Happy reading 📖
Jangan lupa vote dan komen ya,biar Vi semangat buat updatenya.
~TBWAF~
Hari pertama sekolah yang dia harapkan menyenangkan nyatanya berbanding terbalik dengan keadaannya sekarang, dimana dia harus duduk sebangku dengan sang iblis dan kini sekarang abangnya dengan tega meninggalkan dia disekolah sendirian tanpa tahu arah jalan pulang yang akan dia lalui nanti.
Cerryl mengembungkan pipinya, inilah kebiasaannya sejak dulu saat dia merasa ngambek ataupun marah. Langit yang tadinya cerah kini berganti jingga pertanda malam akan segera muncul nantinya.
Dia mencoba menghubungi abangnya lagi hingga beberapa saat sambungannya tersambung membuatnya menghela napasnya lega. "Bang Giel dimana? Gue udah lumutan nungguin lo tau. Cepetan kesini, gue udh capek mau pulang"
"Sorry Tha, gue ada keperluan mendadak sekarang."
"Lah terus gue gimana? Gak mungkin kan gue ngehubungi papa yang lagi di Bogor apalagi Bang Fian, dia lagi sibuk dikantor bang. Gue gak mau tau lo harus jemput gue sekarang, kalau gak gue bakal aduin ke papa."
"Yaudah lo tenang oke, gue bakal nyuruh temen gue buat jemput lo. Tapi sekarang sumpah gue masih sibuk Tha, gue—pengecut lo semua, sini lo!"
Cerryl mengerutkan keningnya bingung, sepertinya abangnya ini berada ditempat yang ramai dan ada bising kendaraan motor disana, tapi dimana?
"Abang lagi dimana?"
"Maaf ya Tha, gue cabut dulu."
"Halo abang, abang."
Tut..tut...tut..
Sial..
Cerryl memasukan kembali ponselnya kedalam saku, matanya menelisik menatap suasana sekolah yang kini sudah mulai sepi dan hanya ada beberapa siswa saja yang mungkin masih ada kegiatan didalam sekolah.
Mungkin jika didalam dunia oren yang dia baca si tokoh utama akan mendapatkan teman baru, tapi mengapa nyatanya dia belum juga mendapatkan teman. Dia baru menyadari jika dunia oren hanya karangan saja, dan dia harus bangun dari itu semua.
Apa dia menelepon bang Fian saja ya? Tidak mungkin abangnya itu tidak akan menjemputnya, dia sangat hapal sekali dengan sifat Bang Fian yang sebelas duabelas seperti papanya itu.
Nada sambungan kedua membuat Cerryl tersenyum saat abangnya kini sudah mengangkat teleponnya. "Halo Tha kenapa kamu nelpon abang?Kamu kenapa, kamu baik-baik aja kan Tha?" suara bariton cowok membuat Cerryl tersenyum, benar dugaannya jika abangnya yang pertama ini akan khawatir dengannya. Dan awas saja Bang Giel, gue aduin ntar. Tawa Cerryl jahat.
"Bang Fian." panggilnya disertai nada manja khasnya.
"Kamu kenapa Tha?"
"Bang Giel bang."
"Abigael kenapa? Dia ngapain kamu?"
Cerryl yang mendengar nada lembut kakaknya seketika mulai menangis, dia sangat rindu kakaknya ini. Sudah seminggu kakaknya pergi dari rumah dan lebih memilih tinggal di apartemen.
"Masa Cerryl tadi—"
Brumm..
Suara motor membuat Cerryl terfokus dengan sosok yang kini sedang berhenti didepannya. Wajahnya yang tertutup helm full face membuat Cerryl sulit mengenali sosok tersebut.
"Bang ntar Cerryl sambung lagi ya." dengan sepihak dia memutuskan panggilan dan beranjak dari duduknya.
"Lo temennya bang Giel kan?" tanyanya memastikan.
"Buruan naik!" titah cowok itu tidak mengindahkan ucapannya. Bukannya menuruti ucapan cowok itu Cerryl sontak waspada dia takut jika didepannya ini adalah kawanan begal atau perampok yang mencoba untuk membunuhnya seperti yang ada difilm yang pernah dia tonton dulu.
"Gak, gue mau mastiin dulu lo temennya bang Giel apa kawanan begal yang mau culik gue?" tanyanya penasaran segera beranjak jauh.
"Ck bawel." decak sosok itu.
Cerryl menatapnya tajam, apa yang dia bilang tadi dia bawel? Sejak kapan dia bawel dia hanya memastikan saja.
