Happy reading guys
📖
Sebuah ruangan bernuansa biru dengan karikatur bergambar doraemon dipadukan dengan warna putih bagian atasnya terlihat nampak seperti kamar anak kecil yang sekiranya berusia 10 tahun. Namun siapa sangka bahwa pemilik kamar tersebut yakni seorang gadis yang baru saja menginjak umur 17 tahun. Gadis itu nampak tersenyum dibalik layar menatap sosok gadis yang sekiranya berusia beberapa tahun lebih tua darinya.
Dia, Cerryl Agatha Clasavika . Gadis bermata sipit berkuncir dua. Sengaja dia lebih memilih duduk bersantai dibawah jendela merasakan hembusan semilir angin. Kedua mata lentiknya menatap sebuah benda pipih yang menampilkan sosok gadis yang tengah tersenyum mendengarkan celoteh dia nya tentang hari yang baru saja dia lalui.
Minie, anak yang sengaja diadopsi oleh orang tuanya yang sudah seperti kakak kandungnya sendiri. Sudah tiga tahun lamanya kakaknya pergi dan tinggal di kota lain sembari menemani neneknya. Awalnya Cerryl menolak, namun karena bujukan dari Minie dia akhirnya merelakannya pergi. Namun dengan satu syarat mereka harus saling berkomunikasi satu sama lain seperti saat ini.
"Jadi begitu kak cerita yang Atha baca, kasihan kan kak akhirnya Tasya harus ninggalin Gio, padahal dia gak bersalah." Tha-Agatha, nama panggilan kesayangan keluarga untuk Cerryl.
Minie hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan, sudah hapal dengan tabiat adiknya yang selalu saja berceloteh ria tanpa beban. Tidak seperti dirinya, dia tersenyum miris jika mengingat itu.
"Sudahlah, itu kan hanya cerita fiktif saja yang ditulis oleh seseorang."
Cerryl menggerutu, dia tidak terima akan penjelasan kakaknya ini. "Tapi kan seharusnya Gio mendengarkan penjelasan Tasya terlebih dahulu, bukannya malah pergi dan mencari cewek lain." gerutunya sebal.
"Huft jika ada sosok cowok Gio dimuka bumi ini, sudah pasti aku akan membuangnya dirawa-rawa."
Minie tertawa kecil mendengar gerutuan Cerryl, sembari menyesap cokelat dinginnya yang sengaja dia buat beberapa menit lalu. "Kamu tidak sekolah?"
Cerryl mengkerutkan keningnya, tiba-tiba dia menepuk jidatnya saat menyadari sesuatu. "Astaga Atha lupa kak." paniknya segera mengambil tasnya dan memakai sepatunya dengan tergesa-gesa.
"Hati-hati Tha, apalagi ini hari pertamamu ke sekolah baru itu kan." Terang Minie diseberang.
Cerryl mengangguk namun tidak menoleh, dia masih sibuk dengan barang apa saja yang harus dia bawa ke sekolah nantinya.
"THA LO MAU GUE TINGGAL? LAMA AMAT SIH LO UDAH KAYAK EMAK-EMAK MAU KONDANGAN AJA."
Suara teriakan cowok yang berasal dari luar kamar membuat Cerryl mendengus namun tidak urung juga dia bergegas sekarang.
"Tuh Tha, Abigael udah teriak-teriak manggil kamu." ujar Minie membuat Cerryl menghentikan aktivitasnya dan menatap Minie kesal.
"Tau tuh, Atha kesel sama Bang Giel, Papa juga gitu padahal Atha udah 17 tahun tapi gak dibolehin bawa mobil" gerutunya mencebikan bibirnya.
"Kamu kan masih belum bisa bawa mobil Tha, mungkin papa gak mau kamu kenapa-napa dijalan makanya papa gak ngijinin kamu bawa mobil Tha." tenang Minie.
"Tapi kan aku bisa bawa motor kak, kalau aku gak dibolehin bawa mobil mending aku nekat aja deh bawa motornya Pak Dadang."
"Kamu gak inget kejadian dulu?"
Cerryl mengingat kejadian yang dia alami dua tahun yang lalu dimana dia nekat menggunakan motor Pak Dadang. Pak Dadang-Sopir pribadi keluarganya yang sudah sejak lama mengabdi pada keluarganya. Cerryl sangat senang saat Pak Dadang membiarkannya untuk meminjam motor barunya, awalnya dia sudah bisa menguasai motor tersebut namun saat ditikungan dia oleng dan terjatuh membuat keluarganya panik. Hingga satu minggu dia disuruh tidak boleh kemana-mana selain di kamar dan papanya menjadi protektif sampai sekarang.
