper tertutup kabut.

"leya kenapa?" tanya witta melihat ekspresi leya ketakutan.

"leya gak papa." Menggeleng kepala.

"jangan boong. Witta gak suka leya boong sama witta." Sahutnya.

"leya Cuma takut, leya kangen mommy dan daddy. Leya ngerasa gak enak perasaan daritadi." Jawab nya mulai menangis.

"shhttttt udah leya gak perlu nangis, witta ada deket leya. Leya tidur aja nanti witta bangunin." Suruh witta lalu membaringkan kepala leya dibahu kanannya dan menggenggam tangan leya.

Leya mulai merasa tenang setelah digenggam oleh witta dan perlahan menurut mata karena kelelahan diperjalanan.tapi tak berselang lama leya kembali berbicara dengan mata yang masih tertutup.

"witta dinging." Sahut leya mengeratkan pelukannya padatangan witta. Witta paham dan segera mneyelimuti tangan leya dengan jaket nya.

"witta gak boleh tinggalin leya kan?" tanya leya dikala tidur. Witta kebingungan harus menjawab apa tidak.

"witta jangan tinggalin leya, leya sayang witta," sambung leya dengan mata yang masih tertutup.

"witta gak akan tinggalin leya, witta akan selalu jagain leya sampai dewasa." Jawab nya membelai rambut hitam leya.

Aleya dan witta kecil tampak bahagia dilihat dari mana pun.tapi itu tak lama sampai bus yang mereka tumpangi mendadak tak terkenali dan ditambah rem blong. Semua guru, petugas, dan murid studitoor panik.

Witta yang mengetahui kendala itu segera mengeratkan sabuk pengaman nya dan leya dan memeluk leya erat. Sedangkan sang supir kewalahan mengendalikan bus yang melaju kencang ditambah jalanan sudah sepenuhnya terkepung asap tebal.

"apa yang harus kita lakukan sekarang?!" tanya petugas keamanan bus pada sang supir. Si supir menggeleng tanda tak tahu dan pasrah.

Bus sudah melaju dengan jigjag dan tak tentu arah harus melintas kemana.jalanan sudah tak bisa lagi supir lihat. Dengan keadaan genting guru guru duduk ditempatnya masing masing mengamankan sabuk pengaman dikursi mereka, berbda dengan bu maudi yang masih berdiri.

"ANAK ANAK, JANGAN ADA YANG PANIK. PAKAI SAB-AHK!!"

"BU MAUDII!!" teriak semua murid melihat bu maudi wali kelas mereka tersungkur karena bus yang tak sengaja dibanting setir mendadak menghidari mobil lain.

Bu maudi kembali berdiri dengan kesusahan menahan sakit dilututnya.

"kalian semua pakai sabuk pengaman dikursi masing masing dan jangan ada yang panik. Berdo'a kepada tuhan untuk diberi keselamatan. Percaya kita semua akan baik baik saja," setelah itu bu maudi menanyakan muridnya yang kesusahan memakai sabuk setelah itu bu maudi duduk dikursi tempatnya dan memakai sabuk pengamannya.

Supir kewalahan mengendalikan rem bus yang blong.banyak kendaraan yang tak bisa supir lihat karena asap tebal. Semua murid menangis ketakutan meminta pertolongan pada tuhan dan sesekali memanggil nama orang tuanya.

Leya yang merasa bising dan terganggu terbangun dipelikan sahabatnya witta. Ia melihat witta yang menangis. Leya melihat sekitar,semua orang menangis dan ada yang mejerit ingin pulang. Leya merasa khawatir dan ikut takut saat merasa bus melaju tak sesuai. Ia menatap witta disebelahnya.

"wit-tta hiks." Panggil leya lirih.

"leya jangan lihat,leya tidur aja witta kan bilang nanti witta bangunin kalua udah sampe." Sahut witta.

Karena leya yang degil dan terlanjur ketakutan hanya bisa memejam dan menuruti witta untuk tidur.

Tak selang lama ada bus lain yang melintas didepan bus yang mereka tumpangi. Sang supir tidak mempunyai jalan lain selain membanting stir dan berakhir bus mereka jatuh kejurang.

Semua orang didalam bus berteriak kencang saat bus itu jatuh, karena jalanan yang tertutup kabut. Perlu waktu untuk orang orang mengetahui bahwa ada kecelakaan dijalan itu. Tak ada yang tahu kondisi orang orang disana.

Didalam bus yang terbalik, ternyata bu maudi masih sadar dengan luka seta darah dikepalanya. Ia melihat ada asap kecil di dalam bus,segera ia sadar melepas sabuk ditubuhnya kesusahan. Bu maudi melihat keadaan orang orang dibus itu dengan posisi bus terbalik, tidak ada yang terlihat masih bergerak.

Bu maudi tak punya banyak waktu untuk keluar dari bus, Ia keluar dengan memcahkan jendela bus memakai gitar yang dibawa salah satu petugas tadi. Tapi,sebelum itu bu maudi mendengar sayup sayup suara anak kecil memanggil.

Ia tolehkan kepalanya melihat salah satu muridnya meminta tolong. Segera ia kembali ke dalam bus dan mendekati asal suara tersebut.

"leyya? Kau masih hidup?" tanya bu maudi dengan bahagia.

"tolong leya, kaki leya sakit." Lirihnya.

Bu maudi melirik sekilas kaki leya yang terjepit oleh kursi lain.akan sangat susah jika harus membantu mengeluarkan kaki itu.tapi maudi tidak ada pilihan lain. Segera ia bantu leya menyingkirkan kursi itu.tapi,leya menahan.

"tolong selamatkan witta dulu ibu, leya gak mau kehilangan witta.witta harus hidup." Cegah leya saat maudi hendak menolongnya.

Ia cek denyut nadi witta disebelah leya, witta juga masih hidup. Maudi menggangguk menyetujui saran leya lalu menarik witta keluar dengn susah payah. Leya terus meringis kesakitan dengan kakinya. Sesampainya diluar maudi menaruh tubuh witta agak menjauh dari bus. Ia melihat kebelakang asap itu semakin meluap. Maudi teringat leya yang masih berada didalam bus.

Maudi berlari tertatih tatih menuju bus,ia kembali kedalam bus dan mencari leya, ia menemukannya. Maudi dengan sekuat tenaga mendorong mayat anak muridnya dikursi yang menjemput kaki leya. Dalam hati maudi iba dan meminta maap karena memperlakukan jasad murid nya seperti itu, tapi tidak ada cara lain.

Tanpa waktu lama, maudi berhasil melepaskan kaki leya dari jepitan itu, maudi heran karena leya tak bergerak sama sekali. Ia tak ingin mengulur waktu lebih lama dan dan tanpa babibu menyeret tubuh leya yang gedut. Maudi juga terpaksa menyeret tubuh leya karena tenaga nya tak kuat menggendong tubuh anak bernama leya itu.

Sampai akhirnya, maudi berhasil membawa leya keluar dari dalam bus. Maudi hendak membawa leya dan dirinya ketempat witta ditaruh.tapi,baru setengahnya bus itu meledak hebat tanpa diduga mengenai tubuh maudi dan leya hingga mereka berdua terpental jauh dai bus.