Tanggal 10 bulan 5, tahun 1041 kalender Avillion.
Sehari setelah perbincangan ku dengan Duke Ronald dan pemberitahuannya tentang latihan militer. Sekarang aku sedang mempersiapkan banyak hal untuk segera berangkat besok pagi ke barak dimana para ksatria berkumpul disitu.
Roberd membantu ku dalam persiapan, sepertinya dia orang yang paling tidak puas dengan pelatihan militer ke diriku.
Tentu saja itu bukan tanpa alasan, karena dia sendiri adalah seorang ksatria maka dia sudah pasti betapa kerasnya latihan militer terutama dalam tingkat ksatria.
Sedangkan Arne yang seharusnya adalah Maid pendamping ku malah kembali tidak terlihat kembali seperti biasanya. Aku sempat curiga kepadanya karena kecerdasannya dan betapa meleknya dirinya pada politik negara, yang seharusnya hal itu terlalu hebat untuk seorang Maid.
Dia sebelumnya juga menjelaskan situasi negara saat ini yang sedang kacau. Sebelumnya ada 2 kandidat lain yang dapat menjadi pemimpin negara ini, yaitu kedua adik dari Ayahku dengan kata lain adalah Paman ku. Akhirnya kedua Paman ku ditemukan sudah tewas di kamp disaat Avillion masih berperanng dengan Kerajaan Gardiant di Utara. Kasus pembunuhannya sampai sekarang masih belum terpecahkan, tapi banyak orang mempercayai jika itu ulah mata-mata dari Kerajaan Gardiant.
Yah, menurut ku memang banyak hal yang sangat mencurigakan dan tetapi tidak banyak yang bisa ku lakukan dengan itu. Sekarang yang bisa ku lakukan sekarang adalah bagaimana cara menghentikan Roberd untuk menangis.
"Anda sudah kehilangan semua keluarga anda dan sekarang anda malah harus di perlakukan seperti ini, hiks hiks."
"Terimakasih telah mengawatirkan ku Roberd, tapi hanya ini yang dapat membuat para bangsawan puas dan dengan itu perselisihan akan berhenti untuk sementara."
"Tetapi yang Mulia....."
Roberd terus menangis semenjak pertemuan ku dengan Duke Ronald, aku sudah memenangkan berkali-kali tapi semua itu sama sekali tak berguna. Aku sungguh salut dengan kesetiannya terhadapku.
"Karena anda baru berangkat ke barak besok pagi, bagaimana jika kita sekarang jalan-jalan di alun-alun dan pasar Ibukota?"
Setelah kedatangan ku ke dunia ini, aku belum melihat kota ini secara keseluruhan karena aku sendiri sebelumnya di sibukan dengan membaca buku tentang dunia ini. Yah, sepertinya tidak ada salahnya aku mencobanya.
"Hmmm, itu ide yang bagus."
Dengan begitu aku akhirnya menerima ajakan dari Roberd untuk jalan-jalan di kota.
=================================
Tanggal 9 bulan 5, 1041. Alun-alun Ibukota Avillion atau Kota Magreris.
Magreris adalah kota terbesar di Avillion, dan itu sekaligus menjadikanya sebagai ibukota Avillion. Kota ini mempunyai mempunyai geografi yang sangat strategis, karena di bagian barat sampai selatan Magreris terdapat Danau besar yang langsung menghubungkan ke lautan lepas. Sedangkan wilayah Utara sampai barat laut adalah Padang rumput yang sangat luar. Menurut buku yang ku baca sebelumnya tempat ini juga tempat pertama kali Ras Avannes menginjakkan kakinya di benua Azamas.
Sekarang aku berada di alun-alun kota Magreris, disaat aku jalan-jalan di samping ku terdapat Roberd yang sedang mengawalku. Dibandingkan kota sebelumnya yang ku lewati di saat pawai, kota ini terlihat lebih hidup bahkan banyak anak-anak berlalu lalang untuk bermain disekitar alun-alun. Bukan cuma anak-anak, bahkan juga banyak para pedagang lewat ke sana kemari sambil membawa barang dagangannya di gerobak yang di tarik oleh kuda. Dilihat dari manapun Kota ini sungguh sangat sibuk.
"Sungguh kota yang sangat damai dan indah ya"
"Anda sangat benar sekali, tetapi kedamaian ini akan hancur jika perang di dalam negeri dan luar terus berlangsung."
Aku berbicara kepada Roberd tentang keindahan dan kedamaian kota ini, tetapi Roberd membalasnya tentang beberapa masalah yang mengancam Keindahan dan kedamaian kota ini.
"Maka dari itu dengan aku di latih militer, aku dapat melindungi kita ini"
"Kau benar Yang Mulia....."
Sepertinya aku sedikit demi sedikit bisa membuatnya menerima latihan militer itu.
Setelah berjalan-jalan di alun-alun kami pun akhirnya mulai pindah ke tempat pasar Ibukota. setelah kami sampai aku dapat melihat banyak orang berjualan di dalamnya. Kami melanjutkan berjalan ke semakin depan pasar, aku melihat sekeliling banyak orang menjual banyak hal di pasar tersebut. Bahkan aku juga melihat orang berjualan cemilan, setelah di lihat-lihat hal yang mereka jual tidak terlalu jauh berbeda dengan yang ada di dunia ku sebelumnya tetapi hanya terlihat lebih tradisional saja.
