Chapter 7 - Lo Lagi?

"Ehhh lo jadi ketemu pak Yuda Shei?" Tanya Adel kepada Sheina yang sedang sibuk memasukkan buku bukunya ke dalam tas miliknya.

"Iya Del. Emang kenapa?"

"Ya ngak papa sih, btw sorry ya gue ngak bisa nungguin lo, soalnya gue harus nemenin bokap gue shopping." Jelas Adel merasa tidak enak pada Sheina.

"Ehh ngak papa kok Del, santai aja kali. Lagian lo juga kan ngak pernah pulang bareng gue, jadi ngapain mesti nunggu gue. Aneh banget lo hahahha." Tawa Sheina.

"Ya udah yok. Gue juga kan nanti lewat dari ruangannya pak Yuda juga."

"Ngak papa Del. Lo duluan aja, gue juga masih mau ke kamar mandi. Ntar gue sendiri aja ke sana."

"Jadi gue duluan nih? Lo beranikan? Serius nih ya gue duluan, lo ngak ada niatan buat nahan gue gitu?" Tanya Adel menggoda Sheina.

"Iya Adelia Putri Pratama." Jawab Sheina yang langsung mengundang tawa Adel.

"Hehehhehe sampe segitunya lo hafal nama gue, gue tau kok nama gue emang keren. Khusus buat lo, gue ijinin deh kalo lo panggil panggil nama gue terus, gue ngak akan marah kok." Ucap Adel sambil mengibaskan rambut nya ke belakang.

"Sekali lo ngomong, gie bakal lempar lo keluar kelas ini, liat aja ntar." Ucap Sheina kesal.

"Ahh elah galak banget sih lo Shei, ntar ngak ada yang suka sama lo baru nyahok lo."

"Lo udah selesai kan ngebacotnya? Gue mau ke toilet, kalo masih mau disini ngomong noh sama setan di samping lo." Ucap Sheina lalu langsung pergi meninggalkan Adel. Adel yang kaget mendengar ucapan Sheina langsung melirik ke sekitarnya.

"Ehh tungguin gue. Lo bisa ngeliat setan? Woi Sheina, bilangin supaya mereka ngak ngikutin gue dong, gue takug bege." Teriak Adel sambil berlari keluar kelas. Sheina acuh namun dia tetap tersenyum saat medengar penuturan gila dari sahabatnya itu.

***

Tok.... tok.. tok..

"Permisi pak." Sapa Sheina sambil perlahan membuka pintu ruangan pak Yuda.

"Oh Sheina... Silahkan masuk." Pak Yuda mempersilahkan Sheina masuk, saat Sheina masuk tiba tiba ada seseorang yang juga mengetuk pintu. Sheina menoleh ke belakang dan menemukan laki laki yang beberapa hari ini bermasalah dengannya.

"Lo?" Ucap Sheina dan laki laki itu bersamaan.

"Ehh.. kalian berdua sudah saling kenal?" Tanya pak Yuda bingung.

"Emmm saya.." Sheina diam, tidak tahu harus berkata apa.

"Kita ngak kenal pak, kemarin ngak sengaja ketemu aja." Ucap Vincent lalu langsung duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Ohhh, ya sudah kalau begitu. Emm Sheina? Kamu ngapain berdiri di situ?" Tanya pak Yuda saat melihat Sheina yang hanya berdiri di depan pintu. Sheina belum menjawab dan masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Sheina!!!!" Panggil pak Yuda, kali ini dengan suara yang lebih keras hingga membuat Sheina tersadar dari lamunannya.

"Ehh.. I.. Iya pak? Bapak manggil saya?"

"Kamu ngapain cuman berdiri di situ? Apa kamu ngak capek?"

"Ehh iya pak, makasih." Ucap Sheina lalu duduk di samping Vincent.

"Ohhh iya selain kalian berdua, kita masih harus tunggu satu orang lagi. Seharusnya sih dia su.."

Tok.... tok.. tok..

"Permisi pak." Ucap seseorang dari balik pintu.

"Iya, silahkan masuk Ervin." Ucap pak Yuda. Ervin? Kayaknya gue pernah denger nama itu deh- Batin Sheina.

"Halo." Ucap siswa laki laki yang tadi di panggil Ervin.

"Lo lagi?" Ucap Sheina yang langsung mendapat perhatian dari ketiga laki laki itu.

