Dengan sepenuh jiwa, dia berteriak kencang melepaskan beban sesak di dada karena dipertemukan lagi dengan pria yang sudah berhasil dilupakannya secara perlahan. Liza mengusap keras kulit tubuhnya yang tertinggal jejak Martin dimana-mana.
Setelah puas melepaskan sesak di dada dengan menangis sejadinya, Liza duduk di balkon kamarnya. Masih mengenakan jubah mandinya dan rambut basahnya tergerai membasahi tubuhnya yang tidak dikeringkan. Liza melamun dengan pikiran kosongnya.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa pergi kemanapun. Pria itu selalu berhasil menemukanku. Apakah aku harus keluar negeri baru aku bisa hidup tenang? Tapi, mengapa perasaan nyaman saat berada didekatnya itu membuatku tidak bisa menolaknya? Apakah ini yang dinamakan ... cinta?" Liza menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Aku lelah. Aku ingin hidup tenang tanpa ada bayang-bayang dirinya. Aku juga ingin punya kekasih yang bisa membuatku bahagia dan menjalani hari-hariku dengan lebih bersemangat."