"Elah gitu aja ngambek,gue kan cuman goda lu dikit." Nay menyusul leya dari belakang.
Arga duduk diantara sofa Panjang toko tersebut, mata nya tak lepas menatap leya yang asik membolak balik buku dirak.
"Sejak kapan lu suka sama sahabat gue?" tanya tiba tiba nay disamping nya, arga terkejut bukan main.
"Hihi kaget yah?" tanya nay cengengesan.
Arga hanya menatapnya sebal lalu menyentil kening nay.
"Sial, kening gue sakit." Nay mengumpat.
"Berisik tahu lu,sana pergi." Usir arga.
"Lu ngusir gue ? woah.." nayeon melotot kesal.
"Iya hush hush, jaga jarak biar aman." Jawab arga sembari tanganya mengibas ibas.
"Lu?! Bener bener ya, gue jambak baru tahu rasa." Tak diduga nay benar benar menjambak rambut arga.
"Aduh aduh,apaan si lu bocah. Lepas,sakit monyet."
"APPA?!LU BILANG GUE MONYEETT?!" Nay kepalang kesal.
Leya yang mendengar keributan kecil menoleh kesumber suara, bibirnya melengkung sempurna melihat atraksi kedua saudara yang sedang meributkan sesuatu tanpanya. Aleya sedikit berpikir tentang arga saat pertemuannya dibus.
"Kalo dipikir pikir,tadi kan cowok itu naik bus.tapi,kok turun lagi dan malah ngintil gue kesini. Niatnya mau ketemu nay tapi kayaknya gak mungkin, atau dia sengaja pengen deket sama gue?" leya menggaruk dagunya pelan.
"Haish..lu mikir apa sih ley. Sepupu nay itu gantengnya hampir mirip sama artis artis drama korea,gak mungkin juga dia demen sama boneka idup kayak gue." Ucapnya dalam hati memukul kepala nya sendiri berniat menyadarkan pikiran sampahnya.
'puk!'
Suara benda jatuh,leya menoleh mecari sesuatu.terlihat diatas lantai sebuah buku berwarna biru tergeletak tak jauh dari kakinya. Ia melangkah medekati buku itu lalu berjongkok. Tangganya ia ulurkan mengambil buku,sebuah buku novel dengan judul yang menarik perhatiannya.
"Pangeran Salju?"
"Ngelamun aja anak perawan." Sahut nay yang bosan melihat leya berjalan dengan pandangan kosong.
Leya,arga dan nay memutuskan untuk pulang setelah membeli buku yang mereka cari. Dijalan menuju tempat halte bus,nayeon yang megenal lama leya dari arga sedikit kebingan dengan sikap teman perempuannya itu. Semenjak kepulangan mereka dari toko buku itu,leya lebih terlihat seperti orang tanpa emosi, diam dan hanya berbicara datar bila ditanya.
"Beuh aku dikacangin." Sahut nay cemberut dibuat bibuat.
"...." Leya menoleh dan menatap nay dengan pandangan tak terbaca, nay yang merasa aneh dengan sahabatnya mencari perlindungan dibelakang tubuh sepupunya. Setelah itu leya kembali berjalan dan tidak memperdulikan teman temannya dibelakang.
"Ih kok si leya aneh sih." Bisik nayeon menepuk pundak arga.
"Gak juga gak tahu, semenjak dia liat buku biru itu dia agak aneh keliatannya."
"Buku biru? Maksud lu buku yang tadi dibeli sama si leya ditempat tadi? Yang judulnya Pangeran Salju itu?" Tanya nay memastikan.
"Iya bener, judulnya Pangeran Salju?" Tanya balik arga. Nay mengangguk mengiyakan.
"Udah lah, besok aja kita tanyain disekolah. Mungkin dia Cuma kecapean." Arga berjalan menyusul leya yang sudah berjalan cukup jauh dan juga disusul kembali oleh nay.
Dirumah, Levin yang melihat kepulangan kakak perempuannya dari dua jam lalu mengernyitkan keningnya aneh,karena penasaran akhirnya ia beranikan diri membuka pintu kamar kakak nya dan bertanya langsung.