"Ehh lo Sheina kan? Cewek cantik yang di suruh ke depan waktu itu."

"Kalian kenal?"

"Enggak pak. Waktu itu kita ngak sengaja ketemu doang." Jawab Sheina. Pak Yuda mengernyitkan keningnya.

"Kok kalian aneh ya? Tadi pas saya tanya mengenai kamu sama Vincent jawabnya ngak sengaja ketemu, sekarang sama Ervin juga gitu."

"Tapi ya sudahlah. Sekarang saya akan langsung ke intinya saja, jadi saya memanggil kalian bertiga ke sini karena saya ingin membahas sesuatu yang penting kepada kalian."

"Hal penting apa pak?" Tanya mereka bertiga serentak.

"Hemm jadi bulan depan, akan ada olimpiade matematika tingkat sekolah. Dari pertimbangan beberapa guru dan juga berdasarkan nilai, kalian bertiga merupakan kandidat terkuat di sekolah ini."

"Jadi maksudnya apa pak? Langsung ke intinya saja." Ucap Vincent sambil menyilangkan tangan di dadanya.

"Hem.. Olimpiade kali ini berbeda dari tahun tahun sebelumnya, yang biasanya hanya di wakilkan oleh satu orang murid saja perwakilan tiap sekolah. Kali ini, Olimpiade akan dilakukan secara pertim, jadi tiap sekolah harus mengirimkan tim perwakilannya sebanyak 3 orang."

"Jadi saya dan guru guru yang lain sepakat untuk mengirimkan kalian bertiga." Jelas pak Yuda yang langsung membuat Sheina dan Ervin kaget.

"Loh pak? Tapi kan saya sama Ervin masih baru di sekolah ini, lagian kita masih kelas 10 pasti pengetahuan kita lebih sedikit dong dari kakak kelas kita. Kok jadi kita sih yang dipilih jadi perwakilan." Bantah Sheina yang diikuti dengan anggukan oleh Ervin.

"Bener pak. saya belum siap, saya pikir saya cuman ikut les tambahannnya doang. Kalo untuk lomba bulan depan saya belum siap pak." Balas Ervin.

"Haa, bener tuh pak." Balas Sheina.

"Riber banget lo berdua." Ucap Vincent dari sebelah Sheina.

"Ehhh lo diem aja ya. Kalo lo mau ikut, ikut aja sendiri, tanding sendiri sono." Bentak Sheina yang sama sekali tidak di gubris oleh Vincent.

"Saya milih kalian bukan karena tanpa alasan. Saya sudah liat kemampuan kalian, dan saya lihat di file file kalian juga, kalian sudah sering ikut olimpiade sewaktu kalian SMP, terutama Sheina, benerkan?"

"Ya iya sih pak, tapi kan..."

"Sudah sudah.. tidak ada tapi tapian. Yang jelas, saya mau kalian bertiga yang menjadi perwakilan sekolah ini titik, jangan ada yang membantah."

"Oh iya Vincent, kamu tolong bawa mereka ke ruang ekskul sekarang. Sebentar lagi saya akan datang sambil membawa soal contoh contoh olimpiade tahun tahun sebelumnya." Ucap Pak Yuda sambil berdiri dari kursinya, diikuti oleh Vincent.

"Lo berdua masih mau disitu?" Tanya Vincent dingin.

"Sabar napa?" Jawab Sheina sambil mengangkat tasnya dengan kasar.

"Sabar, ngak usah marah marah gitu, lagi PMS kali tu anak." Bisik Ervin yang sontak membuat Sheina tertawa.

"Bener kali ya."

"Kuping gue masih normal buat denger bacotan ga penting dari lo berdua." Ucap Vincent yang masih berjalan di depan Sheina dan Ervin.

"Kalo bacotan gue sama Ervin ngak penting, ngak usah denger kali. Ribet amat hidup lo, bener ngak Vin?" Tanya Sheina kepada Ervin.

"Bener banget, ahahahahahha." Tawa Ervin dan Sheina langsung menggema di gedung sekolah mereka yang begitu luas itu.

Saat Sheina dan Ervin tertawa tiba tiba Vincent berhenti dan menoleh ke arah Ervin dan Sheina. Vincent menatap tajam dua manusia yang sudah bungkam itu, Sheina dan Ervin berusaha menahan tawa mereka saat melihat Vincent menatap sangar mereka berdua.

