"Apa ini?" Erine melemparkan selembar kertas ke atas meja di hadapan suaminya yang sedang sibuk dengan jari jemarinya menari di atas laptop. William melirik kertas itu sekilas lalu membuka kacamata minus yang selalu disematkannya saat sedang bekerja.
"Apa aku harus membacakan isinya?" Tanya William lagi sembari kembali menatap layar laptop.
"Aku tidak akan pernah menerima perceraian ini. Selama lima tahun ini aku selalu bersabar menanti kamu mencintaiku. Tapi apa balasannya? Sebuah surat perceraian?" Erine mengeraskan rahangnya.
"Dan, selama lima tahun itu kamu sudah tahu kalau aku tidak pernah mencintaimu." Jawab William dengan ekspresi datar. Untuk sesaat suasana kembali sunyi.
"Tapi, aku mencintaimu. Apakah cintaku tidak cukup untuk membuatmu mencintaiku?" Dengan dada sesak menahan tangis, Erine selalu berharap pria yang dinikahinya ini mau membuka hatinya meskipun hanya sedikit saja.