"Kak." Panggil Levin.
"...." Leya menatapnya dari balik cermin. Levin yang merasa mendapat balasan suasana yang kurang nyaman pun terpaksa lanjut bertanya.
"Euu..kakak.." Levin gugup.
"Kenapa?!"
Levin terkejut, ia sekarang tiba tiba tak berani dan tak jadi menanyakan kakak nya itu kenapa akhirnya memikirkan bertanya yang lain saja.
"Itu,kakak besok emm..Levin boleh minjem mobil kakak yang warna item gak?" tanya nya setenang mungkin.
"Boleh aja,tapi kakak ikut." Jawabnya.
Levin sekali lagi terkejut, mobil bermerek lamborgini kesayangan kakak nya itu dibolehkan untuk dipinjam,sedangkan dari dulu ia ingin menyentuh spionnya saja sudah kena geplak panci oleh kakaknya. Walaupun, harus membonceng makhluk lain,kakaknya.
"Beneran kak?kalo gak boleh juga gak papa kok hehe." Levin tersenyum kecut,perasaannya tak enak.sebaiknya,ia urungkan saja meminjam mobil kakak nya itu. Memang dari awal ia hanya bercanda membahas untuk meminjam mobil kakak perempuannya.
"Gak, besok kamu berangkat sama kakak. Sepeda kakak rusak, kakak males bawa mobil. Jadi, besok kamu yang bawa." Sahut leya berdiri terlihat ingin menghampiri Levin.
Pikiran Levin sudah kemana mana,mengingat film gost yang sering ia tonton khawatir kakaknya ketempelan mahkluk astral pun ia segera pergi dan menutup pintu kakak nya sambil berkata.
"MOOM..ADEK MAUU TIDUR SAMAA MOOMMYY AJAAAA!!.." Teriaknya berlari kekamar kedua orang tua nya.
Leya yang tadi hendak memamerkan koleksi buku barunya kebingungan dengan sikap adiknya.
"Itu bocah kenapa dah? Gue kan niatnya baik mau liatin koleksi buku gue." Leya melihat aneh kepergian adiknya lalu menatap buku novel yang ia pegang.
"Bodo amat deh, gue baca dulu ampe tuntas kali ya terus baru gue rekomen ke temen temen besok disekolah." Setelah itu ia pergi kerajangnya tak lupa mematikan lampu dan hanya membiarkan lampu tidur yang menemaninya.
Malam kini telah berganti dengan terbitnya pajar, cuaca pagi yang ditutup kabut tebal dan hujan gemercik.
Dari balik luar pintu kamar leya terlihat Levin yang mengendap ngendap melirik kakaknya mengintip. Leya yang sudah tahu sikap Levin yang aneh sejak lahir itu hanya membuang napas sambal menyisir rambutnya dicermin.
"Ngapain liatin terus?" tanya leya sibuk menyisir rambut, Levin kaget tapi setelah itu tersenyum menampilkan tubuhnya pada sang kakak.
"Hehe kirain kakak gak tahu, emm itu kunci mobilnya dimana kak?" tanya Levin dari pintu.
"Sama gue, sarapa dulu terus berangkat bareng." Jawab Leya sambil membenarkan rok seragamnya lalu berjalan keluar lebih dulu melewati adiknya Levin.
"Lu yang nyetir?!" Levin melototkan matanya tak percaya.
Dilantai bawah, keluarga kecil yang teridiri dua orang laki laki dan dua perempuan, Levin yang terus memperhatikan wajah leya yang sibuk memakan apel hijau dan susu putih miliknya merasa risih diperhatian seperti itu.
"Ekhem,mom..kakak berangkat sekarang aja." Sahut leya setelah meneguk setengah dari gelas susunya pamit.
"Sekarang?" tanya mommy.
"Iya."
"Owh,yaudah hati hati ya bawa mobilnya." Mommy menasihati.
"Kenapa mom?" tanya leya memiringkan kepalanya.