"Sekali lagi gue denger lo berdua ngomong, awas aja lo." Ucap Vincent lalu melanjutkan langkahnya.

"Padahal Tuhan ngasih kita mulut buat ngomong ye kan?" Bisik Sheina yang di balas anggukan oleh Ervin.

"Diem." Ucap Vincent yang sama sekali tidak di respon oleh Ervin dan Sheina.

Tak butuh beberapa lama, akhirnya mereka bertiga sampai di ruang ekskul yang tadi di maksud oleh pak Yuda.

"Nah ini Soal soal Olimpiade tahun kemarin, sekarang kalian coba kerjakan. Kalau tidak ada yang kalian kurang mengerti nanti coba tanya satu sama lain, atau sama saya juga bisa. Kalian bisa kan atau ada kendala?" Tanya pak Yuda, namun tidak ada jawaban dari mereka bertiga.

"Kenapa kalian diam saja?" Tanya pak Yuda yang heran dengan sikap mereka bertiga. Sheina membuka tasnya lalu mengambil secarik kertas dan pulpen dari sana.

(Saya sam Ervin ngak bisa ngomong karena di larang ngomong sama dia pak.) Tulis Sheina di kertas itu.

"Maksud kamu? Siapa yang larang kalian ngomong?" Tanya pak Yuda bergantian menatap Ervin dan Sheina. Sheina menunjuk Vincent.

"Ehh lo apa apaan sih?" Tanya Vincent bingung

"Kak Vincent ngak ngeboleh saya sama Ervin buat ngomong pak. Kak Vincent ngancem saya sama Ervin supaya ngak ngomong. Sebenernya saya tadi ngak tega ngak jawab pertanyaan bapak, tapi saya takut sama kak Vincent pak." Jelas Sheina sambil memasang wajah memelasnya.

Ervin yang melihat tingkah Sheina berusaha sekuat tenaga agar tidak ketahuan oleh pak Yuda, sedangkan Vincent yang merasa dirinya di pojokkan tidak terima dengan perkataan Sheina.

"Ehh bege, tadi gue ngomong gitu pas di jalan. Lagian tadi pas pak Yuda belum dateng, lo berdua masih ribut juga bege." Ucap Vincent tidak terima.

"Tuh kan pak, denger sendiri kan gimana cara kan Vincent ngomong sama saya. Gimana saya bisa bertahan coba di tim ini kalau harus di bentak bentak terus sama ka Vincent, harusnya dia sebagai senior membimbing saya sama Ervin sebagai junior dia, bukan malah bentak bentak kita kayak gini."

"Bisa bisa saya langsung sakit karena ikut tim ini pak." Lanjut Sheina, Vincent berusaha menahan emosinya melihat tingkah gadis di hadapannya itu.

"Wahh bener bener lu ya. Sejak kapan lo manggil gue pake sebutan kakak bege."

"Sudah sudah, Vincent.. kamu sebagai senior mereka jangan gini dong. Bener kata Sheina, kamu harusnya membimbing mereka bukan malah bikin mereka tertekan kayak gini." Ucap pak Yuda. Sheina yang merasa di bela melirik ke arah Vincent lalu menjulurkan lidihnya mengejek Vincent.

"Awas aja lo." Ucap Vincent ke arah Sheina tanpa suara.

"Sudah sudah, mending sekarang kalian fokus kerjakan soalnya. Saya ada masih ada kerjaan sedikit lagi, nanti saya bakal balik lagi kalau sudah selesai." Ucap Pak Yuda lalu meninggal kan ketiga muridnya itu.

"Makanya jangan macam macam lo sama gue." Ucap Sheina lalu memberikan tangannya untuk tos dengan Ervin.

"Diem lo."

"Nah kan, gue laporin lagi nih sama pak Yuda, baru nyahok lo." Ancam Sheina namun tidak mempan pada Vincent.

"Bodo amat. Dasar anak aduan lo."

"Ye biarin. Kalo cewek tukang aduan masih ok kali, kecuali kalo lo yang tukang ngadu baru semua orang wajib heran." Bela Sheina tak mau kalah.

"Serah lo." Ucap Vincent yang langsung membuat Ervin dan Sheina kembali tertawa.