"To the point aja deh, Del.. Lo mau Gue jelasin apa?" Agesti menyenderkan punggungnya ke atas sofa yang ia duduki.
Sementara itu, Billy dan Vadella duduk bersebelahan di depannya.
Sorot mata Vadella tampak masih tajam melihat ke arah Agesti.
"Gue mau Lo jelasin sama Gue, soal perasaan Lo yang sebenarnya sama cowok Gue." Pungkas Vadella.
Billy melirik Vadella dengan sinis, "Kok kamu tanya begitu sih? Kamu kan mau tanyain soal aku sama Agesti yang kemaren-kemaren makan di nasi Padang? Kenapa sekarang malah nanya yang aneh-aneh?"
"Diem.. aku gak ngomong sama kamu." Jawab Vadella tanpa ampun.
Gadis bertubuh tinggi di depan nya hanya membuang nafas kasar sebelum menjawab pertanyaan Vadella yang jelas tidak penting untuknya.
"Gak ada pertanyaan yang lebih berbobot apa? Masa itu sih, pertanyaan yang Lo kasih sama Gue? Jauh-jauh Loh, Gue kesini.. ternyata Lo cuma mau nanya gitu doang?" Agesti mengikis jarak antara ia dan Vadella. Gadis itu menarik tubuhnya ke depan agar bisa berbicara lebih dekat dengan Vadella.
"Gue tegasin sama Lo ya.. Billy itu sahabat Gue sejak kecil, kalo Lo liat Gue jalan sama dia, becanda sama dia, nyapa dia dan lain-lain, itu wajar! Yang penting Billy gak selingkuhin Lo kan?" Lanjut Agesti mulai terpancing.
Billy hanya bisa menggaruk tengkuknya saat mengetahui Agesti tengah terpancing emosi.
Belum sempat ucapan Agesti ditanggapi oleh Vadella, tiba-tiba dari arah samping datang seorang ibu-ibu menyeletuk kepada Agesti dengan kalimat yang tidak pantas.
"Kamu sama Billy itu temen masa kecil, sekarang Billy sudah sama anak saya, Vadella. Sebagai perempuan kamu tentu tau dong, jalan sama laki-laki yang udah punya pacar itu gak baik? Orang tua kamu ngajarin kamu soal itu gak?"
Wanita paruh baya itupun berjalan mendekati ketiga anak muda yang tengah duduk di atas sofa ruang tamu nya.
"Kenalin, saya ibu nya Vadella. Saya sering denger cerita kamu dari anak saya. Saya kira, ini waktunya saya buat kasih kamu peringatan buat jangan lagi deket-deket sama calon menantu saya, Billy." Tegas Wanita itu tanpa ragu.
Mendengar ucapan ibu kandung Vadella, Billy yang merasa tidak enak hati langsung angkat bicara.
"Bu, ini semua bukan salah Agesti. Billy yang kadang suka ajak Agesti keluar dan itu hanya sekedar makan." Sahut Billy membela Agesti.
"Kalo dia perempuan baik-baik, tentu dia bakalan nolak ajakan kamu, Billy. Pokok nya ibu gak mau lagi denger kamu jalan sama perempuan ini, dan bikin anak semata wayang ibu nangis setiap malam, ngerti?" Wanita itu tampak mengelus pundak Vadella yang tengah menatap wajah Agesti dengan sorotan penuh kemenangan.
Billy hanya diam membisu dan menundukkan kepalanya saat wanita itu ikut campur dengan hubungannya.
"Saya faham, Bu. Permisi." Agesti pun langsung berdiri dan melangkahkan kaki nya keluar rumah Vadella karena sudah merasa sakit hati dengan ucapan calon mertua sahabatnya tersebut.
"Ges, Lo mau kemana?" Tanya Billy yang juga langsung berdiri dan bersiap mengejar Agesti namun Vadella segera menarik lengan nya untuk membiarkan Agesti pergi begitu saja.
Karena tidak ingin memperpanjang urusan nya, Agesti pun segera berlari keluar dengan cepat agar Billy tidak bisa mengejarnya.
Gadis itu pun berjalan menyusuri bahu jalan dengan raut wajah yang sudah tidak tahan ingin meluapkan segala kekesalan nya.
Agesti bahkan tidak menyangkal kalau ternyata ia di undang ke rumah Vadella hanya untuk dipermalukan seperti itu.
