"Andaikan anak-anak kita masih hidup, apakah kamu akan menyayangi mereka seperti kamu menyayangi dia? Kenapa kamu kejam sekali pada aku dan anak-anak?" Tanpa sadar Aubrey menitikkan air mata.
"Miss, kemana saja aku cari ...," Aubrey terkejut dengan suara yang datang tiba-tiba dari arah belakang. Tanpa sadar, lelaki muda itu melihat wajahnya yang memerah masih menangis. Aubrey buru-buru menghapus air mata. "Kamu menangis? Ada apa? Apa yang terjadi?" Ian terkejut mendapati wanita yang biasa tegar dan galak ini ternyata malah menangis diam-diam.
"Aku tidak apa-apa. Tadi kamu bilang apa?" Aubrey melemparkan senyuman yang justru membuat Ian mengernyitkan alis. Anak muda itu tidak mengerti, justru senyuman yang diberikan sang dosen adalah saat dirinya sedang menangis.
"Apakah selama ini kamu memendam rasa yang lebih buruk saat wajahmu tidak menunjukkan ekspresi apapun, miss?" Gumam Ian dalam hati.