"Mommy gak papa,aneh aja ini kan masih pagi." Jawab mommy memakan roti diangguki daddy disamping mommy.
"Pengen aja mom jadi anak rajin muehehe." Leya tersenyum gusi.
"Dih so' imut idung babi." Bisik Levin didengar kakaknya.
"APA LO BILANG?!!" leya melotot kearah kevin dengan satu tangan dipinggang.
Levin yang tahu bisikannya terdengar tersenyum laknat memandang kakaknya dengan tangan terangkat membentuk V.
"Awas lo ya berani ngatain gue lagi, gak akan gue ijinin minjem mobil gue lagi." Leya mengambil tasnya lalu keluar rumah.
Kedua orang tua mereka hanya menyimak tanpa ingin ikut campur dengan perdebatan dua remaja itu.
"Minjem aja gue gak pernah." Levin mengerucutkan bibirnya menyusul sang kakak.
"Woy kak tungguin kenapa?!" ujar Levin berlari kecil.
Niperjalanan kesekolah,levin menatap kakak nya dari kaca pengemudi,terlihat leya asik membaca buku biru dipegangnya sesekali senyum senyum sendiri seperti orang gila. Levin dibuat bergidiq.
"Ngapain lu liatin gue kayak begitu?" tanya leya.
"Gak."jawab Levin.
"Saraf." Sahut leya lalu lanjut membaca buku nya.
"Dih,dia yang saraf senyum senyum gak jelas. Kalo bukan kakak gue udah gue turunin ditengah jalan. Eh bentar,ini kan mobil punya dia bukan punya gue." Pikir Levin dalam hati.
Leya melihat adiknya menggeleng gelengkan kepala sendiri dibuat penasaran, "lo ogeb apa emang gimana si? Pokus nyetir sono, liat jalanan bukan geleng geleng kepala aja gue liat." Leya mengerutkan dahi dengan mulut yang mencibir.
"Dia pikir gue supir nya apa, mana duduknya dijok belakang. Tahu gini, mending gue pake mobil pink punya mommy." Keletus nya kesal dalam hati.
"Aduh! Lev ngerem hati hati dong, mana gue gak pake sabuk. Kalo gue mental ke kaca gimana?!" leya mengusap dahi nya sakit.
"Kita udah sampe nyet, gue mau parkirin mobil. Lu duluan aja kekelas entar gue nyusul." Sahut Levin.
"Udah eh, gue turun disini. Lu parkirin mobil gue baik baik jangan sampe lecet." Leya turun dari mobil.
Levin menggelengkan kepala melihat respon kakaknya, ia tak banyak pikir dan segera melajukan mobil nya ke parkiran sekolah.
Leya menatap sekitar, ia berdiri di gerbang sekolah. Belum ada siswa atau siswi terlihat karena leya sampai lebih awal. Tanpa pikir Panjang leya berjalan melewati batas gerbang.
'Puk!'
"Eh? Buku gue jatoh." Leya berjongkok mengambil buku novel miliknya yang ia beli semalam.
Tanpa diduga sebelum buku itu ia gapai, sudah ada tangan lain mendahuluinya, ia kembali berdiri dan melihat siapa yang mengambil bukunya. Tinngi, ia harus menengadah untuk melihat wajahnya.
"Ha?!" leya menutup mulutnya menatap orang dihadapannya.
"Ini punya kamu?" tanya nya.
"...."
"Kenapa diem?" tanya nya lagi.
"Eh,i-iya..itu punya ku, siniin." Leya merebut buku itu cepat lalu pergi.
Tanpa disadari seseorang tak jauh dari mereka mempoto interaksi leya dengan laki laki berseragam siswa itu, mengkropnya,lalu mengunggah nya di website sekolah.
Leya sampai dikelasnya, keadaan kelas masih sangat sepi dan kosong. Ia tutup pintu kelas, dan melihat keadaan luar dari jendela,ia lega.
"Gila! Ngapain coba tadi pake ketemu segala, huwee malu banget gue, dia liat muka gue sedeket itu lagi, gila gila gue gak bisa kek gini." Ucap leya berdiri dibalik pintu.