"Nona kecil yang cantik dan pria tampan disana, mau kah kalian membeli cemilan ini? Aku akan memberi kalian potongan harga."
Tiba-tiba seorang perempuan tua memanggil kami. Perempuan itu menawarkan kami untuk membeli cemilan yang dijualnya, dari bentuknya cemilan itu
seperti daging kecil matang yang ditusuk oleh kayu kecil. Kami akhirnya menghampirinya dan mulai memilih salah satu cemilan.
"Aku memilih ini, bagaimana dengan mu Roberd?"
"Lupakan diriku Nona, aku disini hanya bertugas untuk menjaga anda"
"Begitu ya...."
Aku membeli cemilan seperti sate di Dunia ku sebelumnya. Aku juga menawarkan Roberd, tapi sepertinya dia tak tertarik dengan cemilan itu dan malah fokus pada pekerjaannya. Hey, bukan kau sendiri yang mengajak ku untuk berjalan-jalan?
Setelah aku membeli cemilan, kami akhirnya berjalan kembali untuk melihat-lihat pasar lebih banyak lagi. Disaat dalam perjalanan di pasar, aku lagi-lagi melihat anak kecil yang juga berseliweran di sini.
"He hey, kakak cantik yang disana. Bagaimana cara aku bisa menjadi cantik seperti kakak?"
Tiba-tiba seorang gadis kecil jika di lihat dari penampilannya berumur 6 tahun menghampiri ku dan berbicara kepadaku.
"Ah um..."
Tetapi aku tidak tau harus menjawab pertanyaannya seperti apa, karena aku sendiri juga terkejut dengan kecantikan tubuh ini.
"Kau tidak perlu menjadi cantik sepertinya, karena semua orang punya kecantikannya sendiri-sendiri. Jadi yang bisa kau lakukan adalah mencari kecantikan pada dirimu sendiri."
"Ah aku mengerti kakak yang gagah. Sekarang aku mau pergi dulu untuk bermain dengan teman-temanku, sampai nanti"
Akhirnya gadis kecil itu pergi meninggalkan kami setelah bertanya kepada ku, tetapi yang membuat ku terkejut adalah ternyata Roberd bisa menjawab pertanyaan gadis itu dengan mudah.
"Kau hebat Roberd, kau bisa menangani gadis itu dengan mudah seolah kau sudah terbiasa"
"Yah, aku terlihat seperti itu karena di rumah aku juga mempunyai adik perempuan. Kalau tidak salah bulan ini dia sudah berumur 16 tahun jadi dia 2 tahun lebih muda dari ku."
"Ah, jadi itu alasannya toh."
Aku baru mengetahui jika Roberd mempunyai adik perempuan 3 tahun lebih tua dariku. Tidaklah heran jika dia sudah terbiasa menangani gadis kecil seperti aku.
Karena kami sudah berjalan jauh di pasar, dan membuat ku kelelahan akhirnya kami memutuskan untuk singgah di Pohon besar yang berada di dekat pasar.
Dengan segera aku duduk di bawah pohon sambil memakan cemilan yang ku beli sebelumnya. Karena Roberd adalah seorang tentara yang di latih keras, berjalan seperti ini bukan apa-apa baginya. Sekilas aku teringat waktu kami di kereta kuda di saat pawai, waktu itu aku membentaknya.
"Yang mulia, bisa kita berbicara sebentar?"
"Tentu saja, emang apa hal yang ingin kau bicarakan?"
Secara tiba-tiba Roberd ingin berbicara kepadaku, wajahnya pun menunjukkan keseriusan pada dirinya.
"Waktu kita di kereta sebelumnya disaat pawai, aku tidak menyangka anda mempunyai pikiran seperti itu. Aku bersalah karena tetap memperbolehkan acara pawai yang di lihat oleh Rakyat yang sedang kelaparan, jadi tolong maafkan saya."
Ah, sepertinya dia masih merasa bersalah tentang kejadian itu. Ya, itu adalah sebuah kesalahan yang fatal, apalagi itu dilakukan di saat aku baru melakukan penobatan, yang padahal itu dapat merusak reputasi ku di awal kepimpinanku.
"Kau tidak bersalah Roberd karena itu bukan dari wewenangmu, tetapi jika kau masih merasa bersalah tolong hukum orang-orang yang bersangkutan dengan cara cukup di beri teguran keras. Ah ya, aku juga minta maaf karena telah membentak mu di dalam kereta kuda sebelumnya."
"Ada tidak punya kewajiban untuk meminta maaf yang mulia, karena yang anda lakukan itu hal yang benar. Dan aku juga berjanji akan memberi teguran keras kepada para pelaksana pawai sebelumnya."
Kami berdua saling memaafkan satu sama lain atas kejadian sebelumnya. Ini sungguh sangat berguna untuk saling membangun hubungan satu sama lain.
"Dan yang mulia, tolong pulanglah dengan sehat dan selamat setelah melakukan pelatihan yang akan datang."
Tiba-tiba Roberd berlutut dihadapan ku dan memberitahu ku untuk selamat di dalam pelatihan, karena tindakannya tersebut membuatku sangat terkejut.
Tak berselang lama kami mulai memutuskan untuk kembali ke Istana kerajaan karena hari mulai terlihat gelap. Dan mulai besok hari-hari yang berat dalam 3 bulan akan menghampiri ku.