"Gimana udah inget?" sendiri Minie membuat Cerryl terkekeh pelan, dia sangat ingat kejadian dulu.
"THA, LO GAK MAU SEKOLAH APA GIMANA?? KITA UDAH TELAT OY!" Suara teriakan itu lagi membuat Cerryl mendengus kesal, abangnya ini tidak mengerti waktu, mengganggu saja waktunya bersama Minie padahal dia sangat merindukan kakaknya itu.
"Dasar Buaya monster." gerutu Cerryl yang masih bisa didengar oleh Minie membuat si empu terkekeh pelan.
"Udah sana kasian Abigael nungguin kamu dari tadi."
Dengan malas Cerryl mengangguk dan mematikan panggilan video call nya bersama Minie.
"THA LO MAU GUE TING-"
"IYA INI GUE UDAH SIAP." Teriak Cerryl balas meneriaki Abangnya itu.
~TBWAF~
XI MIPA 1
Tulisan yang tertera diatas pintu membuat Cerryl menghela napasnya pelan, kali ini dia akan beradaptasi dan memulai kembali kehidupannya yang baru. Dengan senyum yang tersungging dibibirnya dia melangkah mengikuti Bu Ratna yang dia ketahui sebagai Wali kelas barunya itu.
"Silahkan perkenalkan nama kamu." suara Bu Ratna membuatnya mengangguk mantap dan tersenyum kearah teman-teman barunya.
"Kenalin nama gue Cerryl Agatha Clasavika, panggil aja Cerryl. Gue pindahan dari Bandung." perkenalan singkat membuat seisi kelas heboh dan menatapnya antusias.
"Bagi no WA lo dong!"
"Neng mau gak sama A'a."
"Dipanggil sayang mau gak neng?"
"Mau gak jadi pacar gue."
Cerryl terkekeh pelan, bagaimana bisa ada yang menolak pesonanya, dia cantik dan mempesona sudah pasti banyak cowok yang akan mengejarnya nanti dan dia harus bersiap-siap nanti.
"Cerryl silahkan kamu duduk dengan Geo!" suruh Bu Ratna membuat Cerryl mengerutkan keningnya, dia bingung siapa yang bernama Geo tersebut.
"Geo angkat tanganmu!"
Pandangan Cerryl teralih saat menatap sosok yang berada dibangku pojok belakang yang dengan malas mengangkat tangannya keatas.
Ganteng.
Satu kata yang menggambarkan sosok itu, Cerryl tidak menyangka jika didalam kelasnya ini terdapat pria tampan bukan tetapi sangat tampan. Langkah pelannya menyusuri hingga sampai tepat berada didepan cowok bermata elang itu.
"Tas lo." ujarnya seraya menunjuk tas cowok tersebut yang terletak dibangku barunya itu. Cowok itu menegakkan tubuhnya dan mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian kembali menenggelamkan wajahnya diatas meja.
Cerryl mendengus melihat tingkah laku cowok itu, bahkan kata ganteng yang ada didalam pikirannya langsung buyar setelah mengetahui sikap cowok itu.
Aneh.
Itu lah yang dia pikirannya sekarang, satu kata yang cocok untuk menggambarkan cowok tersebut. Andai dia bisa memilih dia ingin mencari bangku yang lain sekarang.
Dengan kesal dia mengambil tas itu dan meletakkannya diatas meja sengaja menimpa punggung cowok itu.
Brakk
Semua pasang mata kini menatapnya, bahkan Bu Ratna yang sedari tadi menerangkan kini diam menatap kearahnya.
"Ada apa Cer?" Tanya Bu Ratna kemudian.
Cerryl yang sedari tadi menatap kearah Geo yang kini menatapnya tajam sontak menoleh menatap kearah Bu Ratna. "Gak ada apa-apa bu, tadi barang Geo gak sengaja jatuh" ujarnya takut-takut.
Bu Ratna mengangguk dan kembali menerangkan membuat Cerryl bisa menghela napasnya lega. Namun tidak urung juga badannya menegang saat melihat Geo yang kini sudah menatapnya nyalang seolah mengulitinya hidup-hidup.
"Gue itu ehm." njir gue harus ngomong apa? Ujarnya bingung.
"Tas lo tadi-"
"Gak usah megang barang gue." sentaknya penuh penekanan membuat Cerryl diam termengu. Rasanya syaraf otaknya berhenti membuat bulu kuduknya bergedik ngeri.
Cerryl mendudukan tubuhnya pelan dan menghela napasnya sembari mengelus dadanya pelan "Dosa apa gue harus sebangku sama iblis."
~TBWAF~
Halo Vi kambek dengan cerita baru yang pastinya seru dong.
Jangan lupa vote dan komen kalian ya, makasih