"Hiks hiks ..."
"Kamu kenapa menangis?"
"Kata-katamu membuatku sedih. Aku merasa gagal menjadi seorang ibu hanya karena berkata seperti tadi. Huaaaa ..." Aubrey menangis lebih keras di leher sang suami. Teringat kedua anaknya sedang tidur di ruangan sebelah, Aubrey menghentikan tangisannya.
"Jangan-jangan Aubrey menderita baby blues? Ini tidak boleh terjadi." William memeluk istrinya sangat erat dan mesra. Saat ini Aubrey berada di titik paling rapuh. Istrinya merasa apapun yang dilakukannya salah dan dia mulai membenci dirinya sendiri.
"Sayang, bagaimana kalau mingu depan kita berdua liburan selama satu minggu? Hanya kamu dan aku. Hmm? "
"Apa? Liburan hanya berdua? Bagaimana dengan anak-anak? Aku tidak tega kalau harus meninggalkan mereka tanpa pengawasan." Aubrey bangun dari pangkuan William dengan bibir mengkerut.
"Aku akan menyewa pengasuh untuk menjaga mereka berdua tapi tetap dalam pengawasan mommy. Untuk ASI kamu bisa menampungnya dulu kan dan taruh di freezer khusus?"