"Buruan naik!" Titahnya lagi.
"Gue gak mau sebelum lo jawab pertanyaan gue."
Cowok itu terdiam kemudian terkekeh dibalik helmnya. "Gue gak nyangka selain sadis lo juga bawel."
Deg...
Suara ini.
"Ge..Geo?" tanyanya memastikan.
"Buruan naik!" Cerryl mengangguk dan berusaha menaiki motor Geo yang terkesan besar dan lumayan tinggi itu. Namun tidak urung juga Geo beranjak dia malah melepaskan helm dan jaketnya.
"Nih!"Ujarnya menyerahkan jaket itu. Cerryl menerima jaket itu dengan tatapan bingungnya.
Seolah mengerti, Geo membuka suaranya lagi. "Paha lo."
Cerryl paham dan mulai turun dari motor Geo kemudian melilitkan jaket itu ke pahanya dan kembali naik.
"Rumah lo?"
"HA ADA APA? GUE GAK DENGER LO NGEBUT BANGET!" bales Cerryl setengah berteriak, jangan tanyakan Cerryl dia hanya bisa mendengar dengan jelas suara angin selebihnya yang terdengar adalah suara hues-hues gitu saja hingga membuat suara Geo hilang diterpa angin.
Hingga motor yang dilajunya mendadak pelan membuat Cerryl menghela napasnya lega, rasanya dia mau mati saja tadi.
"Rumah lo mana?" tanya Geo lagi.
"Oh rumah gue."ujar Cerryl namun sedetik kemudian menatap Geo dari spion. "Emang lo gak tau? Bukannya lo temen kakak gue ya?"
"Bawel!"sarkasnya
"Ck mulut lo pedes amat." decak Cerryl, "Gue juga gak tau, pokoknya rumah gue di perumahan Permata Bunda." lanjutnya.
Tidak mendapat balasan membuat Cerryl seketika bingung, apakah cowok ini beneran temen kakaknya atau bukan ya dia menjadi semakin curiga. Dia berharap saja tidak dibunuh lalu dibuang ke rawa-rawa oleh cowok aneh di sekolahnya itu.
Mungkin doanya terwujud saat melihat rumah bercat putih yang kini tampak berdiri kokoh di depannya. Dan didepannya kini sudah ada Bang Fian yang nampak kacau didepan rumah, dengan segera dia turun dari motor Geo menghampiri Bang Fian.
"Bang Fian." panggilnya seraya berlari memeluk abangnya yang sudah dia rindukan saat ini.
"Atha, abang udah nunggu kamu lama disini. Abang kirain kamu kenapa-napa Tha." dengan lembut Bang Fian memeriksa keadaannya mencoba mencari luka namun nihil membuat Bang Fian tersenyum lega.
"Itu siapa ta?" tanya Bang Fian tajam menunjuk kearah Geo yang masih diam diatas motor. Cerryl menepuk jidatnya lupa.
"Matanya gak asing." lanjut Bang Fian yang masih dia dengar.
"Abang kenal Geo?"tanyanya menoleh kearah Bang Fian.
"Jadi namanya Geo"gumam Bang Fian. "Nggak kok Tha, cuma sekilas mirip saja." lanjutnya disertai kekehan membuat Cerryl hanya mengangguk saja.
"Ini temen Cerryl Bang, dia disuruh bang Giel buat nganterin Cerryl." jelasnya membuat tatapan tajam Bang Fian berangsur-angsur hilang.
"Makasih ya udah nolongin gue."ujar Cerryl dengan senyuman khasnya.
"Gue pergi!" pamit Geo kemudian menatap kearah Bang Fian yang disambut anggukan. Motor Geo melaju hingga hilang dibalik pagar rumah.
"Astaga gue lupa ngembaliin jaketnya!" ujar Cerryl yang baru saja sadar jika jaket Geo masih terbawa olehnya.
"Kenapa Tha?" tanya Bang Fian menepuk lembut pundaknya membuatnya tersentak kaget.
"Ish bang Fian, Cerryl kaget ini." gerutunya kesal mencebikan bibirnya
"Jangan ngambek ntar oleh-olehnya nggak abang kasih loh" goda bang fian.
"Abang ih." rengek Cerryl membuat Fian terkekeh pelan. Fian tersenyum, diam-diam dia rindu menggoda adiknya seperti ini.
Namun di dalam hatinya masih terpikir siapa cowok itu sebenarnya?
~TBWAF~
Semoga enjoy bacanya...