Karena langkah kaki nya yang panjang, Agesti pun sudah berjalan jauh dari kediaman Vadella.
Gadis itu mulai merasa lelah karena ia tidak membawa uang sepeser pun untuk membayar ojek.
Klontang!
"Sial! Coba aja kalo tadi Gue gak ikut Billy kerumah Vadella." Ucap Agesti setelah menendang kaleng minuman di tepi jalan.
Sambil berkacak pinggang, ia memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa pulang ke kosannya tanpa mengeluarkan uang.
"Mana jalanan sepi banget lagi." Agesti melirik ke arah depan dan belakang untuk berusaha mencari tumpangan.
Kalau saja jarak rumah Vadella ke kosannya tidak terlalu jauh, mungkin Agesti sudah pulang jalan kaki. Namun rasanya tidak mungkin kalau malam ini ia harus memaksakan untuk berjalan kaki menuju ke kosannya.
"Apa Gue telpon Wilia atau Oliv aja ya? Arrggghhtt, mereka berdua kan gak bakalan bisa jemput Gue!" Agesti mengacak-acak rambut nya.
Niat hati ingin membantu sahabat nya untuk akur kembali dengan sang kekasih, ternyata malah membuat Agesti menjadi gembel malam ini.
Gadis itupun merogoh tas kecil yang di bawa nya untuk mencari bantuan dari siapapun yang bisa menjemputnya malam ini.
Agesti pun terus berjalan kecil menyusuri bahu jalan sambil berusaha mencari benda pipih di dalam tas kecilnya.
"Astaga, HP Gue gak di bawa!" Ucap Agesti dengan kondisi mulut yang menganga. Akhirnya lengkap sudah penderitaan gadis itu sekarang.
Berharap bisa untung di malam ini karena Billy berjanji akan menuruti semua keinginan ia dan kedua sahabatnya, malah ternyata kesialan yang dihadapi Agesti bertubi-tubi.
"Semua gara-gara Lo, Billy."
---
Entah dengan cara apa Agesti pulang ke kosannya. Saat ia baru saja sampai di depan pintu, Gadis itu memeluk tubuhnya sendiri yang sudah cukup basah karena ternyata diluar sudah turun hujan cukup deras.
Sialnya, kedua sahabatnya tidak kunjung membukakan pintu untuk Agesti yang sudah menggigil di depan pintu masuk.
"Wil, Liv! Bukain pintunya, Gue pulang." Teriak Agesti sembari menggedor pintu kamar kosannya untuk ke sekian kali nya.
Gadis bertubuh tinggi itupun mempercepat aksinya dengan menggedor pintu tersebut semakin kencang sampai tetangga kosan di sampingnya keluar.
Melihat Agesti yang basah kuyup, sang tetangga bermaksud untuk memberikan handuk kepada Gadis tersebut saat itu. Namun pada saat ia akan masuk dan mencarikan handuk untuk Agesti, tiba-tiba pintu yang semula terkunci rapat itupun perlahan terbuka.
Wilia tampak menguap sambil mengucek kedua mata nya saat membuka kan pintu.
Gadis itu belum sadar kalau sahabat nya pulang dengan keadaan memprihatinkan.
"Mbak, gak usah repot-repot ya.. makasih handuknya." Ucap Agesti kepada sang tetangga.
Setelah Wilia membukakan pintu, Agesti dengan cepat berlari ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Ges, Lo kenapa basah-basahan? Billy mana?" Tanya Wilia saat mulai menyadari sahabat nya pulang dalam keadaan seperti itu.
Agesti tidak menjawab, gadis itu sibuk membersihkan tubuhnya yang basah kuyup akibat hujan yang cukup deras malam ini.
Jangankan menjawab pertanyaan Wilia, sekedar mendengarkan nama Billy di sebut saja, Agesti sudah tidak ingin menanggapinya.
"Lo pulang gak bawa apa-apa Ges?" Lanjut Wilia polos. Ia benar-benar tidak tahu kalau Agesti baru saja mengalami hal sinematik di kehidupan nya. Wilia bahkan masih menunggu Agesti keluar dari kamar mandi untuk mendengar jawaban sahabat nya tersebut.
Meski sambil terngantuk-ngantuk, Wilia berusaha untuk menyambut Agesti dan menanyai keadaan nya.
Sementara itu, Oliv terlihat sudah tertidur pulas sambil memeluk boneka Pikachu kesayangan nya.